Minggu, 28 Februari 2021

REVIEW BUKU SURABAYA 1945 : SAKRAL TANAHKU - FRANK PALMOS

 

Cover Buku Surabaya 1945 : Sakral Tanahku
(Sumber : Obor)

Judul Buku : Surabaya 1945 : Sakral Tanahku

Penulis : Frank Palmos

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tebal :  434 halaman

Tahun Terbit : 2016

Kategori : Non-Fiksi, Sejarah

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku sejarah tentang Surabaya yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Surabaya 1945 : Sakral Tanahku yang ditulis oleh sejarawan, Frank Palmos. Buku ini membahas peristiwa heroik yang melatarbelakangi dikenangnya 10 November sebagai hari Pahlawan di Indonesia. Disamping Bulan Agustus, Bulan November adalah bulan yang penting dalam sejarah berdirinya Republik Indonesia. 10 November, tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang sebuah peristiwa akbar, menggeloranya perlawanan Arek-Arek Suroboyo terhadap serangan militer Inggris. 

Untuk merawat ingatan tentang peristiwa berdarah ini, tepat kiranya membaca sebuah buku yang luar biasa ini. Dr. Francis (Frank) Palmos sendiri adalah sejarawan berkebangsaan Australia. Beliau pernah mendapat beasiswa untuk mempelajari Bahasa Indonesia tahun 1961-62 dari ‘Yayasan Siswa’ dibawah naungan Departemen Luar Negeri. Riset untuk menulis buku ini dimulai sejak tahun 2008, selain mengacu pada berbagai literatur, penulis juga melakukan wawancara dengan saksi hidup yang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana peristiwa-peristiwa yang terjadi di Surabaya di tahun 1945.


"Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan kota Surabaya… Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini. Kalau saudara-saudara mau meninggalkan kota, saya juga tidak menahan, tapi saya akan mempertahankan kota sendiri."

-Pidato Kol. Sungkono, Komandan Pertahanan Kota Surabaya


Tujuan penulisan buku ini selain sebagai referensi sejarah, juga untuk mengoreksi ketidakjelasan sejarah selama ini tentang peran Surabaya di masa perjuangan kemerdekaan. Serba-serbi perjuangan para pejuang di kota tersebut akan dipaparkan secara rinci, beserta perkembangannya dari hari ke hari. Terlebih lagi, buku ini mengungkap secara jelas peran sentral Surabaya sebagai pelopor perjuangan secara nyata dan mengembalikan hal-hal yang selama ini tersingkirkan dari sejarah.

Buku ini cukup tebal, sekitar 400-an halaman, cukup memakan waktu untuk membacanya. Buku ini menurutku cukup berhasil menyajikan alur peristiwa --meski tidak terlalu detail sekali, sejak awal kedatangan Jepang, masa pendudukan Jepang, Proklamasi, pasca-proklamasi hingga pertempuran Surabaya. Menurutku, ketika membacanya serasa berada ditengah-tengah pertempuran dan kalimat-kalimatnya mampu mengobarkan semangat perjuangan dalam diri setiap pembacanya.

Secara keseluruhan narasi yang dibangun penulis adalah bahwa banyak bagian-bagian yang selama ini ‘tertutupi’ dari sejarah pertempuran Surabaya. Misalnya glorifikasi tentang peran Bung Tomo yang berlebihan, memang tidak buruk, namun seyogyanya tidak mengubur peran penting dari pasukan yang turun langsung, angkat senjata melawan penjajah. Lalu juga bantahan kepada sejarawan barat yang menyebut rakyat Surabaya sebagai ekstrimis, pemberotak, massa liar dan penjarah. Dan masih banyak fakta-fakta lainnya. Sangat bagus untuk dibaca oleh siapapun.

Hal paling menyentuh dari sejarah pertempuran Surabaya adalah Jargon “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”, “Merdeka atau Mati”, “Allahu Akbar” yang menggema diseantero Surabaya. Pekik pidato Bung Tomo yang fenomenal, kepiawaian strategi dari para pimpinan Surabaya, tekad dari segenap rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru diraih, dan dukungan para relawan yang datang dari beragai daerah, bersatu padu menjadi satu kesatuan yang ‘membahayakan’ bagi pasukan militer Inggris, salah satu pasukan yang tercanggih dimasanya. 


"Hai tentara Inggris! Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga. Kita tunjukkan bahwa kita ini benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara, lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap, “merdeka atau mati”, Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar !! MERDEKA !"

-Pidato Bung Tomo dalam siaran radio 


Memang hanya ada satu pemenang sebuah pertempuran bila yang diperebutkan adalah sebuah kota. Tetapi kemenangan Inggris dengan susah payah mengusir pejuang dari Surabaya adalah kemenangan kosong dan harus dibayar mahal dengan jatuhnya banyak korban jiwa dikedua pihak. Jajaran pimpinan Surabaya membawa pasukan mereka mundur, bukan untuk menyerah, melainkan mempersiapkan diri untuk berperang terus sampai lima tahun kedepan.

Para pejuang jalanan dan tentara pelajar banyak berguguran, tapi kematian mereka tidaklah sia-sia. Mereka telah memberikan kemampuan terbaiknya untuk mempertahankan tanah airnya. Kegigihan, tekad dan semangat para pejuang membuat pemimpin militer asing mengubah pendekatan mereka pada republik yang masih baru ini.


“Pertempuran Surabaya pada akhirnya adalah sebuah pengingat bagi semua pemegang kekuasaan tentang kekuatan kehendak manusia untuk mencari kemerdekaan dan sekaligus harga mengerikan yang harus dibayar oleh siapapun yang mencoba menindas kemerdekaan itu.” 

-Frank Palmos 


Buku ini sangatlah bagus, detail dan enak dibaca. Hasil riset yang luar biasa dari Frank Palmos berusaha mengangkat nama-nama penting yang selama ini dianggap masih kurang mendapat tempat dalam kepenulisan sejarah pertempuran Surabaya. Semoga para generasi penerus bangsa tidak lelah untuk terus belajar sejarah bangsanya, agar kelak dapat memetik pelajaran yang berguna bagi diri sendiri, bangsa dan negara. MERDEKA !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)