Cover Buku The Book of Forbidden Feelings (Sumber : Mizan) |
Judul Buku : The Book of Invisible Questions
Penulis : Lala Bohang
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 156 halaman
Tahun Terbit : 2016
Kategori : Fiksi
My Rated : 4/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku kedua karya Lala Bohang yang pernah aku baca di IPUSNAS. Dibandingkan dengan The Book of Invisible Questions yang nuansanya lebih universal, The Book of Forbidden Feelings lebih kental dengan nuansa feminin. Meski demikian, aku tidak menyesal membaca buku ini karena memang niat awalnya lebih kepada belajar membiasakan diri membaca buku-buku berbahasa inggris. Dan tentunya harus dimulai dari yang mudah-mudah dulu, seperti kalimat-kalimat di buku ini yang memang cukup mudah dimengerti.
“Women and men have been living side by side on earth since the beginning. Breathing the same air but always wanting different things in life. Women want safe companionship. Men what experimental companionship. Women want all nice looking creatures in the world. Women want polite sex. Men want wild sex. Since then women and men always seek for intersections between their needs. Through relationships, through marriage, through parenthood. ‘Theoretically you're perfect.’ It's just that women and men don't have any intersection.”
Oke mari membahas isinya, apa sebenarnya buku ini ? Perasaan terlarang ? Dilarang berperasaan ? Dilarang baper ? Yang jelas buku ini berisi tulisan menarik, tentang kehidupan dan percintaan yang cocok buat quote, caption atau update story wkwk. But, sorry to say, buku ini gelap, suram dan dijamin nyesek kalau si pembaca sedang patah hati. Buku ini bukan buku motivasi ! Tapi buku ini akan lebih terasa sebagai teman, yang membantu proses healing after realizing what's broken.
Menurutku, tulisan Lala Bohang bukan puisi atau sajak atau apalah itu, melainkan sebuah narasi dengan kalimat ringkas, bernas, yang diluapkan dari lubuk hati terdalam. Didominasi warna hitam-putih, banya ilustrasi bernuansa monokrom. Lengkap sudah, menggambarkan kesedihan seorang gadis karena luka atau kecewa. Ditulis dengan sudut pandang seorang gadis dengan segala pengalaman percintaannya terkesan terlalu jujur dan benar-benar mewakili perasaan yang tak bisa diungkapkan.
Kata-katanya seakan berbicara, memang begitu, terkadang manusia suka memendam apa yang ia rasakan, mengendap dibalik senyum yang dipaksakan, hingga berdampak buruk bagi diri sendiri. Namun, memang terkadang manusia memiliki hal-hal yang tidak ingin diketahui orang lain. Lebih memilih memendamnya demi kebaikan diri sendiri juga orang lain. Dan disaat sendiri, berbincang dengan diri sendiri, semua perasaan itu bisa terluapkan, itulah yang ditumpahkan Lala Bohang dalam buku ini.
Woman to woman friendship is the hardest of them all.
It's caring but at the same time bullying.
It's supportive but at the same time envious.
It's a smiley expression but the same time judgemental.
It's a sweet emoticon but at the same time constant comparison.
It's understanding but at the same time demanding.
It's accepting but at the same time never feel good enough.
It's listening but at the same time talking someone's back.
-Lala Bohang
Kutipan ini menurutku yang paling membekas, terutama bagi pembaca perempuan. Mengungkapkan perasaannya tentang pertemanan. So appreciate for this book, Lala Bohang can write and draw very nice. To be honest, I can't understand most of her ilustration, not because it's bad. The Book of Forbidden Feelings, a simple and beautiful book that succeeds in taking us to the darkest world of feelings while making us feel more alive.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)