Selasa, 30 Maret 2021

REVIEW BUKU SEGALA-GALANYA AMBYAR - MARK MANSON

 


Judul Buku : Segala-galanya Ambyar

Penulis : Mark Manson

Penerbit : Grasindo 

Tebal :  346 halaman

Tahun Terbit : 20

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Mark Manson adalah penulis buku laris versi internasional dan New York Times berjudul The Subtle Art of Not Giving A F*ck. Di buku keduanya yang berjudul Everything Is F*cked ini Manson melahirkan sebuah pedoman kewarasan untuk menghadapi problem-problem harapan.

Sebenarnya, buku ini sudah saya baca beberapa waktu lalu tetapi baru tertarik mengulasnya hari ini. Dunia di zaman sekarang, segalanya tampak sangat baik melebihi zaman-zaman sebelumnya. Meski demikian, tak sedikit pula yang tampak kacau balau dan benar-benar ambyar.Kita hidup dalam penggalan waktu yang menarik, dimana secara material segalanya nampak jelas lebih baik, namun anehnya kini justru telah mewabah perasaan akan tiadanya harapan. 

Manson menyebut ini sebagai paradoks kemajuan : semakin baik kondisi yang kita dapatkan, semakin cemas dan putus asa diri kita. Pada dasarnya, kita adalah manusia-manusia paling aman dan makmur sepanjang sejarah dunia, namun keputusasaan yang kita rasakan juga yang lebih parah ketimbang masa-masa sebelumnya. semakin baik keadaan yang kita dapat, semakin parah pula keputusasaan yang melanda kita. Dan Manson meringkas dalam satu fakta megangetkan (juga berdasar Suicide Rate Data dari WHO) : semakin kaya dan aman wilayah yang Anda tinggali, semakin mungkin Anda melakukan bunuh diri. 

Apa yang terjadi ? Lewat buku ini, Manson menerangkan sederet penelitian psikologis dan kebajikan dari beragam filsuf untuk berbicara mengenai berbagai persoalan agama, politik, uang, hiburan dan internet, dan mencoba menghadirkan solusi dari beragam keambyaran ini. Namun, bisa juga disebut berupa evaluasi tanpa berharap menyelesaikannya, tapi justru berupaya mencintainya.


"Nilai-nilai yang kita pilih selama hidup kita mengalami kristalisasi dan mengendap di lapisan paling atas kepribadian kita."

-Mark Manson


Dalam buku ini, Manson menempatkan dirinya lebih kepada perantara dari beracam-macam pemikiran yang diramu dengan ciamik. Jadi, hanya pada beberapa part, Manson menuangkan opininya yang memang khas, out of the box dan terkadang lucu. Referensinya pun tidak kaleng-kaleng, bisa dilihat di 36 halaman terakhir wkwk.


"Seperti pisau yang dipakai ahli bedah, harapan dapat menyelamatkan kehidupan dan harapan juga bisa merampas kehidupan."

-Mark Manson


Manson tetap meyakini bahwa harapan adalah hal yang fundamental untuk psikologi kita, sehingga kita harus :

  1. Memiliki pengharapan akan suatu hal,
  2. Percaya bahwa nasib kita dikendalikan oleh diri kita sendiri, sehingga kita harus meraih harapan tersebut,
  3. Menemukan sebuah komunitas untuk mendampingi kita meraih harapan tersebut.


Ketika kita kehilangan satu dari ketiga hal tersebut untuk waktu yang lama, kita kehilangan harapan dan akan terlempar kedalam kebenaran yang menggelisahkan.

Pengalaman menghasilkan emosi. Emosi menghasilkan nilai. Nilai menghasilkan cerita-cerita tentang makna. Dan orang yang berbagi cerita makna yang sama, berkumpul bersama untuk menghasilkan agama. Agama disini bukan hanya berarti mengimani Tuhan, tetapi meyakini apa yang mau kita yakini.

Nietzsche percaya bahwa kita harus melampaui harapan. Baginya, moralitas masa depan harus dimulai dengan sesuatu yang disebut amor fati atau cinta pada nasib. Amor fati bagi Nietzsche berarti penerimaan hidup dan pengalaman kita dengan tanpa syarat : segenap pengalaman naik dan turun, yang bermakna dan yang tak bermakna. itu berarti mencintai luka-luka, memeluk derita. Itu berarti menutup jarak yang memisahkan antara harapan dan kenyataan, bukan dengan cara mengejar lebih banyak lagi harapan, tetapi dengan mengharapkan yang senyatanya.

Pada intinya, Manson menampar kita bahwa, hey... dunia meamang kacau, dunia memang ambyar.Kenapa ? itu karena kita tidak sadar bahwa "harapan" kita terlalu disilaukan oleh keinginan-keinginan kita sendiri yang tidak masuk akal. Dunia boleh kacau, tapi bukan berarti kita juga harus menjadi kacau.Tidak perlu erharap menjadi lebih baik, cukup jadilah lebih baik. Jadilah sesuatu yang lebih baik. Jadilah lebih murah hati, lebih tabah, lebih rendah hati dan disiplin. 

Salah satu buku yang membuka wawasan dan membantu berpikir objektif dalam melihat keambyaran zaman ini. Sangat layak jadi bacaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)