Selasa, 30 Maret 2021

REVIEW BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR - MARK MANSON

 


Judul Buku : Segala-galanya Ambyar

Penulis : Mark Manson

Penerbit : Grasindo 

Tebal :  346 halaman

Tahun Terbit : 20

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Mark Manson adalah penulis buku laris versi internasional dan New York Times berjudul The Subtle Art of Not Giving A F*ck. Di buku keduanya yang berjudul Everything Is F*cked ini Manson melahirkan sebuah pedoman kewarasan untuk menghadapi problem-problem harapan.

Sebenarnya, buku ini sudah saya baca beberapa waktu lalu tetapi baru tertarik mengulasnya hari ini. Dunia di zaman sekarang, segalanya tampak sangat baik melebihi zaman-zaman sebelumnya. Meski demikian, tak sedikit pula yang tampak kacau balau dan benar-benar ambyar.Kita hidup dalam penggalan waktu yang menarik, dimana secara material segalanya nampak jelas lebih baik, namun anehnya kini justru telah mewabah perasaan akan tiadanya harapan. 

Manson menyebut ini sebagai paradoks kemajuan : semakin baik kondisi yang kita dapatkan, semakin cemas dan putus asa diri kita. Pada dasarnya, kita adalah manusia-manusia paling aman dan makmur sepanjang sejarah dunia, namun keputusasaan yang kita rasakan juga yang lebih parah ketimbang masa-masa sebelumnya. semakin baik keadaan yang kita dapat, semakin parah pula keputusasaan yang melanda kita. Dan Manson meringkas dalam satu fakta megangetkan (juga berdasar Suicide Rate Data dari WHO) : semakin kaya dan aman wilayah yang Anda tinggali, semakin mungkin Anda melakukan bunuh diri. 

Apa yang terjadi ? Lewat buku ini, Manson menerangkan sederet penelitian psikologis dan kebajikan dari beragam filsuf untuk berbicara mengenai berbagai persoalan agama, politik, uang, hiburan dan internet, dan mencoba menghadirkan solusi dari beragam keambyaran ini. Namun, bisa juga disebut berupa evaluasi tanpa berharap menyelesaikannya, tapi justru berupaya mencintainya.


"Nilai-nilai yang kita pilih selama hidup kita mengalami kristalisasi dan mengendap di lapisan paling atas kepribadian kita."

-Mark Manson


Dalam buku ini, Manson menempatkan dirinya lebih kepada perantara dari beracam-macam pemikiran yang diramu dengan ciamik. Jadi, hanya pada beberapa part, Manson menuangkan opininya yang memang khas, out of the box dan terkadang lucu. Referensinya pun tidak kaleng-kaleng, bisa dilihat di 36 halaman terakhir wkwk.


"Seperti pisau yang dipakai ahli bedah, harapan dapat menyelamatkan kehidupan dan harapan juga bisa merampas kehidupan."

-Mark Manson


Manson tetap meyakini bahwa harapan adalah hal yang fundamental untuk psikologi kita, sehingga kita harus :

  1. Memiliki pengharapan akan suatu hal,
  2. Percaya bahwa nasib kita dikendalikan oleh diri kita sendiri, sehingga kita harus meraih harapan tersebut,
  3. Menemukan sebuah komunitas untuk mendampingi kita meraih harapan tersebut.


Ketika kita kehilangan satu dari ketiga hal tersebut untuk waktu yang lama, kita kehilangan harapan dan akan terlempar kedalam kebenaran yang menggelisahkan.

Pengalaman menghasilkan emosi. Emosi menghasilkan nilai. Nilai menghasilkan cerita-cerita tentang makna. Dan orang yang berbagi cerita makna yang sama, berkumpul bersama untuk menghasilkan agama. Agama disini bukan hanya berarti mengimani Tuhan, tetapi meyakini apa yang mau kita yakini.

Nietzsche percaya bahwa kita harus melampaui harapan. Baginya, moralitas masa depan harus dimulai dengan sesuatu yang disebut amor fati atau cinta pada nasib. Amor fati bagi Nietzsche berarti penerimaan hidup dan pengalaman kita dengan tanpa syarat : segenap pengalaman naik dan turun, yang bermakna dan yang tak bermakna. itu berarti mencintai luka-luka, memeluk derita. Itu berarti menutup jarak yang memisahkan antara harapan dan kenyataan, bukan dengan cara mengejar lebih banyak lagi harapan, tetapi dengan mengharapkan yang senyatanya.

Pada intinya, Manson menampar kita bahwa, hey... dunia meamang kacau, dunia memang ambyar.Kenapa ? itu karena kita tidak sadar bahwa "harapan" kita terlalu disilaukan oleh keinginan-keinginan kita sendiri yang tidak masuk akal. Dunia boleh kacau, tapi bukan berarti kita juga harus menjadi kacau.Tidak perlu erharap menjadi lebih baik, cukup jadilah lebih baik. Jadilah sesuatu yang lebih baik. Jadilah lebih murah hati, lebih tabah, lebih rendah hati dan disiplin. 

Salah satu buku yang membuka wawasan dan membantu berpikir objektif dalam melihat keambyaran zaman ini. Sangat layak jadi bacaanmu.

Senin, 29 Maret 2021

REVIEW BUKU GET THE TRUTH - PHILIP HOUSTON, MICHAEL FLOYD & SUSAN CARNICERO

 


Judul Buku : Get The Truth

Penulis : Philip Houston, Michael Floyd & Susan Carnicero

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  348 halaman

Tahun Terbit : 2015

Kategori : Non-Fiksi, Tips-Trik

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Siapa sih yang belum pernah mendengar tentang Central Intelligence Agency (CIA) ? Aku rasa kita semua pernah mendengarnya hehe. Philip Houston, Michael Floyd & Susan Carnicero adalah para mantan anggota CIA yang sudah kenyang dengan pengalaman di dunia intelijen, kontraspionase, kontraterorisme, dsb.

Dalam buku ini mereka mengungkap seperti apa metodologi yang mereka gunakan selama melakukan interogasi dengan seseorang. Metodologi itu hebatnya bisa membuat 'seseorang' mengatakan yang sebenarnya, mengatakan sebuah kebenaran, sebuah kejujuran sekaligus mampu mendeteksi apakah orang tersebut berbohong atau tidak. Lalu di bagian akhir buku ini, Peter Romary, seorang pengacara dan arbiter internasional, mengulas bagaimana metodologi ini bisa diterapkan dalam bidang hukum, bisnis, dan negosiasi.

Buku ini dibagi menjadi 13 bab dan setelah bab terakhir ada 3 apendiks. Hampir di semua bab, pembaca akan sering menjumpai dialog-dialog dari wawancara maupun interogasi. Penulis juga mengangkat cukup banyak kasus dari pencurian, pembunuhan, hingga terorisme untuk mendukung penjelasan metodologi mereka. Disini pembaca dituntut jeli memahami setiap tokohnya, peran mereka dan bagaimana alur kasus tersebut. Karena tidak jarang, penulis mengacu kembali pada kasus-kasus yang sudah ditulis di bab sebelumnya. Disini aku merasa agak bosan karena terasa terlalu berbelit, pun juga nama-nama tokohnya banyak sekali.

Pada intinya teknik-teknik yang dipakai oleh para penulis menggunakan pendekatan non-koersif dan etis. Penulis memosisikan dirinya kontra terhadap teknik dengan pendekatan kekerasan, pemaksaan, ancaman, seperti yang sering kita jumpai di film-film. Menurut penulis, dengan pendekatan non-koersif, kita berusaha memahami sudut pandang seseorang kemudian menuntunnya ke suatu titik di mana dia merasa nyaman berbagi informasi. Pendekatan ini lebih manusiawi dan hasil yang diperoleh jauh lebih baik dan bermanfaat dalam mengungkap kebenaran. 

Secara keseluruhan, penulis memang sangat kompeten dalam menjelaskan metodologi dalam buku ini. Sebuah panduan untuk mengungkapkan kebenaran dari siapa pun dan kapan pun.


"Ada situasi ketika orang jahat melakukan hal-hal yang jahat, tetapi terkadang orang baik juga mengambil keputusan yang salah. Mereka tidak berniat untuk menyakiti seseorang. Mereka kadang hanya melangkah terlalu jauh, tidak menyadari konsekuensi yang akan mereka hadapi atau seseorang akan tersakiti karenanya. Jika Itu masalahnya kita perlu membicarakannya supaya kita bisa memperbaikinya." 

-Philip Houston, Michael Floyd & Susan Carnicero


Minggu, 28 Maret 2021

REVIEW BUKU QUESTIONING EVERYTHING - TOMI WIBISONO DAN SONI TRIANTORO

 


Judul Buku : Questioning Everything

Penulis : Tomi Wibisono & Soni Triantoro

Penerbit : Shira Media & Warning Books

Tebal :  362 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Sosial-Budaya

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Berbicara tentang kreativitas, ada satu insight yang keren dari Dr. Budi Irawanto dalam pengantar buku ini, 

"Kreativitas senantiasa mampu menerabas batas-batas yang dipatok oleh para pemegang otoritas. Ia tak pernah takluk di haribaan kekuasaan"


Kalimat yang membawa pikiranku kesana kemari menengok para kreator yang aku tahu, membebaskan dirinya dari rasa nyaman dalam proses menghasilkan karya yang otentik. Kreativitas memang sulit dipisahkan dari sifat pemberontakan, memberontak dari rasa 'nyaman'.


"Hal-hal buruk adalah kenyataan, sementara hal-hal baik adalah harapan. Dan di dunia semacam itu, sebagian optimis dalam ketidaktahuan. Meringkuk dalam laku fatalis, abai dan konsumtif. Larut. Sebagian lagi pesimis dalam ciut dan keragu-raguan. Larut.”

“Jika memang sedemikian suramnya, mengapa dunia tetap bertahan tak bergegas hancur berkeping-keping dan kembali ke rantai makanan sederhana ala zaman dinosaurus ? Mungkin Tuhan Yang Mahatahu memang masih menunggu atau bisa jadi karena masih ada serpihan nyala yang berbinar diberbagai ufuk semesta. Satu yang niscaya, saat ini kita hidup di dunia yang tidak baik-baik saja.”
-Tomi Wibisono & Soni Triantoro

Mengusik imajinasi pembaca. Begitulah yang aku rasakan ketika membaca buku ini.  Pengantar yang paripurna dari dosen ilmu komunikasi UGM disambung pengantar yang mengkritik sejarah, pendidikan dan jurnalisme dari kedua penulis mengawali buku ini. Questioning Everything merupakan kumpulan wawancara pilihan dari WARN!NG Magazine yang bertaburan gagasan menyentak, memprovokasi pikiran dan imajinasi pembaca.


"Ada dua cara ampuh untuk memahami isi kepala seseorang. Pertama, sambangi tempat ia tinggal dan lihat koleksi bukunya. Kedua, luangkan waktu yang amat panjang dan ngobrol-lah dengan dia. Kalau tak punya waktu dan segan bertemu, baca saja wawancaranya." 

-Ananda Badudu


Dua puluh tujuh insan kreatif sebagai narasumber, dari berbagai latar belakang, tidak semuanya aku tahu. Kalau nama-nama seperti Jerinx, Puthut EA atau Seno Gumira tentu tidak asing bagiku. Namun, konsep penulisan berupa tanya-jawab membuat kita sebagai pembaca merasakan kedekatan, seakan berbicara langsung dengan narasumber. Selain itu, spontanitas dari narasumber dalam menjawab pertanyaan, juga terkadang menggelitik  terutama ketika berbicara tentang politik, ideologi dan kemanusiaan.


"Tiap bagiannya akan membuatmu belajar tentang konteks jurnalistik yang tak melulu 5W+1H. Buku ini menyegarkan!" 

-ngadem.com 


Bagi kamu yang memiliki selera musik punk rock, hardcore, dsb, beberapa musisi / band ternama baik dari dalam maupun luar negeri bisa kamu jumpai di buku ini. Meminjam kalimat Wendi Putranto, para musisi ini memiliki keliaran perspektif, arogansi yang cerdas bahkan pemikiran yang provokatif. 

Seru menyimak gagasan-gagasan mereka, walaupun tidak terlalu mengerti ketika membahas tentang musik dan dinamikanya.

Let me tell you the part that makes me shake my head, change my sitting position and pause to read it over and over again. Here he is, "Di era silam, Anda sering menyerang generasi tua yang Anda anggap dekaden", lalu ditanggapi oleh Remy Sylado, "Kalau yang muda goblok itu nggak usah diserang. Memang belum berpengalaman. Tapi kalau tua goblok ya harus diserang."

Pada akhirnya aku sependapat dengan kedua penulis, bahwa dunia boleh tidak baik-baik saja. Tetapi kreativitas haruslah muncul ke permukaan dan berumur panjang. 


"Ada optimisme yang coba kami utarakan dari pesimisme yang seyogianya pun patut disadari. Selalu ada yang salah, namun senantiasa ada asa dan cara. Boleh jadi begitulah kreativitas bekerja." 
-Tomi Wibisono & Soni Triantoro

Sabtu, 27 Maret 2021

REVIEW BUKU MATI KETAWA CARA POLITISI - MAHAWIRA ABIMANYU

 


Judul Buku : Mati Ketawa Cara Politisi

Penulis : Mahawira Abimanyu

Penerbit : Palapa

Tebal :  272 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Sosial-Politik

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang mengangkat kelucuan tingkah laku para politisi. Judulnya Mati Ketawa Cara Politisi, karya Mahawira Abimanyu. Aku beli buku ini waktu ada pameran buku di deket rumah, melihat covernya membuatku tertarik membelinya. Bisa kita lihat ada kartun Adolf Hitler yang terkenal dengan ke-‘diktatoran’nya, tetapi jadi terlihat lucu, begitu juga dengan Ahok yang kita tahu sikap tegas dan ceplas-ceplosnya ketika menjadi pemimpin daerah sering menuai kontroversi, tetapi terlihat lucu di cover buku ini. 


“…dalam demokrasi, siapa boleh apa, si anu boleh anu, asal sesuai dengan siapa yang sudah dianu.” 

-Sujiwo Tejo


Dalam menjalani kehidupan, kita pasti pernah mengalami hal-hal yang lucu, baik itu datangnya dari diri sendiri ataupun orang lain. Kelucuan itu tidak jarang timbul dari suatu ketidaksengajaan, seperti karena faktor lupa dan teledor, atau justru timbul dari kesengajaan membuat jokes, tingkah laku dan cerita yang menimbulkan tawa. Dari hal-hal lucu itu bisa menjadi cerita yang akan kita kenang suatu hari nanti. Nah, apa jadinya kalau yang mengalami kisah lucu tersebut adalah para penguasa atau tokoh politik ? Apakah kita bisa menertawakannya ?

Secara umum, para penguasa, tokoh-tokoh politik atau pemimpin negara memiliki persona yang menampakkan citra dirinya sebagai orang yang tegas, berwibawa dan berpengaruh sehingga seringkali kisah-kisah lucu dari mereka tidak menjadi konsumsi publik. Namun, seiring waktu kisah-kisah lucu itu dapat kita ketahui melalui penuturan tokoh yang bersangkutan setelah purna jabatan, melalui media massa atau melalui tulisan seperti dalam buku ini. 

Mahawira Abimanyu dalam buku ini menyajikan beberapa kisah lucu dari para politisi baik itu dari Indonesia maupun dunia. Kisah-kisah ini tidak hanya sekadar humor, tetapi juga kisah yang mungkin tidak disangka-sangka dialami oleh mereka. Misalnya, kisah lucu dibalik kumis Adolf Hitler, kisah lucu mengapa Abraham Lincoln memelihara jenggot, kisah dibalik peristiwa Dahlan Iskan ditangkap oleh satpam kantornya sendiri, dan masih banyak lagi.


“Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak dapat mengelak dari segala kejadian yang tidak pernah direncanakan, sebuah kejadian unik yang kemudian menjadi kisah lucu.”

-Mahawira Abimanyu


Uniknya, selain mendapat kisah-kisah lucu, kita juga akan berkenalan dengan para politisi ini, mulai dari awal mereka lahir, perjalanan hidup, perjalanan karir dan politik sampai bagaimana mereka dikenal oleh rakyatnya. Kita akan mengenal secara singkat biografi dari tujuh presiden Indonesia, para politisi Indonesia salah satunya Susi Pudjiastuti, dan para pemimpin dari berbagai negara salah satunya presiden pertama Amerika, Abraham Lincoln.

Secara keseluruhan gaya bahasa dan penulisannya sangat mudah dipahami, tidak berbelit-belit dan hanya satu dua kata yang salah ketik. Tetapi, satu kritik aku tentang buku ini yaitu penulis kurang memberi ‘feel’ yang memancing pembaca untuk tertawa pada beberapa judul kisah yang dituliskan, sehingga apa yang seharusnya menjadi ‘nyawa’ dalam buku ini menurutku kurang ‘hidup’. Tetapi, hal ini tidak mengurangi inspirasi dan hikmah yang bisa kita dapat dari kisah-kisah para politisi ini. Buku yang unik, sayang kurang lucu. 


“Buku ini bukan bermaksud menyudutkan maupun membuat seseorang ditertawakan, melainkan untuk mengetahui dan mengambil hikmah dari berbagai kisah lucu dan unik tersebut.”

-Mahawira Abimanyu




Selasa, 23 Maret 2021

REVIEW BUKU WHO RULES THE WORLD - NOAM CHOMSKY

 


Judul Buku : Who Rules The World ?

Penulis : Noam Chomsky 

Penerbit : Bentang

Tebal :  398 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Non-Fiksi, Politik

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang isinya mencoba menelisik siapa yang mengontrol dunia. Noam Chomsky merupakan ahli dalam bidang linguistik dan filsafat. Beliau juga terkenal dengan buku-bukunya yang mengkritik pemerintahan Amerika Serikat. Salah satu yang populer, Who Rules The World ?, baru saja selesai kuhabiskan selama 6 hari ini, lumayan membuat dahi mengernyit.

Investigasi Intelektual dari Chomsky dalam buku ini ibarat menguak sisi Antagonis dari 'polisi dunia', Amerika Serikat. Bagaimana negara ini menjelma menjadi kekuatan 'tak tertandingi' terutama sejak PD II bahkan hingga hari ini ? Negara yang paling lantang menyerukan kebebasan namun sering bertentangan dengan tindakannya, seperti mendukung gerakan pemberontak, ikut campur dalam urusan regional suatu negara, bahkan merasa "berhak" menggunakan kekuatan militer secara sepihak dengan dalih "keamanan atau kemanusiaan".

Chomsky juga dengan brilian mengurai bagaimana para pemimpin dengan kecerdasannya justru mengarahkan umat manusia semakin dekat dengan kehancuran, lewat senjata nuklir. Belum lagi soal pemanasan global yang berujung rusaknya lingkungan di bumi ini juga mendapat kritikan tajam dari Chomsky.


"Adalah hal biasa bagi para pemenang untuk membuang sejarah ke tempat sampah dan para korban menanggapinya dengan keseriusan."

-Noam Chomsky


Cukup melelahkan membaca buku ini, mungkin karena terjemahannya banyak yang kurang 'enak' dibaca, selain itu juga karena Chomsky mengajak pembaca jalan-jalan keliling dunia, menyaksikan sejarah konflik yang terjadi, siapa yang terlibat, dan bagaimana darah manusia seperti hanya dianggap statistik belaka. 

Membaca buku ini seperti membaca kekejian dan kengerian dari banyak konflik didunia ini. Sebut saja Kuba, Irak, Suriah, Israel-Palestina, Afrika, Vietnam, Afganistan, dsb. Lalu aku pun bertanya-tanya, sebenarnya sejauh apa peran PBB di dunia ? Apa iya PBB 'kalah' dengan superioritas AS yang dengan tanpa sungkan berlindung dibalik hak impunitas ?  


"Efek samping lain yang disingkirkan dalam sistem pasar : musnahnya makhluk hidup. Risiko sistemik dalam sistem keuangan dapat diatasi oleh wajib pajak, tetapi tidak akan ada yang mau menyelamatkan jika lingkungan hancur."

-Noam Chomsky


Aku salut dengan sikap Chomsky sebagai akademisi yang mengamati perkembangan politik dunia secara porporsional dan tajam, sehinga sebagai pembaca bisa dengan waras dan logis memahaminya. Namun pada akhirnya, tidak mudah menyebut siapa yang mengatur dunia. Apakah itu suatu negara adidaya ? Atau suatu kelompok yang menguasai sistem keuangan ? Diakhir buku ini, Chomsky justru melempar pertanyaan yang lebih tinggi lagi, "Prinsip dan nilai apa yang menguasai dunia ?"


"Amerika Serikat telah menjelma negeri adidaya penipu ulung bagi sebagian besar dunia. Satu satunya ancaman eksternal terbesar bagi masyarakat mereka. Negara penipu ulung hari ini adalah Amerika Serikat." 

-Samuel P. Huntington, Profesor Ilmu Pemerintahan Harvard University. 


REVIEW BUKU THE ANSWER - ALLAN & BARBARA PEASE

 


Judul Buku : The Answer

Penulis : Allan & Barbara Pease

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  359 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 4,8/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku self-improvement yang menjadi salah satu buku terbaik yang pernah aku baca di tahun 2020. Judulnya The Answer karya dari Allan & Barbara Pease, wow sebuah jawaban ???


"Tubuh bisa mencapai apa pun yang bisa dipikirkan dan dipercayai oleh benak" 

-Napoleon Hill, 1937 


Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah menciptakan manusia dengan sangat kompleks. Dimana setiap bagiannya sangat detail, rumit, fungsional dan mustahil bisa di tiru seratus persen oleh tangan manusia. 

Salah satu bagian penting dari tubuh manusia ialah SPR (Sistem Pengaktifan Retikuler) yang berada di otak. SPR adalah pusat komando dan kendali otak. Di buku ini Allan & Barbara menyingkap rahasia dibalik SPR melalui eksperimen pribadi mereka, pengalaman orang lain dan penelitian ilmiah. 

Buku ini menjabarkan cara-cara untuk memutuskan apa yang sungguh-sungguh kita inginkan dalam hidup ini dan bagaimana mewujudkannya. 


"Anda tidak akan pernah meninggalkan tempat Anda berada sampai Anda memutuskan di mana sebenarnya Anda ingin berada" 

-Allan & Barbara Pease


Ya, kita tentu harus memutuskan lebih dulu keinginan hidup kita sebelum mewujudkannya. Setelah memutuskan, Allan menyarankan untuk "tulis ! buatlah daftar!" Haruskah ? Setelah membaca buku ini, jawabanku, "harus". 

Kemudian kita akan memprogram SPR kita, inilah menurutku inti dari buku ini, kesaktian SPR akan menuntun kita, dipadukan dengan afirmasi, visualisasi, dan bergerak maju terlepas dari apa yang orang lain pikirkan, katakan atau lakukan.

Ada 16 bab di buku ini. Dua bab terakhir ialah kisah dua sejoli (Allan dan Barbara) ketika 'pernah' dan 'masih' menerapkan cara-cara di buku ini dalam kehidupan mereka. Perjalanan roller coaster hidup mereka yang menakjubkan, bahkan mustahil secara statistik, diceritakan dengan jujur dan penuh humor. Inspiratif !

Setelah membaca The Answer, aku jadi lebih bersyukur kepada Tuhan atas karuniaNya yang luar biasa ini. Terima kasih kepada Allan dan Barbara telah membangun kepercayaan diri, menyingkap rahasia, membagi pengalaman inspiratif dan menjawab bagaimana cara mewujudkan impian dalam buku ini.

Jadi, untuk kamu yang senang baca buku non-fiksi atau yang ingin menemukan jawaban tentang keinginanmu, buku dengan Cover kuning mencolok ini pastikan ada di rak bukumu.

Review hari ini aku tutup dengan mengutip,


"Orang baik memberi Anda kebahagiaan dan orang buruk memberi Anda pengalaman. Orang terburuk memberi Anda pelajaran dan orang terbaik memberi Anda kenangan" 

-Allan & Barbara Pease


REVIEW BUKU TAK MASALAH JADI ORANG PAYAH - KAREN RINALDI

 


Judul Buku : Tak Masalah Jadi Orang Payah

Penulis : Karen Rinaldi 

Penerbit : Shira Media 

Tebal :  296 halaman

Tahun Terbit : 2020

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Pernahkah kamu tidak jadi melakukan sesuatu (padahal kamu suka) hanya karena merasa belum mahir ? Apakah kamu pernah malu karena tidak mahir dalam suatu hal ? 

Jika pernah, maka Tak Masalah Jadi Orang Payah mungkin cocok untuk kamu baca. Karen Rinaldi mengenalkan gagasan tentang berdamai dengan ketidakmahiran. Menurutnya, menjadi tidak mahir punya beberapa keuntungan. Yang paling penting adalah jika kita terus-terusan takut melakukan sesuatu hanya karena merasa tidak mahir, maka kita tidak akan kemana-mana. Jadi, lakukan saja, mulailah, lakukan apa yang kita suka, dalam proses itu kita akan berjumpa dengan kegagalan maupun keberhasilan. Justru karena mau membuka diri seperti itu, kita akan banyak mendapatkan pelajaran.

Bahkan, penelitian yang dikutip Rinaldi di buku ini menjelaskan bahwa mempelajari sesuatu yang baru akan mengaktifkan pelbagai respon saraf yang bermanfaat bagi ingatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki rasa ingin tahu lebih banyak daripada teman-temannya, memiliki harapan hidup yang lebih tinggi.

Ketidakmahiran Rinaldi dalam berselancar, menjadi fondasi ia menulis buku ini. Berisi campuran pengalaman yang terbaik hingga terburuk. Rinaldi juga tidak lupa untuk berdiskusi dengan para ahli untuk mencari jawaban.


"Perjuangan mencapai kesempurnaan merupakan kata halus dari rasa takut. Takut terlihat bodoh. Takut harus memulai lagi. Takut tidak bisa menguasai dengan baik. Takut tidak mahir."

 -Karen Rinaldi


Buku ini tebalnya hampir 300 halaman, namun 50 halaman terakhirnya adalah daftar pustaka. 70% isi buku ini, Karen Renaldi berputar-putar membicarakan tentang "berselancar." Ya, banyak sekali istilah berselancar, laut dan ombak. Entah gaya menulisnya, atau pengembangan ceritanya atau karena banyak yang diulang-ulang, sehingga aku merasa bosan membacanya. Aku tidak bisa membayangkan bila pembaca sama sekali tidak tertarik dengan dunia berselancar akan bertahan ketika membaca buku ini. Tapi, semoga sesiapa yang membaca buku ini 'bertahan' sampai halaman terakhir.

Menurutku memang banyak gagasan-gagasan yang diutarakan tentang 'kepayahan' dalam buku ini, dan itu bagus, beberapa aku setuju. Tetapi, aku agak kecewa sebenarnya, karena menurutku kebanyakan gagasan tentang 'kepayahan' itu kurang di eksplor sehingga sebagai pembaca, aku kurang dapat gregetnya. 

Buku ini lebih cocok dikemas sebagai novel atau memoar, yang bercerita tentang kehidupan Rinaldi dan dunia berselancarnya sebagai gambaran besarnya.


"Dengan mengucapkan terima kasih yang dalam atas hidup kita --untuk rasa sakit dan senang, di saat-saat yang penuh kesulitan dan sukacita-- kita membantu diri sendiri untuk pulih, baik secara fisik maupun psikis."

 -Karen Rinaldi


Namun, rasa kecewaku sedikit terobati dengan kelucuan yang 'receh' di awal-awal buku ini, dan setiap awal bab ada kalimat yang berfungsi sebagai kompas sehingga pembaca tahu kemana arah pembahasan di bab tersebut. 

Aku suka dengan inti pesan dalam buku ini. Kita semua harus merasa cukup berani untuk mencoba sesuatu yang berarti bagi kita. Siapa tahu dari mencoba hal baru itu, kita jadi menemukan bakat yang selama ini terpendam.


"Hidup bukan untuk memahami semuanya, melainkan untuk menjalani hidup itu sendiri. Untuk berhasil dan gagal, meski kita cenderung mencari kenyamanan. Kita pasti akan bertemu dengan rasa tidak nyaman. Konsep menjadi orang payah, merangkul rasa tidak nyaman itu dan mengubahnya menjadi sesuatu yang indah"

-Karen Rinaldi 


Minggu, 21 Maret 2021

REVIEW BUKU WHO MOVED MY CHEESE ? - SPENCER JOHNSON, M.D.

 

Cover Buku Who Moved My Cheese ?
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Who Moved My Cheese ?

Penulis : Spencer Johnson, M.D 

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tebal :  125 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Non-Fiksi, Motivasi

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku self improvement yang menurutku sangat enak dibaca. Judulnya “Who Moved My Cheese ?” karya Spencer Johnson. Kenapa sangat enak dibaca ? karena isinya sangat sederhana, mudah dipahami tapi sangat bermanfaat untuk kehidupan, khususnya ketika menghadapi sebuah perubahan.


"Kalau Anda tidak berubah, Anda punah."

- Spencer Johnson, M.D


“Who Moved My Cheese ?”  adalah kisah tentang 4 tokoh imajiner yang mewakili bagian dari diri manusia, yaitu Si sederhana dan Si rumit yang diperankan oleh : Dua tikus yang bernama "Sniff" dan "Scurry", sedangkan dua lainnya adalah Kurcaci sebesar tikus yang berpenampilan dan bertingkah laku seperti manusia, yang bernama "Hem" dan "Haw". Kisah ini diciptakan Spencer Johnson untuk membantu mengatasi sulitnya perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Alhasil, ia tersadar untuk mulai bersikap serius terhadap perubahan namun tidak membuat dirinya menjadi orang yang terlalu kaku. Ketika melihat betapa perubahan terjadi dalam diri Spencer, teman-temannya tertarik untuk mengetahui resep rahasianya, setelah itu Spencer mulai menyampaikan kisah “Who Moved My Cheese ?” kepada teman-temannya. 

Dan apa yang terjadi ? ternyata kisah ini bisa membantu orang untuk tertawa, menyadari kesalahan diri mereka, kemudian tergerak melakukan perubahan dan akhirnya mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi diri mereka. Salah satu temannya, yaitu Ken Blanchard menyarankan agar Spencer menuliskan kisah ini dalam sebuah buku, dan jadilah buku ini. Tak lama buku ini pun menjadi buku best seller dan dalam lima tahun kemudian tercetak lebih dari 20 juta eksemplar.


"Setiap orang tahu bahwa tidak setiap perubahan itu baik atau bahkan diperlukan. Namun, di dunia yang terus-menerus berubah kita harus mengambil bagian untuk belajar bagaimana beradaptasi dan menikmati sesuatu yang lebih baik." 

-Ken Blanchard


Buku ini diawali dengan testimoni dari banyak orang tentang buku ini. Kemudian masuk ke inti buku yang dibagi menjadi tiga. Yang pertama, mengisahkan sekelompok orang yang sedang membicarakan tentang perubahan, pekerjaan, dan kehidupan di sebuah reuni sekolah. Lalu salah satu dari mereka mulai bercerita tentang “Who Moved My Cheese ?” , dimulailah bagian kedua. Spencer benar-benar memanjakan para pembacanya, karena cerita yang dituliskan sangat mudah dipahami, mengalir dengan lancar dan ditutup dengan bagian ketiga, yaitu diskusi yang mengaitkan karakter tokoh-tokoh imajiner ini dengan kepribadian orang-orang dalam reuni sekolah tadi. Mereka tidak hanya meresapi arti kisah ini, tetapi juga berbicara tentang bagaimana cara menerapkannya dalam dunia kerja, organisasi dan kehidupan sehari-hari.


"Membayangkan diri sedang menikmati Cheese baru, mengarahkan diri kita kesana."

- Spencer Johnson, M.D


Keempat tokoh imajiner tadi sangat tertarik untuk pergi mencari “Cheese”. Cheese disini adalah perumpamaan dari hal-hal yang kita inginkan dalam hidup, bisa sebuah pekerjaan, percintaan, kebebasan, rumah yang besar, kendaraan yang bagus, uang yang banyak, kedamaian batin atau bahkan hal-hal ringan dalam keseharian kita seperti bersantai dan menonton film. Jadi, para pembaca punya bayangan masing-masing tentang Cheese mereka, sesuatu yang kita inginkan, sesuatu yang membuat kita bahagia ketika mendapatkannya dan sedih ketika kehilangan atau terpisah dari Cheese itu. Untuk mendapatkan Cheese, keempat tokoh tadi mencarinya dalam “Labirin”, merupakan perumpamaan dari tempat kita bekerja, organisasi, lingkungan tempat tinggal ataupun ‘hubungan’ yang kita miliki.

Inti dari pesan dalam buku ini sebenarnya simpel, aku kira banyak orang juga sudah paham dengan konsep yang ditawarkan buku ini. Tetapi, menurutku dengan membaca buku ini, kita akan diingatkan tentang pentngnya konsep yang simpel itu, sehingga lebih siap ketika perubahan terjadi. Apalagi saat ini dunia sedang menghadapi ‘perubahan’ kondisi yang kembali mempertegas pentingnya antisipasi dan adaptasi. 


"Memperhatikan perubahan-perubahan kecil sejak awal membantu Anda beradaptasi dengan perubahan-perubahan besar yang akan muncul." 

- Spencer Johnson, M.D


Sabtu, 20 Maret 2021

REVIEW BUKU MANUSIA DI PANGGUNG SEJARAH - KHOLID O. SANTOSA & AKHMAD NASIR

 


Judul Buku : Manusia di Panggung Sejarah

Penulis : Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir 

Penerbit : Sega Arsy

Tebal :  200 halaman

Tahun Terbit : 2020

Kategori : Non-Fiksi, Sejarah

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku tentang sejarah peran para ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Judulnya Manusia di Panggung Sejarah hasil kolaborasi dua penulis, Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir.

Buku ini bisa dibilang rangkuman poin-poin penting dari berbagai sumber literatur, kemudian dikemas seperti novel dengan kalimat-kalimat yang ringan dibaca. Dalam satu buku, kita bisa menengok kembali perjuangan dan pemikiran beberapa tokoh Islam dalam melahirkan kemerdekaan Indonesia. Namun, masih perlu kiranya membaca buku-buku lain supaya mendapatkan informasi lebih rinci dari peran para ulama yang luar biasa ini. 


"Peran para ulama dan tokoh-tokoh Islam dalam perjalanan sejarah Indonesia, diakui sangat besar dan cukup menentukan. Karena itu, sudah sepantasnya mendapat tempat dan porsi yang layak dalam sejarah Indonesia. Namun, peran penting tokoh-tokoh Islam itu seakan dilupakan dan hilang ditelan zaman" 

-Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir


Tokoh-tokoh Islam yang diulas dalam buku ini umumnya ialah mereka yang berjuang pada masa pergerakan hingga menjelang kemerdekan, bahkan beberapa juga sempat menikmati kemerdekaan itu. Mereka adalah Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari, Abdul Karim Amrullah, HOS Tjokroaminoto, Abdul 

Moeis, Agus Salim, Ahmad Hassan, Ki Bagus Hadikusumo, Mas Mansoer dan Zainal Mustofa.

Manusia di Panggung Sejarah mengungkap awal kehidupan, perjalanan, pemikiran, perjuangan hingga 'legacy' yang ditinggalkan oleh para tokoh luar biasa ini. Pembaca diingatkan kembali bagaimana dan untuk apa berdirinya berbagai organisasi islam di tanah air ini. Terkadang, dalam memperjuangkan visi ideologisnya, para ulama ini tak terhindar dari perdebatan. Namun dari perbedaan itu, mereka disatukan oleh cinta kepada Indonesia. 

Keteguhan dalam bersikap dan bertindak dari para ulama dalam melawan ketidakadilan, melawan penjajahan, melawan kolonialisme, patut dikenang dan dicontoh oleh kita. Dan selalu ketika membaca sejarah tentang peran para ulama, saya teringat sebuah kalimat masyhur dari K.H. Hasyim Asyari, 


“Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan.”


Sayang sekali dalam buku ini typonya termasuk banyak, meskipun tidak terlalu mengganggu. Secara keseluruhan tidak mengecewakan beli buku ini, harganya terjangkau, isinya singkat, jelas dan padat. Cocok sekali sebagai bacaan ringan mengenai sejarah.


REVIEW BUKU HOW TO STOP FEELING LIKE SH*T - ANDREA OWEN

 


Judul Buku : How To Stop Feeling Like Sh*t

Penulis : Andrea Owen

Penerbit : Shira Media

Tebal :  243 halaman

Tahun Terbit : 2019

Kategori : Non-Fiksi, Self-Improvement

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang akan membantu para pembaca untuk tidak ‘feeling like sh*t’. Judulnya, How To Stop Feeling Like Sh*t, pada intinya adalah buku yang bertujuan membantu pembaca mengenali 14 jenis perilaku / pikiran / kebiasaan yang merugikan dan berusaha menggantinya dengan yang lebih baik.

Buku ini ditulis oleh Andrea Owen yang merupakan pendiri yourkickasslife.com , dia membimbing dan melatih para perempuan tentang kehidupan. Jadi, dalam buku ini berkaitan erat dengan kehidupan Andrea dan kisah-kisah dari para 'pasien' nya. Secara khusus buku ini ditujukan untuk perempuan, tetapi sebagai pembaca aku merasakan beberapa kebiasaan yang diangkat pernah / sedang aku alami dan pesan-pesan yang disampaikannya pun bermanfaat bagi semua orang.

Buku ini terbagi dalam 16 bab, 14 bab membahas kebiasaan buruk yang menyebabkan feeling like shit dan 2 bab terakhir sebagai refleksi dan penutup. 

Di setiap bab, penulis mengenalkan tentang kebiasaan buruk ini, bagaimana kebiasaan ini berdampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain dan pastinya berdampak pada kebahagiaan kita. Kemudian mencari darimana semua ini berasal, karena kita tidak dapat membereskannya jika kita tidak secara spesifik melihat di titik mana kekacauan ini bermula. 


Sebagian besar waktu Anda habiskan untuk membandingkan kehidupan sehari-hari Anda dengan sangat sedikit momen yang dipilih orang-orang di media sosial untuk mereka tunjukkan kepada dunia.

-Andrea Owen


Penulis juga menghadirkan solusi untuk memperbaikinya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah sadar. Menyadari dan mengakui apa yang kita rasakan, jika kita bisa menyadarinya maka lebih mudah untuk memperbaikinya, karena sejatinya kesadaran adalah setengah pertempuran.

Di setiap akhir bab, akan ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan apa yang sudah dibahas, yang ditujukan untuk mengusik pikiran kita. Ketika aku mencoba menjawab pertanyaan ini, pada beberapa pertanyaan jawabannya, "ohh iya ini aku,, ohh kadang aku begini kalau sedang...". Inilah yang akan membuat pembaca introspeksi diri.


Tanpa kegagalan tak ada pembelajaran. Tanpa kegagalan, tak ada peningkatan. Tanpa kegagalan, tak ada kreativitas atau perubahan. Jika Anda berhenti membuat kesalahan, Anda berhenti belajar dan tumbuh. Kegagalan harus dirangkul sebagai bagian dari proses untuk membuat kita menjadi lebih baik.

-Andrea Owen

Meskipun beberapa hal tidak terjadi padaku, atau bukan kebiasaanku, buku ini tetaplah layak untuk dibaca untuk mencegah melakukan kebiasaan-kebiasaan itu di suatu hari nanti. Yahh,,, harus diakui terjemahan buku ini cukup membosankan, banyak sekali kata-kata yang tidak pada tempatnya, jadi aku sering harus membacanya berkali-kali agar menangkap maksudnya. 


Buku ini soal bagaimana mengambil tindakan. Tak semata-mata membaca cara bertindak dan berpikir, "Hmmm... itu terdengar bagus." Tidak. Ini tentang berpikir, "Hmmm... itu terdengar bagus, dan itu terdengar sedikit tidak nyaman. Akan aku lakukan itu. Dan aku mungkin saja akan berbuat kacau. Tapi aku akan terus berusaha karena aku lelah merasa seperti sampah."

-Andrea Owen

REVIEW BUKU FILSAFAT ISLAM : DARI KLASIK HINGGA KONTEMPORER - Dr. H. A. KHUDORI SOLEH, M. Ag.

 

Cover Buku Filsafat Islam
(Sumber : Goodreads)

Judul Buku : Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer

Penulis : Dr. H. A. Khudori Soleh M.Ag

Penerbit : Arr-Ruzz Media

Tebal :  308 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Filsafat, Islam

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang membahas tentang filsafat Islam. Judulnya Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer karya Dr. H. A. Khudori Soleh M.Ag.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa filsafat adalah alat. Sebagai alat, ia tidak saja berfungsi mengantarkan kita untuk masuk memahami kehidupan, tetapi juga menemukan kearifan di balik kehidupan itu sendiri. Kearifan adalah puncak berfilsafat. Kearifan akan muncul jika antara aktualitas teori sebagai entitas filsafat dengan realitas perilaku kita berpadu : membumi dan nyata adanya.

Dalam Islam sendiri, perkembangan Filsafat ternyata mengalami fase naik-turun. Awalnya disambut baik karena diperlukan untuk menghadapi pemikiran-pemikiran ‘aneh’, tapi kemudian dicurigai karena ternyata tidak jarang justru digunakan untuk menyerang ajaran agama Islam sendiri, khususnya pada masa Ibn Hanbal, dimana gerakan filsafat dinilai mengandung dampak yang berbahaya bagi aqidah masyarakat.

Kemudian mendapat serangan dari Al-Ghazali yang notabene menurut penulis sesungguhnya lebih ditujukan pada aspek metafisikanya dan bukan pada logika atau epistemologinya, sesuatu yang menjadi inti pemikiran filsafat. Sebab, Al-Ghazali sendiri mengakui pentingnya logika dan menggunakannya untuk membumikan gagasan-gagasannya. Kemudian hidup lagi dimasa Ibn Rusyd, dan berkembang hingga kini.


“Dengan filsafat seseorang bisa berpikir sejauh dan seluas mungkin tetapi dengan adanya agama dan spiritualitas maka apa yang dipikirkan menjadi nyata dan menyakinkan, di samping tetap terkendali dan aman. Artinya, kedua sistem berpikir tersebut dapat saling mendukung dan menguatkan dalam upaya menumbuhkan kesadaran manusia akan tanggung jawabnya sebagai khalifah di bumi.” 

-Dr. H. A. Khudori Soleh M.Ag.


Menurut penulis, kajian-kajian filsafat Islam di Indonesia masih lebih banyak berkutat pada masalah sejarah dan metafisika. Padahal, kajian filsafat sesungguhnya bukan sekadar sejarah dan metafisika, melainkan juga epistemologi, etika, dan estetika; epistemologi adalah kajian tentang metodologi dan logika penalaran sehingga filsafat berarti kajian tentang cara berpikir, yaitu berpikir kritis-analisis dan sistematis. Artinya, filsafat lebih merupakan kajian tentang proses berpikir dan bukan sekadar kajian tentang sejarah dan produk pemikiran.

Maka, dalam buku ini tidak hanya menyajikan sejarah dan metafisika, tetapi juga epistemologi, etika, dan estetika. Dalam penjabaran metafisika, konsep-konsep metodologi atau pemikiran epistemologi masing-masing tokoh tetap disampaikan. Para filosof Muslim yang bisa dipelajari di buku ini antara lain : Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Suhrawardi, Ibn Arabi dan Mulla Sadra. Semuanya bertujuan mengetahui hakikat realitas kehidupan dengan menggabungkan segenap sumber pengetahuan secara integratif: akal, intuisi, dan wahyu.


“Kita hendaknya tidak merasa malu untuk mengakui sebuah kebenaran dan mengambilnya dari mana pun dia berasal, meski dari bangsa-bangsa terdahulu ataupun dari bangsa asing. Bagi para pencari kebenaran, tidak ada yang lebih berharga kecuali kebenaran itu sendiri. Mengambil kebenaran dari orang lain tersebut tidak akan menurunkan atau merendahkan derajat sang pencari kebenaran, tetapi justru menjadikannya terhormat dan mulia” 

–Al Kindi


Sub-bagian epistemologinya sendiri menjelaskan tiga model epistemologi yang dikenal dalam Islam: bayânî, irfânî, dan burhânî. Epistemologi bayani mendasarkan diri pada teks, irfani mendasarkan diri pada intuisi atau pengalaman spiritual, sedangkan burhani menyandarkan diri pada kekuatan rasio atau akal, yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. 

Al-Farabi (870-950 M), filosof yang digelari sebagai “Guru Kedua” (al-mu’allim al-tsânî) setelah Aristoteles (384–322 SM) sebagai “Guru Pertama” (al-mu’allim al-awwâl), menempatkan burhani sebagai metode paling baik dan unggul. Tetapi, Burhani masih terdapat kekurangan sehingga muncul iluminasi (isyrâqî) dari Suhrawardi yang memadukan metode burhani dengan metode irfani. Lalu muncul metode kelima, epistemologi transenden (hikmah al-muta`aliyah), yang dicetuskan Mulla Sadra (1571–1640 M) dengan memadukan tiga epistemologi dasar sekaligus: bayani yang tekstual, burhani yang rasional, dan irfani yang intuitif. Karena itulah, Mulla Sadra dinilai sebagai “Guru Ketiga” (al-mu’allim al-tsâlits) dalam filsafat Islam. Sebagai orang awam di bidang filsafat, menurutku buku ini cukup mencerahkan dalam mempelajari pemikiran filsafat Islam dengan segala dinamikanya.


“Dalamilah filsafat niscaya `kan kalian temui nuansa-nuansa indah juga kebenaran-kebenaran rasional yang menunjukkan betapa besar kekuasaan Tuhan.” 

-Dr. H. A. Khudori Soleh M.Ag.


REVIEW BUKU PERJALANAN LAIN MENUJU BULAN : SATU KISAH TIGA BABAK - AAN MANSYUR

 

Cover Buku Perjalanan Lain Menuju Bulan
(Sumber : Mizan)

Judul Buku : Perjalanan Lain Menuju Bulan

Penulis : Aan Mansyur 

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal :  112 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku keempat karya Aan Mansyur yang pernah aku baca. Setelah Cinta Yang Marah, Melihat Api Bekerja dan Tidak Ada New York Hari Ini, aku kembali menikmati puisi Aan Mansyur lainnya, Perjalan Lain Menuju Bulan. Buku ini merupakan hasil koloborasi dengan sutradara Ismail Basbeth dengan proyek filmnya yang berjudul Another Trip to The Moon. Sepertinya, Aan merupakan penyair yang cukup ramah untuk berkolaborasi dengan bidang seni lain.

Setelah selesai membaca buku ini, terlihat jelas bagaimana Aan Mansyur meramu adegan-adegan film menjadi bait-bait puisi yang indah dan nikmat untuk dibaca. Kualitasnya sebagai penyair tak diragukan lagi.


“Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah mengatakannya dengan jelas; aku ingin kau memiliki hari-hari ketika kau mencintai dirimu sendiri. Kau lupa: orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan.”

-Aan Mansyur


Buku ini memuat tiga bab yaitu Ibu yang Menunggu, Lelaki yang Anjing, dan Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain. Dalam Ibu yang Menunggu, mengisahkan kasih sayang seorang Ibu yang amat dalam kepada anaknya. Dalam Lelaki yang Anjing, menceritakan bagaimana seorang lelaki harus pandai ‘berburu’, bergerak mencari kebebasan dan cinta. Sedangkan dalam Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain, aku menafsirnya sebagai sebuah filosofi bahwa kehidupan manusia berawal dari rahim seorang Ibu ‘perempuan’, dari sana awal mula tumbuh cinta. Cinta sesame manusia, cinta antar perempuan.

Satu hal yang sangat terasa ketika membaca Perjalan Lain Menuju Bulan adalah ketenangan. Mungkin karena buku ini sarat akan makna kehidupan. Kisah hidup yang bisa diambil hikmahnya tentang kasih sayang ibu yang tanpa batas, lelaki yang tidak putus asa mencari cinta, perempuan pemberani dan berpegang teguh pada prinsipnya, kesabaran dalam menggapai tujuan, tanggung jawab seorang ibu dalam membesarkan buah hatinya, hingga kepasrahan bahwa nasib akan menuju ‘akhir’ nya masing-masing.


"Adakah kebebasan ? pada akhirnya kau harus menerima separuh diriku jika ingin merebut separuh dirimu yang tersisa."

-Aan Mansyur


Masih sama dengan buku-buku puisi Aan sebelumnya, ciri khas tulisannya menonjolkan kesederhanaan kata-kata yang tidak terlalu membuat kita berpikir rumit untuk mengetahui maksudnya. Buku ini juga dilengkapi hasil jepretan fotografi yang menambah kenyamanan saat membacanya. Jika kamu mencari buku puisi yang ‘menceritakan’ sebuah adegan film, inilah buku yang tepat.


"Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat. Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. Ketakutan bukan alasan yang baik untuk menggenggam atau melepaskan sesuatu."

-Aan Mansyur

Kamis, 18 Maret 2021

REVIEW BUKU MAX HAVELAAR - MULTATULI

 


Judul Buku : Max Havelaar

Penulis : Multatuli (Eduard Douwes Dekker)

Penerbit : Qanita

Tebal :  480 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Fiksi, Sejarah

My Rated : 4,3 / 5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang disebut-sebut berperan penting pada awal kehancuran kolonialisme di Hindia Belanda. Ya, mungkin kita tidak asing dengan nama Eduard Douwes Dekker. Aku masih ingat waktu pelajaran sejarah di sekolah, cerita tentang Douwes Dekker ini cukup menarik karena ia adalah orang Belanda yang menjabat sebagai Asisten Residen di Lebak, Banten, tetapi ia menulis buku yang justru mengungkap kebobrokan kolonialisme Belanda di tanah jajahannya. Dan kini terjemahan buku fenomenal itu ada di tanganku, tentunya aku senang sekali membacanya.


“Kisah yang membunuh kolonialisme.”

-Pramoedya Ananta Toer


Buku dengan judul Max Havelaar ini ditulis setelah selama 18 tahun ia mengabdi sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda. Terbit pertama kali pada tahun 1868 dengan nama pena Multatuli yang artinya 'aku menderita'. Dikemas dalam bentuk novel, tetapi penulis megakui bahwa isinya adalah fakta. Fakta tentang kekejaman pemerintah kolonial yang sewenang-wenang menyalahgunakan kekuasaan; menerapkan sistem tanam paksa yang membuat pribumi menderita, miskin, kelaparan, sakit-sakitan, ada yang tidak diberi upah, ada pula yang diberi upah tapi disunat oleh pejabatnya; merampas harta para pribumi; serta berbagai ketidakadilan, penindasan dan kebobrokan lainnya. Sementara para pejabat pribumi, seperti Bupati, bukannya membela rakyat yang jelas-jelas tertindas, justru memanfaatkan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri, bermental penjilat terhadap kekuasaan, menulis laporan kepada pemerintah yang dibuat-buat seolah semuanya damai dan aman-aman saja.

Kisah Max Havelaar dibuka dengan karakter seorang makelar kopi yang sukses di kota Amsterdam, yang bernama B. Droogstoppel. Suatu hari Droogstoppel  berjumpa dengan Mr. Sjaalman yang ternyata adalah sahabat kecilnya, tapi ia menghindarinya karena Sjaalman terlihat miskin sehingga dianggap tidak baik untuk kelangsungan bisnisnya. Namun, beberapa hari kemudian Mr. Sjaalman membawa tumpukan manuskrip ke rumah Droogstoppel untuk meminta diterbitkan menjadi buku. Droogstoppel awalnya tertarik karena banyak catatan tentang informasi perdagangan kopi di Hinida Belanda. Lalu Droogstoppel meminta bantuan kerabatnya untuk menyusun manuskrip itu mejadi buku dan ditemukanlah diantara tumpukan manuskrip itu, kisah-kisah kelam yang terjadi di Hindia nan jauh disana. 

Pembaca kemudian dibawa ke dalam kisah kehidupan Max Havelaar yang dipindahtugaskan dari daerah Natal, Sumatera ke daerah Lebak, Banten. Ia ditugaskan sebagai asisten residen, kemudian dalam sumpah jabatanya, ia bersumpah akan menegakkan keadilan. Semenjak itu ia dihadapkan pada dilema antara hati nuraninya dan prinsp pemerintah. Idealisme kemanusiaannya menjerit ketika melihat kemiskinan dan kelaparan para pribumi, tidak jarang ia menolong mereka padahal Havelaar pun hidupnya miskin. Bukan tanpa usaha, berkali-kali ia mencoba protes kepada residen ataupun bupati, hingga pada puncaknya ia memberanikan diri menyurati Residen Banten untuk menindaklanjuti Bupati Lebak dan menantunya karena diduga terlibat dalam pemerasan dan kesewenang-wenangan terhadap tenaga kerja rakyatnya. 


“Saya terjepit antara hati nurani dan prinsip pemerintah yang harus saya patuhi selama saya belum bebas dari jabatan saya.”

-Multatuli


Kisah Max Havelaar ini kemudian ditutup dengan surat pengunduran dirinya kepada Gubernur Jenderal karena tidak tahan lagi dengan ketidakadilan yang terjadi kepada pribumi dan kepada dirinya sendiri. Ia memilih mundur satu langkah untuk kemudian melompat tinggi dengan tulisannya. 


“Saya, yang malang dan tidak berdaya ini berdiri sendirian bersama keinginan saya untuk menegakkan keadilan dan kemanusiaan.”

-Multatuli


Bila kita tengok ke belakang, apa yang dicita-citakan Multatuli agar buku ini membuat ‘melek’ para petinggi di negeri Belanda nampaknya berhasil. Karena setelah buku ini terbit, mulai tumbuh kesadaran di kalangan politisi Belanda tentang kelakuan para pejabat mereka di Hindia yang tidak bisa disangkal lagi. Beberapa tahun kemudian, Belanda menerapkan kebijakan ‘politik etis’ yang dianggapnya sebagai balas budi atau usaha ‘membayar utang’ mereka kepada pribumi. Tetapi, kebijakan ini menjadi boomerang bagi mereka sebab salah satu program dalam politik etis yaitu pendidikan bagi elite pribumi melahirkan generasi yang mulai tersadar untuk merdeka dari penjajahan Belanda.

Max Havelaar memang ditulis berdasarkan pengalaman Douwes Dekker di Indonesia. Dalam buku ini ia menempatkan dirinya sebagai Mr. Sjaalman yang hidup sangat miskin ketika kembali ke Belanda, ia menulis buku dan mencari pihak-pihak yang bersedia menerbitkan bukunya, dari sinilah ia kemudian menulis buku Max Havelaar. Aku mengapresiasi sekali kerja keras pihak penerbit dalam menerjemahkan buku ini, memang tidaklah sempurna karena gaya bahasanya cukup berat dan memusingkan di beberapa bagian, terutama di awal-awal buku. Tetapi menurutku, pesan tentang humanisme, kesetaraan, keadilan dan kejujuran yang akan didapat oleh pembaca akan membekas dalam jiwa patriotismenya.


“Jika politik itu kotor, puisi akan membersihkannya. Jika politik itu bengkok, sastra akan meluruskannya.”

-John F. Kennedy


Sangat aku rekomendasikan untuk dibaca, tentunya untuk mengenal lebih dekat sosok Eduard Douwes Dekker -pahlawan dari kubu lawan- melalui karyanya. Selain itu, kita juga bisa melihat kenyataan bahwa ketertindasan pribumi di tanahnya sendiri tidak hanya disebabkan oleh kolonialisme Belanda, tetapi juga mental korup dan konservatif dari para pejabat pribumi itu sendiri. Sebaliknya, keinginan untuk terlepas dari ketertindasan tidak hanya datang dari pribumi, tapi juga dari empati orang-orang di pihak lawannya. 


“Aku akan dibaca! Ya, aku akan dibaca ! Aku akan dibaca oleh para Negarawan yang wajib memperhatikan tanda-tanda zaman, oleh para sastrawan yang juga harus mengintip buku yang menyatakan begitu banyak keburukan ini…”

-Multatuli


Rabu, 17 Maret 2021

REVIEW BUKU GADIS KRETEK - RATIH KUMALA

 

Cover Buku Gadis Kretek
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Gadis Kretek

Penulis : Ratih Kumala

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  275 halaman

Tahun Terbit : 2012

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas novel tentang dunia per-kretek-an Indonesia, bisa dibilang pertama kalinya aku baca novel dengan tema ini. Gadis Kretek, sebuah judul yang menarik, diakui oleh Ratih Kumala ide dasarnya berasal dari akar keluarga mamanya. Dan seperti kita tahu, Ratih adalah istri dari Eka Kurniawan yang juga seorang penulis. Kalau Eka Kurniawan aku sudah beberapa kali membaca karyanya, sedangkan Gadis Kretek ini adalah awal perkenalanku dengan tulisan Ratih Kumala dan aku langsung dibuat terkejut sekaligus geleng-geleng -heran dengan plot twist novel ini.

Tanpa aba-aba terlebih dahulu, pembaca langsung dibawa ke situasi genting dimana Pak Raja (pemilik pabrik Kretek Djagad Raja, kretek nomor 1 di masanya, berpusat di Jakarta) sedang dalam kondisi sakit parah. Selayaknya orang yang hendak menemui ajal, dalam igauannya ia memanggil-manggil nama seseorang, tapi yang dipanggil bukan nama istri atau anaknya, melainkan ‘Jeng Yah’, seorang perempuan yang membuat istrinya cemburu dan ketiga anaknya bertanya-tanya. Siapakah Jeng Yah dalam kehidupan Pak Raja ?

Setelah mendapat sedikit petunjuk, ketiga anak Pak Raja meluncur ke daerah Jawa Tengah mencari sosok Jeng Yah, demi menuruti permintaan sang bapak. Misi mencari Jeng Yah ini bagaikan napak tilas karena baik bisnis Kretek Djagad Raja dan asal usul keluarga Pak Raja adalah dari Jawa Tengah. 


“Mengejutkan, penuh dengan detail yang kaya sampai kalimat terakhir. Tanpa terasa kita diajak oleh tiga generasi Indonesia mutakhir yang berusaha meluruskan penyelewengan sejarah oleh generasi yang bercerai-berai akibat ganasnya revolusi, politik dan kondisi sosial paling kontroversial di negeri ini lewat kretek, cinta, dan kasih tak sampai melalui ludah yang terasa manis. Semanis ludah Roro Mendut. Karya yang indah dan sayang untuk dilewatkan!”

-John De Rantau, Sutradara


Dari perjalanan ini, kita akan dibawa ke masa penjajahan Belanda, kemudian Jepang, pasca- Kemerdekaan, sampai pada peristiwa kelam dalam sejarah kita -Oktober 1965. Ceritanya mengalir begitu saja, dengan alur maju mundur tapi tidak membingungkan. Tidak sebatas kisah tentang cinta, tapi juga perkembangan, persaingan dan tetek bengek tentang dunia kretek, dinamika pembentukan jati diri masing-masing tokoh, tantangan kehidupan di zaman penjajahan, hingga prahara konstelasi politik & sosial tahun 1965.

Gadis Kretek memberi pesan tentang perlunya keuletan, kesabaran dan kemauan belajar yang tinggi untuk membangun sebuah perusahaan yang sukses. Bahwa ‘update’ terhadap perkembangan sosial – politik bisa mendatangkan peluang untuk meraih keuntungan. Namun, tetap harus waspada jika sewaktu-waktu ada perubahan lagi yang bisa berdampak buruk bagi usaha kita. Menarik dibaca, aku suka karena mengandung sisi historis tentang sesuatu yang awam bagiku -kretek, selain itu juga bumbu-bumbu ‘pedas’ tentang bagaimana konstelasi politik bisa berdampak signifikan terhadap kehidupan warga negara, bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal cinta. Benar kata penulis, buku ini “Kaya akan aroma tembakau, sarat akan aroma cinta.”


“Kamu sudah memilih aku, berarti kamu menghargai aku sebegitu mahal, padahal aku ini bukan siapa-siapa. Aku harus bisa berdiri sendiri dulu dan membuktikan ke kamu kalau aku pun berharga.” 

-Ratih Kumala


REVIEW BUKU MALAM INI AKU AKAN TIDUR DI MATAMU - JOKO PINURBO

 

Cover Buku Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu
(Sumber : Gramedia)


Judul Buku : Malam Ini Aku Kan Tidur di Matamu

Penulis : Joko Pinurbo

Penerbit : Grasindo

Tebal :  140 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Fiksi, Puisi

My Rated : 3,8/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku kumpulan puisi karya Joko Pinurbo berjudul Malam Ini Aku Kan Tidur di Matamu. Buku ini adalah buku keempat karya Jokpin yang pernah aku baca di IPUSNAS.

Rasa yang muncul masihlah sama ketika membaca puisi-puisi Jokpin lainnya, selalu kagum, terpukau dan menikmati kata-kata yang mengundang tawa maupun sedih. 


"Aduh sayang, jarak itu sebenarnya tak pernah ada. Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan."

-Perjalanan Pulang, Joko Pinurbo


Di buku ini aku jumpai beberapa puisi pernah di muat di buku-buku sebelumnya, lalu ada pula puisi yang lumayan panjang. Menurutku lebih mudah memahami puisi-puisi yang pendek. Dan dari yang terpendek, ada yang hanya satu kalimat saja. Iya, satu kalimat !


“Ayo, buku, baca mataku!”

-Duel, Joko Pinurbo


Sedangkan puisi yang Panjang, bahkan sampai beberapa halaman itu serasa seperti membaca kisah tapi entah mengapa agak sulit meraba maknanya dan kurang menohok penyampaiannya. 

Terlepas dari itu, aku tetap suka buku ini, dengan gaya penulisan yang khas dari Jokpin sekali lagi menegaskan kepekaannya sangat tinggi terhadap lingkungan sekitar, baik itu benda maupun peristiwa. 


“Saya datang dari negeri yang pemimpin

Dan rakyatnya telah menyerupai boneka.

Saya tidak betah lagi tinggal disana

Karena saya ingin tetap menjadi manusia.”

-Boneka 1, Joko Pinurbo


REVIEW BUKU SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUISI - JOKO PINURBO

 

Cover Buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi
(Sumber : Ipusnas)

Judul Buku : Selamat Menunaikan Ibadah Puisi

Penulis : Joko Pinurbo

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  208 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Fiksi, Puisi

My Rated : 3,8/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku kumpulan puisi karya Joko Pinurbo berjudul ‘Selamat Menunaikan Ibadah Puisi’. Buku ini adalah buku ketiga karya Jokpin yang pernah aku baca di IPUSNAS. Setelah sebelumnya dibawa masuk ke jalinan cinta kasih antara ibu dan anak-anaknya dalam buku ‘Kekasihku’, lalu mendapat banyak pesan kritik sosial dengan kata-kata yang sederhana namun menggelitik dan membuat ngikik dalam buku ‘Perjamuan Khong Guan’, sampailah aku dibuat tertegun dan khidmat menunaikan ibadah membaca puisi-puisi dalam buku ini.


"Tuhan yang merdu, terimalah kicau burung dalam kepalaku."

-Joko Pinurbo


Aku termasuk pengagum tulisan-tulisan Jokpin yang khas dengan kata-kata terangkai indah, sederhana dan bermakna mendalam. Dibaca sekilas bisa paham, namun ada juga yang perlu dibaca berulang, lebih teliti dan disertai perenungan untuk menyerap isinya.

Dan untuk ulasan kali ini aku tak mau panjang lebar, karena memang benar-benar dibuat khidmat dalam membaca, wkwk. Dari semua puisi ada beberapa yang paling aku suka, yaitu :


# MALAM PERTAMA #

Malam pertama tidur bersamamu, buku, kulacak lagi
paragraf-paragraf  cinta ibuku di rimba kata-katamu.


Apakah kata-kata mempunyai ibu ?
Aku mencoba mengingat-ingat lagi apa kata ibu.
Aku sering lupa dulu ibu suka berkata apa.
Aku gemetar. Tubuhmu makin cerdas
Dan berbahaya. Ibu kata, temanilah aku.



# SUDAH SAATNYA #

Sudah saatnya jiwa yang janggal diselidiki.
Kita konsultasi ke pakar psikologi:
“Saya bingung. Saya sering mengalami situasi
di mana saya tak tahu pasti apakah sedang berada
di masa lalu, masa depan, atau masa kini.

Tapi saya masih waras. Sungguh.
Awas kalau berani menganggap saya gila.”
Jika ia memang ahli, seharusnya ia mengerti:
ya, begitulah jika tubuh kena teluh puisi.”



# SURAT MALAM UNTUK PASKA #

Kau memang suka menyimak hujan.
Bahkan dalam kepalamu ada hujan
yang meracau sepanjang malam.

Itulah sebabnya, kalau aku pergi-pergi belanja
dan bertanya minta oleh-oleh apa, kau cuma bilang,
“Kasih saja saya beragam bacaan, yang serius
maupun yang ringan. Jangan bawakan saya rencana-rencana besar masa depan.
Jangan bawakan saya kecemasan.”

Sesungguhnya aku lebih senang kau tidur
di tempat yang bersih dan tenang. Tapi kau lebih suka tidur di antara buku-buku
dan berkas-berkas yang berantakan.
Seakan mereka mau bicara, “Bukan kau
yang membaca kami, tapi kami yang membaca kau.”


Selasa, 16 Maret 2021

REVIEW BUKU PERJAMUAN KHONG GUAN - JOKO PINURBO

 

Cover Buku Perjamuan Khong Guan
(Sumber : Goodreads)

Judul Buku : Perjamuan Khong Guan

Penulis : Joko Pinurbo

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  134 halaman

Tahun Terbit : 2020

Kategori : Fiksi, Puisi

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas kumpulan puisi karya Joko Pinurbo yang berjudul ‘Perjamuan Khong Guan’. Ini adalah buku kedua karya Jokpin yang pernah aku baca, setelah sebelumnya menikmati rangkaian kata yang membawaku ke hubungan paling halus antara seorang ibu dan anak-anaknya.

Apa yang membuatku tertarik membaca buku ini ? Jujur saja karena covernya yang unik haha. Kaleng biskuit yang familiar bagi orang Indonesia terutama ketika menjelang lebaran yang isinya terkadang menipu, bukannya biskuit tapi malah kerupuk. Dan sesuai dengan judulnya, di buku ini ada bagian khusus yang terdiri dari 4 judul puisi bertema dunia Kaleng Khong Guan.

Masih dengan gaya yang sama, Jokpin dalam buku ini selain menyuguhkan puisi-puisi yang renyah, sederhana, lucu dan terkadang menyedihkan, tak ketinggalan pula Jokpin menyisipkan pesan-pesan yang berisi kritik sosial.

Dari mulai masalah demokrasi,

Di balik demokrasi
yang boros dan brutal
ada pesta pembagian doa
untuk mengenang
para petugas yang lembur
dan mati di tempat
perniagaan suara
dengan honor tak seberapa
.

-Joko Pinurbo


Lalu menyinggung juga tentang percintaan,

Kamu yakin
yang kamu minum
dari cangkir cantik itu
kopi?

Itu racun rindu
yang mengandung aku.

-Joko Pinurbo


Kemudian masuk ke dalam spiritualitas yang membuatku merenung,

Tuhan, ponsel saya
rusak dibanting gempa.
Nomor kontak saya hilang semua.
Satu-satunya nomor yang tersisa
ialah nomorMu.

Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya nomor
yang tak pernah kausapa
.

-Joko Pinurbo


Sampai hal yang menyangkut kehidupan beragama di tanah air,

Rengginang bersorak
ketika agama-agama menyatu
dalam kaleng Khong Guan

-Joko Pinurbo


So, buku puisi terbitan terbaru dari Jokpin ini aku rekomendasikan untuk dibaca, diresapi dan dijadikan teman bacaan yang menyenangkan.


REVIEW BUKU KEKASIHKU - JOKO PINURBO

 

Cover Buku Kekasihku
(Sumber : Goodreads)

Judul Buku : Kekasihku

Penulis : Joko Pinurbo

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tebal :  80 halaman

Tahun Terbit : 2004

Kategori : Fiksi, Puisi

My Rated : 3/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas kumpulan puisi pertama karya Joko Pinurbo yang penah aku baca di IPUSNAS. Judulnya ‘Kekasihku’, apakah berisi kata-kata puitis cinta muda-mudi ? Aku awalnya menduga seperti itu, tetapi ternyata tidak. Setelah aku membacanya, aku dibawa masuk ke jalinan cinta dan kasih sayang teramat dalam antara ibu dan anak-anaknya.


“Buku ini berisi puisi-puisi yang mengungkap hubungan seorang ibu dengan anaknya. Joko, dengan kepiawainnya merangkai kata, membawa pembaca ke hubungan paling halus antara seorang ibu dan anak-anaknya.”

-Blurb Kekasihku, Joko Pinurbo


Dari semua puisi di buku ini, pembaca tidak hanya diacak-acak perasaan cintanya, tetapi juga dibuat tertawa renyah, kadangkala sedih ataupun terharu.  Sentuhan-sentuhan jenaka yang disisipkan membuat puisi yang tadinya sudah segar mejadi lebih super segar wkwk. Dan aku setuju dengan pandangan Karlina Supelli dalam pengantarnya di buku ini, 


"...dalam senyap Joko Pinurbo juga ada kejenakaan ...Sekejap saja; karena kemudian kejenakaan itu menelan kita dalam gelak kita sendiri"

-Karlina Supelli


Dari puluhan puisi di buku ini, salah satu yang paling membekas bagiku yaitu puisi berjudul ‘Dengan Kata Lain’. Puisi ini mengisahkan seorang pemuda yang dalam perjalanan pulang kampung hendak naik ojek. Ia sempat sungkan ketika mengetahui kalau tukang ojek itu adalah guru sejarahnya dulu. Dan momen sentimentil itu terjadi ketika ia sampai di rumah. Saat ingin membayar jasa ojeknya, guru itu pun pergi begitu saja. Lalu…


Tak ada angin tak ada hujan, ayah tiba-tiba berseru padaku :

“Dengan kata lain, kamu tak akan pernah bisa membayar gurumu.” 

-Joko Pinurbo


Well, Joko Pinurbo memang salah satu penyair yang dikagumi para penikmat puisi di tanah air. Karya-karyanya tak jarang mendapat apresiasi yang bagus dari pembacanya. Tak terkecuali dalam ‘Kekasihku’ ini yang menurutku memperlihatkan kepekaan Jokpin akan lingkungan sekitar, entah itu berupa benda atau pun peristiwa. Dari hal-hal kecil yang mungkin luput dari perhatian, sampai hal-hal filosofis yang menyisakan makna mendalam tentang kehidupan.


Senin, 15 Maret 2021

REVIEW BUKU NYANYIAN AKAR RUMPUT - WIJI THUKUL

Cover Buku Nyanyian Akar Rumput
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Nyanyian Akar Rumput

Penulis : Wiji Thukul

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  248 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku kumpulan puisi paling fenomenal di Indonesia. Nyanyian Akar Rumput, karya seorang aktivis yang mati secara misterius di zaman Orde Baru, Wiji Thukul.

Dalam buku ini, puisi-puisi Wiji Thukul dibagi menjadi 7 bagian :

  1. Lingkungan Kita si Mulut Besar (48 puisi)
  2. Ketika Rakyat Pergi (18 puisi)
  3. Darman dan Lain-Lain (16 puisi)
  4. Puisi Pelo (29 puisi)
  5. Baju Loak Sobek Pundaknya (28 puisi)
  6. Yang Tersisih (9 puisi)
  7. Para Jenderal Marah-Marah (23 puisi)

Berbicara tentang Wiji Thukul, tentu kita tahu kalau beliau adalah sosok penyair besar Indonesia yang terkenal dengan sajak-sajaknya yang bertema tentang kerakyatan. Mayoritas puisi-puisi Wiji Thukul merupakan cerminan sejarah tentang kejinya rezim pemerintahan pada waktu itu. Masalah-masalah sosial seperti penderitaan rakyat, penindasan, kemiskinan dan ketidakadilan, diolah dengan ciamik menjadi puisi-puisi yang jujur, berani dan tak jarang memang sengaja dibuat provokatif!

Selain sebagai penyair, Wiji Thukul juga terlibat sebagai aktivis yang menyuarakan pendapatnya melalui karya-karya sastra. Cukup dengan membaca sajak-sajak ini kita bisa tahu apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh Wiji Thukul.

Menurutku puisi-puisi WIji Thukul ini haruslah menjadi bahan pembelajaran karena memiliki kandungan nilai-nilai sejarah, kemanusiaan, dan kebangsaan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan saat ini, khususnya bagi para generasi penerus bangsa, generasi muda yang haus akan kejayaan bangsanya.


Jika kau tak sanggup lagi bertanya

kau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan

jika kau tahan kata-katamu

mulutmu tak bisa mengucapkan

apa maumu terampas

kau akan diperlakukan seperti batu

dibuang, dipungut

atau dicabut seperti rumput

atau menganga

diisi apa saja menerima

tak bisa ambil bagian

jika kau tak berani lagi bertanya

kita akan jadi korban keputusan-keputusan

jangan kaupenjarakan ucapanmu

jika kau menghamba pada ketakutan

kita akan memperpanjang barisan perbudakan


-Wiji Thukul


Lewat kata-katanya yang sederhana, menyentuh dan berani, Wiji Thukul berusaha menyuarakan ‘nyanyian’ dari rakyat kecil, rakyat akar rumput, rakyat non-elite. 

Sangat menikmati membaca buku ini dan satu kata yang selalu terngiang dalam jiwa jika mendengar wiji thukul : LAWAN !


Jika rakyat pergi

ketika penguasa pidato

kita harus hati-hati

barangkali mereka putus asa

kalau rakyat bersembunyi

dan berbisik-bisik

ketika membicarakan masalahnya sendiri

penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat berani mengeluh

itu artinya sudah gawat

dan bila omongan penguasa 

tidak boleh dibantah

kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang

suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

dituduh subversif dan mengganggu keamanan

maka hanya ada satu kata: lawan!


-Wiji Thukul