Judul Buku : Catatan Seorang Demonstran
Penulis : Soe Hok Gie
Penerbit : LP3ES
Tebal : 385 halaman
Tahun Terbit : 1983
Kategori : Non-Fiksi
My Rated : 4/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku
mau mengulas salah satu buku fenomenal dari sosok intelektual muda
bangsa Indonesia, Soe Hok Gie yang judulnya “Catatan Seorang Demonstran”.
#Deskripsi
‘Catatan Seorang Demonstran’ Sebuah buku tentang pergolakan
pemikiran seorang pemuda, Soe Hok Gie. Dengan detail menunjukkan luasnya minat
Gie, mulai dari persoalan sosial politik Indonesia modern, hingga masalah kecil
hubungan manusia dengan hewan peliharaan. Gie adalah seorang anak muda yang
dengan setia mencatat perbincangan terbuka dengan dirinya sendiri, membawa kita
pada berbagai kontradiksi dalam dirinya, dengan kekuatan bahasa yang mirip
dengan saat membaca karya sastra Mochtar Lubis.
“Gie”, banyak menulis kritik-kritik yang keras di
koran-koran, bahkan kadang dengan menyebut nama. Dia pernah mendapat surat
kaleng yang memaki-maki dia ” Cina yang tidak tahu diri, sebaiknya pulang ke
negerimu saja”. Ibunya pun sering khawatir karena langkah-langkah “Gie” hanya
menambah musuh saja.
“Soe Hok Gie” bukanlah stereotipe tokoh panutan atau pahlawan yang kita kenal di negeri ini. Ia adalah pecinta kalangan yang terkalahkan dan mungkin ia ingin tetap bertahan menjadi pahlawan yang terkalahkan, dan ia mati muda.
Semangat yang pesimis namun indah tercermin dimasa-masa akhir hidup juga terekam dalam catatan hariannya : “Apakah kau masih disini sayangku, bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.”
#Ulasan
"Catatan
Seorang Demonstran” merupakan buku non-fiksi yang berisi catatan sehari-hari
milik Soe Hok Gie (1942 - 1969), seorang aktivis mahasiswa, intelektual muda
dan sosok yang berpegang pada idealismenya yang hidup di era orde lama. Sosok
Gie adalah seorang mahasiswa warga keturunan Tionghoa. Gie memiliki sifat
tegas, berani dan jujur, namun juga memiliki sisi melankolis dan humanis
selayaknya pemuda pada umumnya.
Tahun 1966 terjadi pergerakan besar mahasiswa, gerakan ini
didasari ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah Orde Lama, serta bentuk
tanggung jawab moral mahasiswa sebagai agent of change terhadap
masyarakat. Mendapat dukungan dan simpati dari masyarakat, gerakan ini berhasil
meruntuhkan rezim orde lama (OrLa) dan digantikan dengan orde baru (OrBa).
Salah satu tokoh idealis dalam gerakan ini adalah Soe Hok
Gie. Mahasiswa Fakultas Sastra, Universitas Indonesia yang menjadi panutan
rekan-rekannya dalam pandangan idealismenya. Gie dipandang sebagai seorang
mahasiswa dan aktivis yang tidak peduli dimusuhi atau didekati siapapun,
asalkan pandangan idealismenya tercurahkan untuk negaranya.
Namun, setelah rezim OrLa runtuh, ia kembali kecewa, nampaknya
‘kebathilan’ tidak langsung musnah dengan turunnya Soekarno. Mungkin itulah
risiko menjadi idealis, selalu punya celah untuk berkata ‘Tidak!’.
Dalam buku ini pembaca disuguhkan catatan-catatan Gie yang
jujur, ekspresif, tegas dan realis tentang pemikiran dan ide-ide perjuangannya menegakkan
‘kebenaran’ yang menurutnya jauh lebih penting daripada kepopuleran. Selain itu
juga ada kisah hidupnya semasa sekolah, salah satunya ketika ia berdebat dengan
gurunya tentang sejarah dan sastra. Gie, sejak kecil memang sudah menaruh minat
pada sejarah, sastra dan demokrasi.
Selain menginspirasi, buku ini juga membuat aku malu ! Malu
dengan Gie yang sejak muda sudah mengambil sikap, walaupun harus menerima
risiko tidak banyak yang ingin berada di sisinya. Sikapnya yang dianggap
terlalu berangan-angan dengan menerapkan nilai-nilai yang melangit itu membuatnya
seolah hidup sendiri, terkadang penuh kontradiksi, hingga mati pun pergi
memeluk kesendirian.
Gie, pemuda yang mencintai gunung dan meninggal di atas
gunung pula. Soe Hok Gie mati muda. Menghembuskan napas terakhir di kawah
Mahameru, Gunung Semeru akibat gas beracun. Ketika membaca bagian ini, aku
terbayang salah satu kutipan Soe Hok Gie tentang kata-kata seorang filsuf
Yunani,
"Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan tersial adalah umur tua. Bahagialah mereka yang mati muda."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)