Minggu, 28 Februari 2021

REVIEW BUKU SURABAYA 1945 : SAKRAL TANAHKU - FRANK PALMOS

 

Cover Buku Surabaya 1945 : Sakral Tanahku
(Sumber : Obor)

Judul Buku : Surabaya 1945 : Sakral Tanahku

Penulis : Frank Palmos

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tebal :  434 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Sejarah

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku sejarah tentang Surabaya yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Surabaya 1945 : Sakral Tanahku yang ditulis oleh sejarawan, Frank Palmos. Buku ini membahas peristiwa heroik yang melatarbelakangi dikenangnya 10 November sebagai hari Pahlawan di Indonesia. Disamping Bulan Agustus, Bulan November adalah bulan yang penting dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia. 10 November, tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang sebuah peristiwa akbar, menggeloranya perlawanan Arek-Arek Suroboyo terhadap serangan militer Inggris. 

Untuk merawat ingatan tentang peristiwa berdarah ini, tepat kiranya membaca sebuah buku yang luar biasa ini. Dr. Francis (Frank) Palmos sendiri adalah sejarawan berkebangsaan Australia. Beliau pernah mendapat beasiswa untuk mempelajari Bahasa Indonesia tahun 1961-62 dari ‘Yayasan Siswa’ dibawah naungan Departemen Luar Negeri. Riset untuk menulis buku ini dimulai sejak tahun 2008, selain mengacu pada berbagai literatur, penulis juga melakukan wawancara dengan saksi hidup yang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi di Surabaya di tahun 1945.


"Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan kota Surabaya… Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini. Kalau saudara-saudara mau meninggalkan kota, saya juga tidak menahan, tapi saya akan mempertahankan kota sendiri."

-Pidato Kol. Sungkono, Komandan Pertahanan Kota Surabaya


Tujuan penulisan buku ini selain sebagai referensi sejarah, juga untuk mengoreksi ketidakjelasan sejarah selama ini tentang peran Surabaya di masa perjuangan kemerdekaan. Serba-serbi perjuangan para pejuang di kota tersebut akan dipaparkan secara rinci, beserta perkembangannya dari hari ke hari. Terlebih lagi, buku ini mengungkap secara jelas peran sentral Surabaya sebagai pelopor perjuangan secara nyata dan mengembalikan hal-hal yang selama ini tersingkirkan dari sejarah.

Buku ini cukup tebal, sekitar 400-an halaman, cukup memakan waktu untuk membacanya. Buku ini menurutku cukup berhasil menyajikan alur peristiwa --meski tidak terlalu detail sekali, sejak awal kedatangan Jepang, masa pendudukan Jepang, Proklamasi, pasca-proklamasi hingga pertempuran Surabaya. Menurutku, ketika membacanya serasa berada ditengah-tengah pertempuran dan kalimat-kalimatnya mampu mengobarkan semangat perjuangan dalam diri setiap pembacanya.

Secara keseluruhan narasi yang dibangun penulis adalah bahwa banyak bagian-bagian yang selama ini ‘tertutupi’ dari sejarah pertempuran Surabaya. Misalnya glorifikasi tentang peran Bung Tomo yang berlebihan, memang tidak buruk, namun seyogyanya tidak mengubur peran penting dari pasukan yang turun langsung, angkat senjata melawan penjajah. Lalu juga bantahan kepada sejarawan barat yang menyebut rakyat Surabaya sebagai ekstrimis, pemberotak, massa liar dan penjarah. Dan masih banyak fakta-fakta lainnya. Sangat bagus untuk dibaca oleh siapapun.

Hal paling menyentuh dari sejarah pertempuran Surabaya adalah Jargon “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”, “Merdeka atau Mati”, “Allahu Akbar” yang menggema diseantero Surabaya. Pekik pidato Bung Tomo yang fenomenal, kepiawaian strategi dari para pimpinan Surabaya, tekad dari segenap rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru diraih, dan dukungan para relawan yang datang dari beragai daerah, bersatu padu menjadi satu kesatuan yang ‘membahayakan’ bagi pasukan militer Inggris, salah satu pasukan yang tercanggih dimasanya. 


"Hai tentara Inggris! Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukkan bahwa kita ini benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, “merdeka atau mati”, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar !! MERDEKA !"

-Pidato Bung Tomo dalam siaran radio 


Memang hanya ada satu pemenang sebuah pertempuran bila yang diperebutkan adalah sebuah kota. Tetapi kemenangan Inggris dengan susah payah mengusir pejuang dari Surabaya adalah kemenangan kosong dan harus dibayar mahal dengan jatuhnya banyak korban jiwa dikedua pihak. Jajaran pimpinan Surabaya membawa pasukan mereka mundur, bukan untuk menyerah, melainkan mempersiapkan diri untuk berperang terus sampai lima tahun kedepan.

Para pejuang jalanan dan tentara pelajar banyak berguguran, tapi kematian mereka tidaklah sia-sia. Mereka telah memberikan kemampuan terbaiknya untuk mempertahankan tanah airnya. Kegigihan, tekad dan semangat para pejuang membuat pemimpin militer asing mengubah pendekatan mereka pada republik yang masih baru ini.


“Pertempuran Surabaya pada akhirnya adalah sebuah pengingat bagi semua pemegang kekuasaan tentang kekuatan kehendak manusia untuk mencari kemerdekaan dan sekaligus harga mengerikan yang harus dibayar oleh siapapun yang mencoba menindas kemerdekaan itu.” 

-Frank Palmos 


Buku ini sangatlah bagus, detail dan enak dibaca. Hasil riset yang luar biasa dari Frank Palmos berusaha mengangkat nama-nama penting yang selama ini dianggap masih kurang mendapat tempat dalam kepenulisan sejarah pertempuran Surabaya. Semoga para generasi penerus bangsa tidak lelah untuk terus belajar sejarah bangsanya, agar kelak dapat memetik pelajaran yang berguna bagi diri sendiri, bangsa dan negara. MERDEKA !!!


Sabtu, 27 Februari 2021

REVIEW BUKU INTROVER : SEBUAH NOVEL PENGGUGAT JIWA - M. F. HAZIM

Cover Buku Introver
(Sumber : Mizanstore)

 

Judul Buku : Introver

Penulis : M. F. Hazim

Penerbit : Alvabet

Tebal :  272 halaman

Tahun Terbit : 2020

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Introver, sebuah novel penggugat jiwa karya M.F Hazim. Buku yang membuatku ingin membacanya karena aku merasa cover dan judulnya mirip sepertiku. Novel yang dituliskan dengan sudut pandang orang pertama yang digunakan sang penulis mampu membuatku terbawa ke dalam dunia seorang introvert murni. 

Dari novel ini, kita diajak mengenal dan mendalami kepribadian dan kehidupan seorang introver bernama Nawawi. anak pendiam yang nyaris tak punya teman di sekolah. Baik sejak SMP maupun setelah menginjak SMA. Nawawi memiliki semacam kebanggaan pada idealisme dalam dirinya. Hal yang tak dimiliki kebanyakan remaja lain, yang tentu berseberangan dengan dirinya. Namun, pada saat-saat tertentu Nawawi merasa kesepian. Sejatinya, ia berharap bisa mendapatkan teman yang mengerti dirinya dan bisa diajak berbicara. Ia kemudian bertekad untuk belajar berbicara dan ramah terhadap orang lain. Sepanjang cerita juga ia menumpahkan gugatan dirinya atas dunia dan orang-orang di sekelilingnya tentang cara pandang mereka kepada introver yang ia anggap keliru.

Orang introvert terlalu sensitif terhadap dopamine yang merupakan senyawa transmisi saraf yang memiliki peran menyampaikan pesan dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya, karenanya jika seorang introvert mendapat terlalu banyak rangsangan eksternal maka hal ini akan membuatnya mengalami semacam "overload" dan kelelahan. Aku pikir hal ini sangat tepat untuk menjelaskan alasan kenapa aku merasa akan bisa "gila" jika berada di keramaian. Sedangkan hal yang sebaliknya malah dialami oleh orang ekstrover. Tubuh mereka memproduksi sedikit dopamine, karenanya jika mereka mendapat semakin banyak rangsangan eksternal maka mereka akan semakin "hidup". Sehingga otak mereka mendapatkan banyak adrenalin yang akan membuatnya menciptakan lebih banyak dopamine.

Meskipun secara keseluruhan novel ini relatable dengan kehidupanku, ada beberapa yang aku kurang sependapat. Mungkin karena kepribadian introver sendiri ada bermacam-macam dan salah satunya yang ekstrem seperti disajikan novel ini. 


"Aku biasanya hanya akan menarik diri dari peredaran dunia nyata dan melemparkan diriku ke negeri antah-berantah yang ada di dalam kepalaku."

-M.F. Hazim


Dari sisi cerita yang disampaikan cukup menarik dan tidak membosankan. Selain itu, hampir di setiap paragraf diceritakan secara filosofis, banyak kutipan menarik dan cukup quotable yang disajikan penulis didalam novel introver.

Ending dari buku ini membuatku senyum-senyum bahagia. Benar sekali bahwa kita (introver) hanya memerlukan seseorang yang "tepat" untuk bisa memahami kita dan membuka diri kita untuk lebih bisa bersahabat dengan kehidupan. Mungkin selanjutnya aku harus membaca buku tentang ekstrover dan ambiver agar lebih berimbang dan menambah warna bacaanku tentang kepribadian manusia.


"Aku takkan membiarkan sembarang orang melihat kotak harta karun dalam diriku. Hanya yang terpilih saja yang bisa membukanya. Satu lagi pertentangan dalam diriku, Aku sangat ingin orang lain mengenalku tapi selalu ragu dan takut untuk membuka diri."

-M.F. Hazim 

REVIEW BUKU SEJENAK HENING : MENJALANI SETIAP HARI DALAM HIDUP DENGAN SADAR, SEDERHANA DAN BAHAGIA - ADJIE SANTOSOPUTRO


 

Judul Buku : Sejenak Hening

Penulis : Adjie Santosoputro

Penerbit : Metagraf

Tebal :  310 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement, Inspiration

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang menghipnotis aku ketika membacanya wkwk. Sejenak Hening, karangan Adjie Santosoputro mengajak kita untuk ‘ngerem’ dulu dari ketergesaan, keterburu-buruan, dan segala hiruk-pikuk kehidupan. Dengan bersejenak hening, kita diharapkan bisa kembali tersadar dan hadir secara utuh di masa kini, menyusuri lorong-lorong kedalaman diri dan menemukan makna keindahan dalam hidup yang kita dapatkan.


“Karena hening walau hanya sejenak itu penting. Karena hening walau hanya sejenak adalah sumber dari kebahagiaan dan sukacita.” 
-Adjie Santosoputro


Adjie Santosoputro adalah seorang lulusan fakultas psikologi UGM. Sejak 2010 menjadi trainer seputar meditasi dan happiness yang terbiasa memberikan solusi mengenai cara mengurangi stres, cerdas emosi, fokus, menjadi lebih damai dan bahagia. Melihat profil penulis yang memang expert di bidang meditasi, maka tidak kaget rasanya setiap kata yang dituliskan di buku ini terasa damai dan menenangkan. 

Fenomena kehidupan yang semakin berat persaingan dan tuntutannya menurut penulis, membuat setiap orang rentan mengalami stres. Padahal jika ditinjau dari sisi kesehatan, stres punya dampak yang cukup serius bahkan hingga fatal. Untuk itu penting bagi setiap orang untuk mempunyai kemampuan mengelola stres dan tetap hidup Bahagia. Apalagi di era yang mau tidak mau menyeret kita untuk masuk ke dalam dua dunia : maya dan nyata, ‘sejenak hening’ sangatlah penting untuk kembali ‘pulang’ ke dalam diri sendiri. Kalau sudah kembali ke ‘rumah’, maka kita akan menemukan apa itu yang disebut kebahagiaan hakiki, kebahagiaan yang dekat sekali dengan kita, kebahagiaan yang selalu ada.

Dalam penyampaiannya, penulis terkadang menganalogikannya seperti ‘Menutup Jendela’, salah satu cara agar tubuh kita tidak kebanjiran informasi dari luar adalah dengan tau kapan waktunya menutup dan kapan waktunya membuka jendela pikiran kita. Jangan sampai karena terlalu larut dengan hal yang kita tau sebenarnya itu tidak baik buat tubuh kita, tapi malah membiarkan tubuh kita dipandu, dibentuk bahkan dihancurkan oleh hal tersebut. 


“Dengan sinar kesadaran yang menerangi, kita dapat terhindar dari bahaya-bahaya yang ada.” 
-Adjie Santosoputro


Yang juga tak kalah menohok, yaitu ‘Melempar Bola’, karena terlalu sibuk dengan ‘ingin bahagia’ sampai lupa untuk ‘menjadi bahagia’. Kalau sudah begitu, ini seperti seseorang yang melempar bola lalu buru-buru menangkap bola tersebut, setelah tertangkap, dilempar lagi, terus begitu tanpa merasa puas. Maka buku ini mengingatkan bahwa Bahagia itu sekarang, bukan nanti ! Menjadilah bahagia, jangan ingin bahagia.


“Apapun cara yang kita pilih dan apa pun bantuan yang kita cari, kesempatan untuk sukses akan terbatas jika tidak belajar untuk menyadari penuh keberadaan diri secara menyeluruh saat ini, sekarang ini dan di sini.”
-Adjie Santosoputro


Tulisan-tulisan di buku ini dikemas dengan sederhana, mudah dibaca dan dimengerti, ditambah sentuhan-sentuhan humor yang semakin membuat nyaman pembaca. Beberapa kutipan kalimat diberi warna merah muda yang mencolok, sehingga energi yang disampaikan sangat kuat. Penulis juga menyelipkan beberapa testimoni atau pun komentar orang-orang tentang buku ini. 

Di bagian akhir buku, ada bab yang berisi transkrip tanya-jawab penulis dengan beberapa orang dari latar belakang berbeda seperti wartawan, penulis, master hypnotist, presenter, dll. Mas Adjie bertanya tentang hal-hal sederhana tentang kebahagiaan dan jawaban yang didapat unik-unik dan tentu saja menginspirasi.


"Membaca kata-kata dari Mas Adjie seperti membaca diri, menemukan beberapa bagian yang akan membuat diam. Baca sedikit terus diam yang menenangkan dan menyenangkan. Buku ini membuat kita juga memenangkan diri dari waktu. Jadi tambah ngerti… ooo ini Namanya hidupku, ya ?” 
-M. Ariyo Faridh Zidni (Consultant & Storyteller)


Well, setelah membaca buku ini di tengah-tengah kesibukan kegiatan di kampus membuat aku menemukan ‘obat’ yang bisa menyadarkanku untuk sejenak berhenti. Stop, meluangkan waktu sejenak dari segala rutinitas dan kesibukan. Bersantai sembari menikmati desir napas yang patut disyukuri, memperhatikan hal-hal kecil disekitarku yang sebenarnya bisa menjadi sumber kebahagiaan seperti mencium aroma buku, menikmati hangatnya kopi dan hal-hal kecil lainnya. Menimati setiap detik di saat ini, hari ini, waktu ini, sebelum semua itu meninggalkan kita. Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin berlatih sejenak hening, menenangkan diri di segala situasi, kapan pun dan dimana pun. 

“Masa lalu sudah hilang, masa depan belum ada sekarang. Jika kita tidak kembali ke diri kita sendiri di saar ini, sekarang kita tidak akan bisa bersentuhan dengan kehidupan.”
-Adjie Santosoputro


Jumat, 26 Februari 2021

REVIEW BUKU MUHAMMAD LELAKI PENGGENGGAM HUJAN : SEBUAH NOVEL BIOGRAFI - TASARO GK

 

Cover Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan
(Sumber : Kemenag)

Judul Buku : Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan

Penulis : Tasaro GK

Penerbit : Bentang

Tebal :  650 halaman

Tahun Terbit : 2010

Kategori : Fiksi, Novel-Sejarah Agama

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku pertama dari Tetralogi Muhammad karya Tasaro GK. Buku ini berjudul Muhammad : Lelaki Penggenggam Hujan. Sebuah buku tentang biografi Nabi Muhammad yang unik menurutku, karena disajikan dalam bentuk novel.

Sudah lama sebenarnya ingin membaca buku ini, dan begitu tahu kalau buku ini ada di IPUSNAS, langsung saja aku meluncur membacanya. Meskipun memakan waktu lama untuk menuntaskannya karena halamannya lumayan banyak, tapi terbayar tuntas dengan indahnya jalinan kata dan cerita yang dituliskan oleh Tasaro GK.

Di buku pertama dari Tetralogi Muhammad ini, Tasaro menghadirkan bagian-bagian penting dalam perjalanan Muhammad saw. mulai dari kelahiran sampai peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Makkah). Cerita tentang Rasulullah ini dikemas dengan menawan, meskipun menggunakan alur maju-mundur, tetapi suasana yang terbangun membuat pembaca merasa seakan-akan menyaksikan langsung setiap peristiwa itu. 

Beberapa peristiwa besar tentang Rasulullah pernah aku dapatkan baik itu dari ceramah-ceramah, artikel, maupun cerita para guru di kelas. Tetapi aku belum pernah membaca buku tentang sirah nabawiyyah, sehingga ketika membaca novel ini ternyata ada banyak detail-detail peristiwa yang aku baru tahu. 

Salah satu peristiwa kecil yang membuatku terenyuh adalah ketika ditengah perjalanan Rasulullah bersama rombongan menuju ke Makkah, ada seorang muslim bernama Ju’ail terduduk melindungi sesuatu di pinggir jalan. Kemudian seseorang bertanya, “Ju’ail, apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau berpisah dari barisanmu?” Ju’ail pun menjawab bahwa ia sedang menjalankan perintah Rasulullah untuk melindungi induk anjing dan anak-anaknya yang baru lahir, Beliau khawatir gelombang puluhan ribu muslim akan membahayakan mereka. Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad !

Selain kisah tentang Rasulullah, di lain daerah dengan waktu yang sama, Tasaro juga mengangkat kisah pemuda yang dijuluki Sang Pemindai Surga bernama Kashva, orang kepercayaan Khosrou, Raja Persia. Bermula dari kegiatan surat-menyurat dengan temannya, ia kemudian terbawa pada perjalanan spiritual untuk mencari sosok Astvat-ereta, Nabi yang dijanjikan dalam ajaran Zoroaster. 


“Mengetahui bagaimana agama-agama lain menerjemahkan bahasa Tuhan adalah sebuah proses yang mengasah otakmu, tidak harus berakhir dengan pertukaran imanmu.”

-Tasaro GK 


Selama perjalanan ia mengalami perbincangan dengan berbagai tokoh. Salah satunya dengan Astu, perempuan yang sangat dicintainya. Dari diskusi mereka mencoba menafsirkan suatu ayat dalam kitab suci mereka berujung kesimpulan bahwa Sang Nabi yang dinubuatkan itu adalah Lelaki Penggenggam Hujan, sementara ada kaum / bangsa lainnya yang merasa seolah-olah merekalah yang ‘menggenggam hujan’ padahal bukan. Hujan disini bermakna wahyu Tuhan. Dari berbagai peristiwa dan perbincangan yang Kashva lalui, membuatnya semakin yakin tentang kedatangan Sang Astvat-ereta yang dalam bahasa lain juga disebut Himada, Shalom, Namiuchi, dan Maitreya. 


“Raja Dunia, Cahaya, Penuntun Umat Manusia, Pelindung Semua Bangsa. Jika dia memang ada, alangkah  sempurnanya Sang Pangeran Kedamaian itu.”


Kepiawaian penulis dalam merangkai dua kisah ini secara bergantian membuat aku tidak kesulitan dalam merangkai benang merahnya. Penulis sendiri menyadari membuat novel tentang Rasulullah tentu akan menimbulkan kontroversi, namun penulis menganggap hal ini adalah bagian dari kecintaan mereka terhadap Rasulullah. Menurutku sendiri, niat penulis membuat novel ini juga bagian dari kecintaan dan kerinduan beliau kepada Rasulullah, penulis dalam menyebut Muhammad saw. juga berkali-kali dengan pujian yang mengagungkannya, seperti wahai Lelaki yang Memiliki Hati Terjaga Suci, Lelaki yang di Hati dan Lidahnya Tak Pernah Ada Dusta, dan lain sebagainya.

Sebuah novel yang indah, cocok sekali untuk menyimak kisah Rasulullah dengan penyampaian yang ringan dan menarik. Sangatlah banyak tentunya pelajaran yang bisa dipetik dalam buku ini, dan aku ingin membaca kelanjutan buku ini karena ending dari buku ini masih menggantung. 


“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” 

-(QS Al Anbiya: 107)

REVIEW BUKU LE PETIT PRINCE : PANGERAN CILIK - ANTOINE DE SAINT-EXUPERY

 

Cover Buku Le Petit Prince
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Le Petit Prince

Penulis : Antoine de Saint-Exupery

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  118 halaman

Tahun Terbit : 2011

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang isinya mengacak-acak ‘orang dewasa’ wkwk. Judulnya Le Petit Prince : Pangeran Cilik. Buku ini ditulis oleh Antoine de Saint-Exupery saat dalam pengasingan di Amerika antara tahun 1941-1943.

Hebatnya buku ini termasuk yang paling banyak diterjemahkan di dunia. Konon pernah disadur dalam 230 bahasa asing. Jadi tak heran kalau buku ini termasuk karya agung sastra dunia yang tak terlupakan. Dan banyak yang merekomendasikan wkwk.

Buku ini tipis, dibagi dalam 27 bagian dan tiap bagiannya tidak panjang. Ilustrasinya pun dibuat sendiri oleh penulis. Isinya imajinatif sekaligus filosofis. Penuh satire kepada orang dewasa yang terlampau serius dan sibuk mementingkan angka-angka.


“Jika kau berkata kepada orang-orang dewasa, 'Aku melihat rumah indah terbuat dari bata merah jambu, dengan bunga geranium di jendela-jendelanya, dan merpati di atapnya', mereka tak bisa membayangkan rumah semacam itu. Kau harus berkata, ‘Aku melihat rumah yang harganya seratus ribu franc;’ Maka  mereka akan berseru, ‘Oh pasti indah sekali!” 

-Antoine de Saint-Exupery


Lewat Pangeran Cilik, kita diajak memahami dunia dari kacamata anak-anak. Anak-anak yang dengan polos dan jujurnya mengutarakan apa yang ia lihat. Anak-anak yang luas imajinasinya. Anak-anak yang selalu ingat apa yang ia cari, ingat dengan apa yang pernah ditanyakan, sampai ia dapatkan jawabnya.

Bagian paling satire ketika Pangeran Cilik menjelajahi planet-planet. Di tiap planet ia bertemu orang dewasa yang ganjil menurutnya. Mulai dari raja yang berkuasa tapi tak punya rakyat ? orang sombong yang selalu ingin dipuji, pengusaha yang menyibukkan diri, pemabuk yang minum tuk menutupi malu karena mabuk ? penyulut lentera yang taat dengan aturan, dan seorang ahli bumi yang hanya mengetahui teori. 

Ketika sampai planet Bumi, lebih banyak lagi pelajaran hidup yang bisa kita petik. Pangeran Cilik menjelajahi gurun pasir, mendaki gunung, bertemu ular, rubah dan lain-lain.


"Inilah rahasiaku. Sangat sederhana : hanya lewat hati kita melihat dengan baik. Yang terpenting tidak tampak di mata"

-Antoine de Saint-Exupery

.

Kalimat diatas mengingatkan kita bahwa banyak hal-hal baik, luar biasa, kecil maupun besar yang sering tak terlihat oleh mata kita, tapi terlihat oleh hati. Buku ini bisa menjadi perenungan bagi orang dewasa sekaligus pengingat bahwa orang dewasa juga pernah jadi anak-anak. Jadi, buku ini aku rekomendasikan untuk kamu yang ingin melihat dunia dari sudut pandang anak-anak. Seru !!!


REVIEW BUKU AKU BERSAKSI TIADA PEREMPUAN SELAIN ENGKAU - NIZAR QABBANI

Cover Buku Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau
(Sumber : Basa Basi)


 Judul Buku : Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau

Penulis : Nizar Qabbani

Penerbit : Basa Basi

Tebal :  272 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang berisi puisi-puisi cinta yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau karya Nizar Qabbani.

Seringkali ketika membaca suatu buku yang mengutip puisi atau prosa terjemahan dari bahasa asing ke Bahasa Indonesia, menurutku cita rasa puitisnya seakan tidak ada. Hal ini dibahas oleh Arif Bagus Prasetyo dalam prolognya, menurutnya puisi sangat sulit atau bahkan mustahil untuk diterjemahkan, maka tak heran bahwa kerja menerjemahkan puisi adalah sebuah bentuk ‘kegilaan’.

Kegilaan yang dilandasi cinta keras kepala kepada bahasa dan sastra membuat Musyfiqur Rahman tertarik untuk menerjemahkan karya-karya puisi dari Nizar Qabbani, sastrawan asal timur-tengah. Buku dengan judul aslinya “Asyhadu An La Imraata Illaa Anti’ di-Indonesiakan menjadi ‘Aku Bersaksi Tiada Perempuan Selain Engkau’

Dalam ukuran menerjemahkan puisi, menurutku kerja keras Musyfiqur Rahman sangatlah baik, karena aku bisa menikmati setiap bait puisi dalam buku ini. Aku pun sependapat dengan komentar Prof. Dr. KH. Abd A’la yang menyebut Musyfiqur Rahman tidak hanya sukses menerjemahkan secara akurat tetapi juga bisa mengusung suasana batin sang penyair ke dalam alam Indonesia. Disinilah dapat terbukti bahwa bahasa sastra sebagai representasi nurani manusia benar-benar universal.

Perempuan selalu menarik diperbincangkan, puisi-puisi Qabbani dalam buku ini begitu bergairah terutama ketika membahas cinta. Qabbani termasuk penganut prinsip bahwa cinta tidak bisa di definsikan, seperti tergores dalam sajaknya, “Aku anti setiap definisi dalam cinta… Aku pelaku cinta, tapi jika mereka bertanya tentang cinta. Aku memilih untuk tak angkat bicara”

Dalam keyakinan penyair, puisi merupakan nyawa bagi kehidupan bercinta. Beginilah kondisi seseorang yang sedang dimabuk cinta. “Kupersembahkan kematianku kepadamu, dalambentuk puisi.” Tidak tanggung-tanggung dalam berkontemplasi, diksi-diksi yang dipilih Qabbani mampu menggetarkan jiwa. Suara batin yang bergemuruh terasa intens dalam setiap sajaknya. 

Cinta yang dihadirkan dalam buku ini tidaklah sempit. Cinta disini bukan hanya cinta kepada lawan jenis, tetapi juga Tuhan, alam, dan sekitarnya. Cinta-nya kepada perempuan juga bukan sekedar cinta batiniah, tetapi juga cinta yang menggetarkan fisik (biologis). Tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan buku ini. Konsep penulisannya dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Bahasa Arab. Apabila kamu tertarik membaca puisi terjemahan, buku ini aku rekomendasikan untuk jadi bacaan !


Aku bersaksi tiada perempuan

Yang mampu menyita perhatianku

Separuh dari apa yang telah kau rampas

Yang mampu menjajah hidupku seperti yang kau lakukan

Dan membebaskanku seperti yang kau lakukan


-Nizar Qabbani 


REVIEW BUKU CORAT-CORET DI TOILET - EKA KURNIAWAN

 

Cover Buku Corat-Coret di Toilet
(Sumber : Mojok)

Judul Buku : Corat-Coret di Toilet

Penulis : Eka Kurniawan

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  140 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Fiksi, Cerpen

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku penuh satire pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Corat-Coret di Toilet. Buku ini adalah kumpulan cerpen bergaya sarkas dan satir karya sastrawan Eka Kurniawan. Ada dua belas judul cerpen dalam buku ini. Secara keseluruhan berlatar masa awal-awal reformasi, mengandung pesan politik yang kuat pasca orde baru, dan pada intinya berkisah tentang bumi manusia dengan segala persoalannya.

Kisah favoritku tentu yang berjudul 'Corat-Coret di Toilet'. Di bagian ini Eka menggambarkan dengan vulgar keresahan penuh kejujuran dari para mahasiswa dengan bermacam latar belakang yang dituliskan di dinding toilet. Saling bersahutan, dalam ruang tertutup yang jauh lebih mengusik hati dan pikiran daripada kepalsuan di ruang terbuka. 


"Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet." 

-Eka Kurniawan


Kisah favorit lainnya berjudul 'Siapa Kirim Aku Bunga ?' yang bercerita seorang lelaki kolonial dibuat penasaran karena sering dikirimi bunga oleh orang misterius. Setelah diselidiki, betapa kaget dirinya mengetahui kalau orang yang mengirim bunga itu ialah gadis pribumi yang selama ini ia jajah.

Ada pula kisah seorang gadis yang dikekang oleh orang tuanya tidak boleh keluar malam. Sekalinya keluar malam itu pun dikawal oleh ayah dan ibunya. Hingga suatu hari hasrat ingin keluar malamnya tak tertahan, ia menyelinap keluar rumah untuk bertemu lelaki pujaannya. 


"..., dan semua orang tahu jatuh cinta sering kali membuat orang menderita. Cinta membuat orang begitu tolol, dungu dan bodoh. Tapi kadang cinta membuat seseorang juga menjadi pemberani." 

-Eka Kurniawan


Semua ceritanya bagus, mengangkat relitas masyarakat pada waktu itu. Dikemas dengan sederhana namun tidak menghilangkan kuatnya pesan yang ingin disampaikan, bahkan bisa disebut provokatif. Beberapa selingan humornya bikin meringis. 

Setelah membaca buku ini, menurutku para pembaca akan terusik empatinya, terbangun kegelisahannya dan terpacu nalar kritisnya dalam mencari benang merah antara masalah mendasar di kehidupan masyarakat degan karut-marutnya pengelolaan negara.

Ada api tergambar di cover buku ini, seakan mengamini nyalanya api kecil keberanian dalam hati tiap pembacanya. Buku yang ringan dengan pesan kritik sosial terhadap gemuruh politik pasca orde baru. Tapi jadi sangat ABSURD kalau kumpulan cerpen ini jadi alat bukti tindak kriminal ! ABSURD !


Rabu, 24 Februari 2021

REVIEW BUKU THINK LIKE A FREAK : BERPIKIR TIDAK BIASA UNTUK HASIL YANG LUAR BIASA - STEVEN D. LEVITT DAN STEPHEN J. DUBNER

Cover Buku Think Like a Freak
(Sumber : Mizan)

 

Judul Buku : Think Like a Freak

Penulis : Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner

Penerbit : Noura Books

Tebal :  268 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 3,8/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku tentang ‘berpikir’ tetapi dengan metode lain daripada yang lain. Aku bacanya di IPUSNAS, judulnya menarik, Think Like a Freak. Think like a freak adalah sebuah buku yang berusaha membujuk pembacanya untuk berpikir layaknya ‘orang aneh’ dalam menyelesaikan suatu masalah. Ditulis oleh profesor ekonomi, Steven D. Levitt dan penulis dari The New York Times, Stephen J. Dubner.

Sebelum buku ini terbit, keduanya pernah menulis dua buku best seller tentang ekonomi berjudul Freakonomics dan Superfreakonomics. Jadi tidak heran kalau di buku Think Like a Freak ini, sentuhan-sentuhan ekonominya sangat terasa.

Salah satu bab yang menarik menurutku, apabila kita ditanya “Apa Tiga kata yang paling sulit diucapkan?”. Jawabnya bukan “I Love You”. Namun “Aku tidak tahu” tau “I Don’t Know”. Menurut penulis, sebagian besar orang enggan (atau bisa disebut gengsi) mengucapkan kata-kata tersebut. Orang-orang pada dasarnya tidak mau tampak bodoh atau kelihatan bodoh. Sehingga mereka memilih menjawab dengan kepura-puraan. Ini bisa berdampak luas apabila orang itu pembuat kebijakan yang berdampak pada orang banyak. 

Padahal, hanya karena Anda hebat dalam satu hal bukan berarti Anda bagus dalam segala hal. Jadi disini penulis menekankan pentingnya menyadari kekurangan diri, sadar bahwa kita tidak mengetahui segalanya dan ini menjadi langkah awal dalam menyelami buku ini, “jangan malu oleh seberapa banyak yang belum Anda tahu.”

Selain itu, pembahasan soal mendefinisikan ulang dan mengurai suatu masalah sampai ke akar penyebabnya juga cukup menarik. Menurut penulis menerapkan kebiasaan ini akan sangat efektif dalam menyelesaikan suatu masalah. Dengan mendefinisikan ulang suatu masalah akan mendorong kita menemukan serangkaian solusi baru, dan dengan mengatasi akar penyebab masalah kita sedang mengatasi masalah yang sesungguhnya, dan bukan hanya mengatasi bayangan -sesuatu yang bukan akar penyebab masalah. Karena masih sering orang-orang berusaha mengatasi masalah hanya dengan menghilangkan ‘gejala’nya bukan ‘virus/bakteri’ penyebab masalah itu. Dalam hal ini penulis mencontohkan soal tingkat kejahatan / kriminalitas, kebanyakan pemerintah akan mengatasinya dengan memperketat aturan dan memperbanyak petugas keamanan, padahal itu hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar permasalahan.

Jika pembaca menghendaki kreativitas dan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah, aku merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Cara penulis merangkai data dan narasi patut diacungi jempol karena membuat cerita menjadi menarik, ditambah sentuhan anekdot yang khas membuat insight-insight yang dimasukkan penulis mengalir dengan licinnya.


“Dunia modern menuntut agar kita semua berpikir sedikit lebih produktif, lebih kreatif, lebih rasional agar kita berpikir dari sudut yang berbeda dengan seperangkat otot yang berbeda dengan harapan yang berbeda agar kita berpikir tidak dengan rasa takut ataupun keuntungan, tidak dengan optimism buta ataupun skeptisisme suram. Agar kita bisa berpikir seperti orang aneh.”

-Steven D. Levitt dan Stephen J. Dubner


REVIEW BUKU THE MAGIC OF REALITY : SIHIR REALITIS - RICHARD DAWKINS

 

Cover Buku The Magic of Reality
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : The Magic of Reality

Penulis : Richard Dawkins

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tebal :  276 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Non-Fiksi, Science-Nature

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku bertema sains yang banyak direkomendasikan untuk dibaca. Aku membacanya di IPUSNAS, judulnya The Magic of Reality, ditulis oleh Ricahrd Dawkins. Richard Dawkins adalah ahli biologi evolusioner dan ahli etologi dari Inggris. Dawkins juga dikenal sebagai penulis yang karyanya laris di dunia, salah satunya buku ini, The Magic of Reality. Berbeda dari buku-buku sains popular yang ‘kaku’, buku ini justru disajikan dengan cara sederhana.

Ada 12 bab dalam buku ini, hampir semua bab diawali dengan pertanyaan sederhana dan mendasar tentang kehidupan, seperti : Apa itu realitas ? Apa itu sihir ? Siapakah orang pertama ? Mengapa ada banyak jenis hewan ? Segala sesuatu terbuat dari apa ? Kapan dan bagaimana segalanya bermula ? Apa itu matahari ? Apa itu pelangi ? Apa itu gempa ? Mengapa ada siang dan malam ? Apa diluar bumi ada kehidupan ? 

Sebelum menjawab pertanyaan itu dari sudut pandang sains, Dawkins terlebih dahulu menceritakan mitos-mitosnya. Jadi, selain mendapat pengetahuan dari sisi Sains, pembaca juga bertambah wawasasannya mengenai mitos-mitos / legenda / kisah klasik tentang alam semesta yang berbeda-beda di setiap daerah, setiap bangsa dan juga setiap agama.

Pembahasan tentang penyakit dan evolusinya tentu yang paling menarik perhatianku karena Dawkins menjabarkan  apa itu imun, antibiotik, parasit, vaksinasi, kanker, dsb. Selain itu, perjalanan menjelajah luar angkasa juga cukup menyenangkan, to be honest, sejak kecil aku antusias dengan hal-hal berbau astronomi, bahkan ketika di bangku sekolah ada pelajaran IPA, yang paling kutunggu-tunggu adalah bab tentang matahari, bulan, bumi, komet, meteor, dan teman-temannya wkwk.


“Realias tidak hanya terdiri atas hal-hal yang telah kita ketahui : realitas mencakup juga hal-hal yang ada namun belum kita ketahui.”

-Richard Dawkins

Buku ini semacam paket komplit karena berisi bermacam bidang keilmuan antara lain fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi, dan sejarah. Pembaca akan dibuat kagum dengan keajaiban dan keseruan sains yang terus-menerus menyingkap hal-hal ‘baru’ dengan metode yang ilmiah. Pembahasannya harus kuakui walaupun disampaikan secara sederhana tetap saja ada bagian-bagian yang tidak mudah di pahami. Ilustrasi oleh Dave McKean juga sangat membantuku untuk ‘bertahan’ hingga akhir, hehe nggak kebayang gimana ‘garing’nya buku ini andai tanpa ilustrasi. 

Dawkins dalam buku ini menolak mentah-mentah gagasan yang bersifat mitos-mitos supranatural atau ilahiah tentang alam semesta. Tetapi, aku bisa memahami itu karena memang beliau berpegang pada keyakinan ilmu pengetahuan murni sehingga berusaha mencari jawaban secara logis. Ada pula yang mengatakan (atau bahkan Dawkins sendiri) bahwa Dawkins ialah saintis yang ateis ? Untuk bagian ini aku belum sepenuhnya tahu karena baru membaca satu karya beliau. Namun, satu hal yang paling aku suka dari Dawkins, ketika ada hal-hal yang memang tidak beliau ‘pahami’ maka beliau lebih mempersilahkan orang yang ahli untuk menjelaskan atau beliau akan bilang “Ini sesuatu yang belum kami pahami, namun kami sedang mempelajarinya.”

Well, setelah menyimak tabir alam semesta yang dibuka oleh Dawkins secara gamblang dalam buku ini, aku justru merasa semakin sangat amat kecil sebagai manusia, betapa Mahabesar Allah dengan segala kuasa dan ciptaan-Nya. The Magic of Reality sangat mengagumkan. Mengagumkan karena nyata.


"Sains bisa maju berkat ketidakmampuannya—sejauh ini –untuk menjelaskan segala sesuatu, dan memanfaatkan ketidakmampuan itu sebagai pendorong untuk terus-menerus mengajukan pertanyaan, menciptakan dan menguji model-model yang mungkin, sehingga kita bisa bergerak, sedikit semi sedikit, mendekati kebenaran." 

-Richard Dawkins


Selasa, 23 Februari 2021

REVIEW BUKU MEREGUK MATA AIR KEBIJAKSANAAN GUS MUS - IMAM MUHTAR

Cover Buku Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus
(Sumber : Mojokstore)

 Judul Buku : Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus

Penulis : Imam Muhtar

Penerbit : Noktah

Tebal :  270 halaman

Tahun Terbit : 2019

Kategori : Non-Fiksi, Agama & Spiritual

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang berisi banyak nasihat-nasihat tentang kehidupan yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus ditulis oleh Gus Mus. K. H. Ahmad Mustofa Bisri atau lebih akrab disapa Gus Mus adalah manusia yang lengkap, selain ulama, beliau juga penyair, cerpenis, pelukis, dan sekaligus guru. Segala yang Ia sampaikan senantiasa menentramkan, dan penuh makna. Bahasa yang dipilih dalam buku ini pun memberi kesan cair, akrab dan santun.

Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus merupakan buku yang berisi tentang 31 petuah atau nasihat atau ajaran dari Gus Mus. Penulis buku ini, Imam Muhtar, merupakan santri lulusan pondok Tremas, Pacitan.  Meskipun tidak ditulis langsung oleh Gus Mus, buku ini berhasil mengarungi makna mendalam dari ajaran-ajaran Gus Mus yang pasti bermanfaat bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


“Bantulah orang yang kesusahan, minimal dengan menghibur dan mendoakannya.” 

-Gus Mus

Di buku ini ada 31 ajaran Gus Mus yang penulis serap baik itu dari pengajian offline, online dan juga cuitan twitter Gus Mus. Ya, itu juga keunikan Gus Mus, beliau tidak serta merta ‘anti’ terhadap kemajuan teknologi, beliau pun terjun langsung untuk bercuit-cuit ria di twitter yang menurut beliau merupakan satu sarana penting dalam berdakwah. Begitulah, suri tauladan serta kebajikan tidak hanya muncul dari sikap dan ucapannya saja, tetapi juga dalam cuitan medsosnya.


“Akan lebih baik bagimu menganggap setiap orang lebih baik darimu.”

-Gus Mus

Dalam setiap bab buku ini pembaca juga diajak meneladani ajaran-ajaran dari banyak tokoh-tokoh muslim, mulai dari Rasulullah Saw. sampai ke ulama-ulama di Indonesia. Kisah-kisah inspiratif dan sarat akan makna kehidupan juga semakin membuat buku ini berbobot. 

Tidak hanya perihal ibadah, pitutur-pitutur Gus Mus dalam buku ini meliputi hampir semua sendi kehidupan, baik itu masalah sosial-budaya sampai rumah tangga. Namun, pada intinya, prinsip Gus Mus ialah mencontoh keteladanan dari sosok manusia paling sempurna yang pernah ada di muka bumi, baik fisik, intelektual, kecakapan, keutamaan derajat dan kesempurnaan lainnya. Siapa lagi kalau bukan Nabi Muhammas Saw. 

Mata Air, suatu analogi yang cocok sekali untuk pitutur-pitutur Gus Mus. Apa yang beliau sampaikan merupakan mata air yang jernih, sejuk, menenangkan, melegakan bagi siapa saja yang merasa haus akan ilmu.


“Masing-masing kita punya kelebihan dan kekurangan. Marilah kita melengkapi dan menyempurnakannya untuk mencapai kebahagiaan sempurna, kebahagiaan bersama.”

-Gus Mus


Senin, 22 Februari 2021

REVIEW BUKU THE BOOK OF FORBIDDEN FEELINGS - LALA BOHANG

 

Cover Buku The Book of Forbidden Feelings
(Sumber : Mizan)

Judul Buku : The Book of Invisible Questions

Penulis : Lala Bohang

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  156 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Fiksi

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku kedua karya Lala Bohang yang pernah aku baca di IPUSNAS. Dibandingkan dengan The Book of Invisible Questions yang nuansanya lebih universal, The Book of Forbidden Feelings lebih kental dengan nuansa feminin. Meski demikian, aku tidak menyesal membaca buku ini karena memang niat awalnya lebih kepada belajar membiasakan diri membaca buku-buku berbahasa inggris. Dan tentunya harus dimulai dari yang mudah-mudah dulu, seperti kalimat-kalimat di buku ini yang memang cukup mudah dimengerti.


“Women and men have been living side by side on earth since the beginning. Breathing the same air but always wanting different things in life. Women want safe companionship. Men what experimental companionship. Women want all nice looking creatures in the world. Women want polite sex. Men want wild sex. Since then women and men always seek for intersections between their needs. Through relationships, through marriage, through parenthood. ‘Theoretically you're perfect.’ It's just that women and men don't have any intersection.”
-Lala Bohang

Oke mari membahas isinya, apa sebenarnya buku ini ? Perasaan terlarang ? Dilarang berperasaan ? Dilarang baper ? Yang jelas buku ini berisi tulisan menarik, tentang kehidupan dan percintaan yang cocok buat quote, caption atau update story wkwk. But, sorry to say, buku ini gelap, suram dan dijamin nyesek kalau si pembaca sedang patah hati. Buku ini bukan buku motivasi ! Tapi buku ini akan lebih terasa sebagai teman, yang membantu proses healing after realizing what's broken.

Menurutku, tulisan Lala Bohang bukan puisi atau sajak atau apalah itu, melainkan sebuah narasi dengan kalimat ringkas, bernas, yang diluapkan dari lubuk hati terdalam. Didominasi warna hitam-putih, banya ilustrasi bernuansa monokrom. Lengkap sudah, menggambarkan kesedihan seorang gadis karena luka atau kecewa. Ditulis dengan sudut pandang seorang gadis dengan segala pengalaman percintaannya terkesan terlalu jujur dan benar-benar mewakili perasaan yang tak bisa diungkapkan. 

Kata-katanya seakan berbicara, memang begitu, terkadang manusia suka memendam apa yang ia rasakan, mengendap dibalik senyum yang dipaksakan, hingga berdampak buruk bagi diri sendiri. Namun, memang terkadang manusia memiliki hal-hal yang tidak ingin diketahui orang lain. Lebih memilih memendamnya demi kebaikan diri sendiri juga orang lain. Dan disaat sendiri, berbincang dengan diri sendiri, semua perasaan itu bisa terluapkan, itulah yang ditumpahkan Lala Bohang dalam buku ini.


Woman to woman friendship is the hardest of them all.

It's caring but at the same time bullying.

It's supportive but at the same time envious.

It's a smiley expression but the same time judgemental.

It's a sweet emoticon but at the same time constant comparison.

It's understanding but at the same time demanding.

It's accepting but at the same time never feel good enough.

It's listening but at the same time talking someone's back.

-Lala Bohang 


Kutipan ini menurutku yang paling membekas, terutama bagi pembaca perempuan. Mengungkapkan perasaannya tentang pertemanan. So appreciate for this book, Lala Bohang can write and draw very nice. To be honest, I can't understand most of her ilustration, not because it's bad.  The Book of Forbidden Feelings, a simple and beautiful book that succeeds in taking us to the darkest world of feelings while making us feel more alive.


REVIEW BUKU THE BOOK OF INVISIBLE QUESTIONS - LALA BOHANG

 

Cover Buku The Book of Invisible Questions
(Sumber : Gramedia)


Judul Buku : The Book of Invisible Questions

Penulis : Lala Bohang

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  152 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Fiksi

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! I just finished reading this wonderful book. Buku yang ini berbeda dari buku-buku yang pernah aku baca. Ya, ini adalah buku berbahasa Inggris pertama yang aku baca. Kenapa tertarik baca buku ini ? Awalnya cari-cari rekomendasi buku berbahasa Inggris yang bagus di IPUSNAS dan akhirnya aku memilih buku ini. Sangat puas selesai membacanya hehe.

The Book of Insvisble Question adalah buku ketiga dari penulis Lala Bohang, dan ini pertama kalinya saya membaca buku beliau. Buku ini didominasi oleh warna hitam, putih, dan biru, ditulis dalam bahasa inggris dengan berbagai  ilustrasi yang memberi rasa nyaman ketika membacanya. Perihal arti dari setiap gambarnya, kita bisa dengan bebas menafsirkan.

Seperti judulnya, The Book of Invisible Question adalah buku yang berisi banyak pertanyaan. Di buku ini, Lala ingin membagikan perasaan, pengalaman, pemikirannya kepada pembaca melalui pertanyaan-pertanyaan yang juga diselingi  kata - kata puitis yang amazing. 

Apa yang penulis hadirkan di buku ini adalah tentang sesuatu hal yang baru, sesuatu yang belum pernah saya pikirkan sebelumnya, sesuatu yang tersembunyi di balik sebuah pertanyaan. Namun, ada juga beberapa pertanyaan yang pernah muncul tapi berakhir dengan tanpa jawaban.

Dan setelah saya selesai baca buku ini, bukan jawaban pasti yang saya dapat. Tetapi sebuah cara baru : yaitu bagaimana kita seharusnya melihat isi dari sebuah pertanyaan. Salah satunya dengan memandang dari sudut lain. Terkadang kita memang perlu melihat berbagai sudut pandang agar bisa memahami dan saling menghargai.

Kalau dalam buku ini, Lala mengibaratkannya dengan Batu, Kecoak, Gadis dan impiannya serta anak kecil. Tidak hanya itu, beberapa pertanyaan juga dijawab dengan sudut pandang penulis yang menurut saya absurd, out of the box dan belum pernah terbayangkan sebelumnya. It’s told in simple way yet sometimes it's relatable and just makes me smile. Di bagian akhir buku ini Lala mengatakan "This is not the book answer", karena disaat selesai membaca buku ini, justru kita akan menemukan jawaban versi sudut pandang kita sendiri.


Contradiction is wild thing.

You always hate something

And love it at the same time

Because love and hate are never a choice.

They come hand in hand

As a giant package

 

-Lala Bohang


Saya sangat suka tentang cara penulis memiliki konsep menulis buku seperti ini. Saya pun juga heran, Lala Bohang dapat inspirasi seperti apa sehingga bisa terdorong menulis buku seperti ini. Saya rasa buku seperti ini tak membosankan bila dibaca berkali-kali. Berhubung saya bacanya di IPUSNAS, jadi saya catat beberapa part yang favorit. Dan saya berharap suatu saat punya buku fisiknya hehe.


Who is the best lover you’ve ever had ?

When I’m writing this, I’m thinking about you.

 

 -Lala Bohang


Minggu, 21 Februari 2021

REVIEW BUKU BUMI MANUSIA - PRAMOEDYA ANANTA TOER

 


Judul Buku : Bumi Manusia

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tebal :  551 halaman

Tahun Terbit : 2005

Kategori : Fiksi, Roman-Sejarah

My Rated : 5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang nampaknya akan menjadi salah satu buku terbaik yang pernah aku baca. Selesai membaca buku ini di bulan Februari 2021. Wah, kemana saja aku baru baca buku ini ? wkwk. Menyesal ? sedikit. Sudah lama sebenarnya mendengar buku ini adalah masterpiece dari Pram, salah satu karya sastra terbaik Indonesia, dan bahkan sudah ada filmnya.


“Cerita..selamanya tentang manusia, kehidupannya, bukan kematiannya. Ya biarpun yang ditampilkannya itu hewan, raksasa atau dewa ataupun hantu. Dan tak ada yang lebih sulit dipahami daripada sang manusia.. jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biarpun penglihatanmu setajam mata elang; pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka daripada dewa, pendengaranmu dapat menangkap musik dan ratap tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” 
-Pramoedya Ananta Toer


Bumi Manusia. Sebuah kisah manusia dengan segala dinamikanya. Novel yang mengambil latar belakang pergerakan nasional awal abad ke-20 ini berkisah tentang Minke, seorang keturunan priyai Jawa, sebagai tokoh utama. Pram menggambarkan karakter Minke sebagai pribumi terpelajar, mendapat pendidikan ala Eropa di HBS (Hogere Burger School), yatu sekolah setara SMA yang tidak semua pribumi bisa sekolah disitu. Hidup ditengah-tengah pergaulan Eropa membuat pandangan Minke menjadi pengagung Eropa. Pergolakan batin Minke terjadi karena ayahnya geram dengan dirinya yang hilang Jawa-nya, sedangkan Bunda Minke berpesan agar tahu batas dan berani bertanggungjawab. Dari sini Minke mengalami proses pencarian jati dirinya, seorang pribumi tapi pengagung Eropa.

Berawal dari ajakan temannya, Robert Surhof, mereka berkunjung ke Boerderij Buitenzorg (Perusahaan Pertanian) di Wonokromo, Surabaya. Disana ia bertemu pemimpin perusahaan, Nyai Ontosoroh dan putrinya, Annelies Mellema yang berparas elok. Cinta pada pandangan pertama antara Minke dan Annelies digambarkan sedemikian romantis oleh Pram. Mulai sejak itu, Minke resmi masuk kedalam pusaran kehidupan Nyai Ontosoroh. Kisah cinta romantis ini berujung pada pertentangan pribumi melawan Eropa, antara tradisi dengan modernism, antara hak dan kewajiban, hingga dihadapkan pada permasalahan pendidikan, hukum, pengadilan, dan banyak lagi sehingga mematahkan pengagungannya terhadap ke-Eropa-an.


“Dalam kehidupan ilmu, tidak ada kata malu. Orang tidak malu karena salah atau keliru. Kekeliruan dan kesalahan justru akan memeprkuat kebenaran..”
 -Pramoedya Ananta Toer


Penggunaan diksi dari Pram dalam novel ini dapat dikatakan tidak hanya berorientasi pada keindahan tetapi justru lebih untuk menyampaikan pikiran dan pandangannnya tentang kolonialisme, ketidakadilan, emansipasi, diskriminasi sosial dan lain sebagainya.

Pembentukan karakter dari tokoh utama, Minke, terasa sangat emosional. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh Minke seperti status sosialnya sebagai Pribumi yang dianggap rendah oleh bangsa Eropa dan usahanya mempertahankan kekasihnya, Annelies, membentuk kepribadian tokoh Minke sebagai pribadi yang lebih dewasa, mandiri, memandang sesuatu secara objektif, berwawasan terbuka, dan tidak mudah menyerah. Yang menjadi pertanyaan, penghakiman seseorang hanya karena darah masih saja ada di negeri ini, padahal katanya manusia semakin berpendidikan, semakin terpelajar, semakin berbudi, tapi nyatanya ? 

Penokohan perempuan dalam novel Bumi Manusia sangat menarik. Pramoedya Ananta Toer menampilkan karakter perempuan yang luar biasa. 

Sosok Nyai Ontosoroh (Sanikem) merupakan gambaran perempuan awal abad 20 yang berpikiran modern karena memperoleh didikkan dari 'lelakinya' yang berkebangsaan Belanda. Nyai Ontosoroh bertransformasi dari sekadar Gundik menjadi perempuan mandiri, mampu mengelola perusahaan, menjadi pemimpin dari ratusan orang, berani mengemukakan pendapat dan berani melawan ketidakadilan yang menimpanya. Seorang pribumi, gundik yang menguasai bahasa Belanda, berwawasan luas, terpandang, dan berkarakter.

Tokoh Annelis Mellema, anak Nyai Ontosoroh, berdarah Indo-Belanda merupakan simbol perempuan cantik luar biasa, namun lemah dan teraniaya. Bila dilihat dari sisi lain, Annelis merupakan figur perempuan yang perhatian, cermat, teliti, dan supel. Dalam hal berkomunikasi, ia tampil sopan dan menghormati.

Tokoh Bunda Minke, merupakan gambaran perempuan Jawa yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan norma budaya. Bunda juga sosok karakter ibu yang bijaksana, penuh pengertian terhadap putranya dan mampu memposisikan dirinya sebagai ibu maupun sebagai istri.

Tokoh Julia Magda Peters yang merupakan guru sastra Belanda-nya Minke, merupakan gambaran perempuan Belanda yang tidak hanya pandai, tetapi juga punya empati terhadap pribumi, ia mengapresiasi tulisan-tulisan Minke dan berusaha membela Minke, hingga berakibat ia harus dipulangkan ke Belanda.

Selain itu, buku ini juga sarat akan nilai-nilai pendidikan karakter, baik itu hubungan dengan Tuhan maupun hubungan dengan sesama manusia. Nilai karakter hubungan dengan Tuhan tercermin dalam doa dan perenungan dari tokoh-tokohnya, kemudian adanya pemahaman syariat islam tentang syarat sah pernikahan. Nilai karakter hubungan dengan manusia yang terbagi menjadi tiga:

  • Hubungan Manusia sebagai individu : Jujur dalam berkata ; Bertanggung jawab terhadap sikap, tindakan, dan pilihan hidup ; Percaya dengan kemampuan diri sendiri ; Kritis terhadap pendapat umum yang keliru dan melawan ketidakadilan ; Semangat belajar ditandai dengan kebiasaan membaca buku, kecintaan terhadap sastra dan berdiskusi ; Bekerja keras untuk mencapai apa yang diinginkan.
  • Hubungan Manusia sebagai makhluk sosial : Tahu akan hak dan kewajiban terhadap diri sendiri dan orang lain ; Menghargai karya, usaha dan prestasi orang lain ; Terbuka terhadap pendapat orang lain dan berani mengemukakan pendapat.
  • Hubungan Manusia dengan karakter kebangsaan: Patriotisme, melawan kolonialisme dan semangat pantang menyerah hingga darah penghabisan.

Buku yang luar biasa, uniknya, Pram begitu lihai menjungkir-balikkan suasana ketika pembaca sedang asyik-asyiknya menikmati suatu momen, memang tidak terduga. Sumbangan Pram untuk Dunia, tidak heran jika mendapat banyak penghargaan dan juga telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Bagiku, ini adalah salah satu buku yang menjadi buku terbaik sepanjang masa. Jadi penasaran untuk membaca kelanjutannya, hehe. 

Pertanyaannya, mengapa buku ini pernah dilarang beredar ? Benarkah buku ini membahayakan bangsa dan negara ? Yang aku jumpai di buku ini justru manusia dan kemanusiaan dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan yang bisa dipetik. Apalagi kalau dihubungkan dengan negara demokrasi, bukankah suatu paradoks bila tanpa malu membatasi kebebasan berpikir, berpendapat dan berekspresi ? Bila tetap tidak setuju dengan isi buku ini, bukankah lebih bijak dan beradab apabila menandinginya dengan menulis buku pula ? 

Seperti pidato yang pernah disampaikan oleh Buya Hamka, “Kalau tidak menyukai sebuah buku, janganlah buku itu dilarang, tapi tandingi dengan menulis buku pula.”

Dari kisah di buku ini, membuat kita merenung bahwa warisan buruk masa lampau, seperti diskriminasi rasial, ketidakadilan hukum dan penindasan nyatanya masih sering kita jumpai sampai detik ini. Bahkan lebih memilukan karena terjadi antara sesama anak bangsa, anak negeri sendiri.


“Jangan pikirkan kekalahan, pikirkan dulu perlawanan yang sebaik mungkin, sehormat mungkin.”
-Pramoedya Ananta Toer


Bumi Manusia mengungkapkan cerminan kehidupan masyarakat awal abad ke-20 yang dominan tentang diskriminasi serta penindasan dan kekerasan terhadap perempuan. Selain itu, juga terlihat jelas bagaimana orang Eropa merasa derajatnya paling tinggi sehingga apapun yang mereka ungkapkan harus dipercaya. Sebuah upaya perlawanan dari pribumi, Nyai Ontosoroh dan Minke, hendaknya tidak hanya dilihat dari sisi menang atau kalah, tetapi lebih ditekankan pada proses panjang yang dilalui dengan segala daya dan upaya semaksimal mungkin, walau harus menerima kenyataan, hasil yang didapat terkadang tidak sesuai dengan keinginan.


“Kita kalah, Ma!”

“Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.”

-Pramoedya Ananta Toer

REVIEW BUKU NEGERI PARA BEDEBAH - TERE LIYE

 

Cover Buku Negeri Para Bedebah
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Negeri Para Bedebah

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  444 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Hahaha benar saja harusnya aku baca novel Negeri Para Bedebah (NPB) dulu baru baca Negeri Di Ujung Tanduk (NDUT), tapi aku justru membaliknya. Nggak kaget rasanya membaca novel ini seperti nonton film dengan alur mundur. Jadi, kusarankan lebih baik kamu membaca dengan urut, NPB dulu baru NDUT, hehe.

Setelah membaca keduanya, menurutku tensi tinggi yang disajikan di novel NDUT jauh lebih menegangkan daripada NPB. Wajar saja, karena Thomas (tokoh utama) dalam novel NPB masih sebagai konsultan keuangan dan baru melebarkan sayapnya menjadi konsultan politik di novel NDUT, tentunya semakin banyak ‘angin’ yang menerpa.

Perihal menulis novel, kemampuan Tere Liye tidak perlu diragukan lagi. Meskipun baru membaca dua karyanya, aku senang sekali dengan gaya berceritanya yang bikin penasaran. Dalam novel Negeri Para Bedebah ini, Tere Liye menggambarkan sosok Thomas dengan idealisme serta karakter petarung yang mentalnya sudah ditempa sejak kecil. Lahir di keluarga pengusaha, dihantam persekongkolan jahat hingga nyawa kedua orang tuanya melayang, pengalaman pahit ini mengajarkan Thomas untuk tumbuh menjadi orang yang berani dan tidak menjadi penghianat.


“Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata. Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah. Tetapi, setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.”
-Tere Liye

Ceritanya di suatu negeri, ada persekongkolan orang ‘dalam’ yang merupakan kaki tangan dari sosok Tuan ‘Besar’ namun tidak ‘terlihat’ dalam percaturan ekonomi negeri itu untuk membuat Bank Semesta pailit. Pemilik Bank ini adalah Om Liem, konglomerat, pamannya Thomas. Meskipun Thomas tidak ada sangkut pautnya dengan Bank Semesta, ia merasa terpanggil untuk menyelamatkan Bank ini, uang para nasabah serta nyawa dan kehormatan pamannya. 

Adegan-adegan seperti meloloskan diri, baku hantam, baku tembak, kejar-kejaran, pencegatan, hadir silih berganti. Dalam 400-an halaman buku ini, pergerakan Thomas sangatlah cepat, pagi ia bisa di Jakarta, siang sudah di lautan, sore di pesawat, dst. Selain karakter Thomas yang bersinar dalam novel ini, tokoh-tokoh lainnya juga tidak kalah menarik perhatian pembaca. Seperti Maggie, staf kepercayaan Thomas yang begitu cekatan dalam mencari informasi dan melaksanakan perintah. Julia, seorang wartawan yang selalu semangat mengejar narasumber hingga seringkali harus ‘terjebak’ dalam jatuh-bangunnya Thomas menjalankan strategi menghadapi ‘kekuatan besar’. Dan juga sosok Opah, petuap ataupun kisah yang sering diceritakan kepada Thomas pada masa kecil, menjadi inspirasi ketika Thomas dalam keadaan sulit.

Bagiku, Thomas memanglah sosok petarung sejati, berani menghadapi ‘lawan’ meskipun secara matematis ia kalah jumlah dan kekuatan. Namun, berbekal keberanian, pemikiran brilian tentang rencana yang akan dilakukan, koneksi jaringan yang luas, jadilah sebuah ‘perlawanan’ yang nekat, karena ia tidak mau disebut hebat. Sebaliknya, sosok Tuan ‘Besar’ sejatinya tidaklah ‘besar’, bahkan lebih cocok disebut pengecut! karena bersembunyi dibalik perlindungan oknum aparat dan para penghianat yang bisa dimanfaatkan dengan iming-iming dan janji manis materi alias uang.  


“Kaubayangkan, ketika satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang terjadi hanya level rendah, perampokan, atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi-misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apa pun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka.”
-Tere Liye


REVIEW BUKU NEGERI DI UJUNG TANDUK - TERE LIYE

 

Cover Buku Negeri Di Ujung Tanduk
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Negeri Di Ujung Tanduk

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  364 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku karya Tere Liye pertama yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Negeri Di Ujung Tanduk (NDUT). Setelah cukup lama mengantre di IPUSNAS, akhirnya dapat juga giliran baca buku ini. Tema utama novel ini tentu adalah politik. Menurutku Tere Liye mencoba merangsang "kepedulian" pembaca terhadap keadaan politik Indonesia. 


"Kita harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang melawan kezaliman yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki pengetahuan, kekuasaan, atau sumber daya. Kita memilih tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk.”
-Tere Liye

Tokoh utamanya adalah Thomas, seorang konsultan keuangan profesional, kemudian memperluas bidang kerjanya sebagai konsultan politik. Setelah memenangi dua pemilihan kepala daerah, namanya pun terangkat, akhirnya ia diminta menjadi konsultan politik kandidat terbaik calon Presiden berinisial JD. Thomas mau mendukung JD karena komitmennya untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi yang menurutnya adalah kunci dari semua permasalahan negara. Harusnya lebih mudah dalam memenangkan JD, namun menjelang konvensi partai dibuka, tiba-tiba datang serangan kepada JD. Tidak main-main, kasus korupsi triliunan tuduhannya ! 

Meskipun sempat mengendus adanya rencana mennyingkirkan JD dari kompetisi, Thomas dkk tidak menduga bakal secepat ini. Tidak hanya searangan terhadap JD, bahkan Thomas dkk juga jadi target "operasi". Selayaknya seorang petarung sejati, Thomas tetap teguh akan terus melawan kejahatan walaupun dirinya sendiri terjebak dalam berbagai masalah. Ia bersama tim dan bantuan dari orang-orang baik, berjuang menyelamatkan hidupnya, keluarganya sekaligus membongkar jaringan mafia hukum yang menguasai perpolitikan negeri ini. 


"Jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan, Membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang yang berdiri perkasa di depan, Membantu orang-orang yang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, Dukung mereka sekuat tenaga"
-Tere Liye

Well, menurutku Tere Liye sukses mengemas cerita dengan sangat apik!  Membaca novel ini seperti sedang menonton film atau bahkan live streaming karut-marut keadaan politik negeri ini. Dimana hukum diolok-olok padahal kita negara hukum, mafia hukum yang "tak terlihat" tetapi punya peran besar dalam kehidupan bernegara ditambah dewan perwakilan yang korup. Tiga ratus lebih halaman seakan tak terasa karena tensinya tinggi, alurnya cepat, setelah dari Hongkong ke Jakarta ke Bali ke Jakarta lalu balik lagi ke Hongkong, dst. Adrenalinku jadi makin terpacu karena serunya adegan tembak-tembakan, kejar-kejaran dan "amankeun!".  hahaha mantap betul...  Berharap novel ini diasopsi jadi film dan semoga tak terhalang sensor! Karena pasti banyak pihak yang tersinggung wkwk.

Walaupun fiksi, pasti ada pesan moral dari novel Negeri di Ujung Tanduk (NDUT) karya Tere Liye ini. Yaitu tentang pentingnya menjadi pribadi yang berkarakter, tetap memegang teguh prinsip hidup, berani membela kebaikan dan kebenaran, terus "melawan" meskipun banyak yang ingin menjatuhkan. Tentang kepedulian terhadap sesama, sekecil apapun kepedulian itu. Tentang keluarga, sahabat, orang-orang yang kita sayang yang bisa membuat kita tetap tegar. Tentang  pentingnya keberpihakan, berpihak pada yang tulus, bukan pada yang fulus; berpihak pada yang baik, bukan pada yang penuh intrik dan licik; berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan pada kepentingan para bedebah ! yang harusnya musnah ! dari negeri dengan sumber daya yang melimpah ! 


“Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.

Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan.”

-Tere Liye