Minggu, 21 Februari 2021

REVIEW BUKU NEGERI DI UJUNG TANDUK - TERE LIYE

 

Cover Buku Negeri Di Ujung Tanduk
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Negeri Di Ujung Tanduk

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  364 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku karya Tere Liye pertama yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Negeri Di Ujung Tanduk (NDUT). Setelah cukup lama mengantre di IPUSNAS, akhirnya dapat juga giliran baca buku ini. Tema utama novel ini tentu adalah politik. Menurutku Tere Liye mencoba merangsang "kepedulian" pembaca terhadap keadaan politik Indonesia. 


"Kita harus menyadari hal ini. Kita sebenarnya sedang berperang melawan kezaliman yang dilakukan kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita yang mengambil keuntungan karena memiliki pengetahuan, kekuasaan, atau sumber daya. Kita memilih tidak peduli, lebih sibuk dengan urusan masing-masing, nasib negeri ini persis seperti sekeranjang telur di ujung tanduk, hanya soal waktu akan pecah berantakan. Ini negeri di ujung tanduk.”
-Tere Liye

Tokoh utamanya adalah Thomas, seorang konsultan keuangan profesional, kemudian memperluas bidang kerjanya sebagai konsultan politik. Setelah memenangi dua pemilihan kepala daerah, namanya pun terangkat, akhirnya ia diminta menjadi konsultan politik kandidat terbaik calon Presiden berinisial JD. Thomas mau mendukung JD karena komitmennya untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi yang menurutnya adalah kunci dari semua permasalahan negara. Harusnya lebih mudah dalam memenangkan JD, namun menjelang konvensi partai dibuka, tiba-tiba datang serangan kepada JD. Tidak main-main, kasus korupsi triliunan tuduhannya ! 

Meskipun sempat mengendus adanya rencana mennyingkirkan JD dari kompetisi, Thomas dkk tidak menduga bakal secepat ini. Tidak hanya searangan terhadap JD, bahkan Thomas dkk juga jadi target "operasi". Selayaknya seorang petarung sejati, Thomas tetap teguh akan terus melawan kejahatan walaupun dirinya sendiri terjebak dalam berbagai masalah. Ia bersama tim dan bantuan dari orang-orang baik, berjuang menyelamatkan hidupnya, keluarganya sekaligus membongkar jaringan mafia hukum yang menguasai perpolitikan negeri ini. 


"Jadilah orang-orang yang berdiri gagah di depan, Membela kebenaran dan keadilan. Jadilah orang yang berdiri perkasa di depan, Membantu orang-orang yang lemah dan dilemahkan. Atau jika tidak, berdirilah di belakang orang-orang yang melakukannya, Dukung mereka sekuat tenaga"
-Tere Liye

Well, menurutku Tere Liye sukses mengemas cerita dengan sangat apik!  Membaca novel ini seperti sedang menonton film atau bahkan live streaming karut-marut keadaan politik negeri ini. Dimana hukum diolok-olok padahal kita negara hukum, mafia hukum yang "tak terlihat" tetapi punya peran besar dalam kehidupan bernegara ditambah dewan perwakilan yang korup. Tiga ratus lebih halaman seakan tak terasa karena tensinya tinggi, alurnya cepat, setelah dari Hongkong ke Jakarta ke Bali ke Jakarta lalu balik lagi ke Hongkong, dst. Adrenalinku jadi makin terpacu karena serunya adegan tembak-tembakan, kejar-kejaran dan "amankeun!".  hahaha mantap betul...  Berharap novel ini diasopsi jadi film dan semoga tak terhalang sensor! Karena pasti banyak pihak yang tersinggung wkwk.

Walaupun fiksi, pasti ada pesan moral dari novel Negeri di Ujung Tanduk (NDUT) karya Tere Liye ini. Yaitu tentang pentingnya menjadi pribadi yang berkarakter, tetap memegang teguh prinsip hidup, berani membela kebaikan dan kebenaran, terus "melawan" meskipun banyak yang ingin menjatuhkan. Tentang kepedulian terhadap sesama, sekecil apapun kepedulian itu. Tentang keluarga, sahabat, orang-orang yang kita sayang yang bisa membuat kita tetap tegar. Tentang  pentingnya keberpihakan, berpihak pada yang tulus, bukan pada yang fulus; berpihak pada yang baik, bukan pada yang penuh intrik dan licik; berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan pada kepentingan para bedebah ! yang harusnya musnah ! dari negeri dengan sumber daya yang melimpah ! 


“Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.

Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan.”

-Tere Liye


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)