Judul Buku : Questioning Everything
Penulis : Tomi Wibisono & Soni Triantoro
Penerbit : Shira Media & Warning Books
Tebal : 362 halaman
Tahun Terbit : 2016
Kategori : Non-Fiksi, Sosial-Budaya
My Rated : 4/5
Hallo, Sobat Reader ! Berbicara tentang kreativitas, ada satu insight yang keren dari Dr. Budi Irawanto dalam pengantar buku ini,
"Kreativitas senantiasa mampu menerabas batas-batas yang dipatok oleh para pemegang otoritas. Ia tak pernah takluk di haribaan kekuasaan"
Kalimat yang membawa pikiranku kesana kemari menengok para kreator yang aku tahu, membebaskan dirinya dari rasa nyaman dalam proses menghasilkan karya yang otentik. Kreativitas memang sulit dipisahkan dari sifat pemberontakan, memberontak dari rasa 'nyaman'.
"Hal-hal buruk adalah kenyataan, sementara hal-hal baik adalah harapan. Dan di dunia semacam itu, sebagian optimis dalam ketidaktahuan. Meringkuk dalam laku fatalis, abai dan konsumtif. Larut. Sebagian lagi pesimis dalam ciut dan keragu-raguan. Larut.”“Jika memang sedemikian suramnya, mengapa dunia tetap bertahan tak bergegas hancur berkeping-keping dan kembali ke rantai makanan sederhana ala zaman dinosaurus ? Mungkin Tuhan Yang Mahatahu memang masih menunggu atau bisa jadi karena masih ada serpihan nyala yang berbinar diberbagai ufuk semesta. Satu yang niscaya, saat ini kita hidup di dunia yang tidak baik-baik saja.”
Mengusik imajinasi pembaca. Begitulah yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Pengantar yang paripurna dari dosen ilmu komunikasi UGM disambung pengantar yang mengkritik sejarah, pendidikan dan jurnalisme dari kedua penulis mengawali buku ini. Questioning Everything merupakan kumpulan wawancara pilihan dari WARN!NG Magazine yang bertaburan gagasan menyentak, memprovokasi pikiran dan imajinasi pembaca.
"Ada dua cara ampuh untuk memahami isi kepala seseorang. Pertama, sambangi tempat ia tinggal dan lihat koleksi bukunya. Kedua, luangkan waktu yang amat panjang dan ngobrol-lah dengan dia. Kalau tak punya waktu dan segan bertemu, baca saja wawancaranya."
-Ananda Badudu
Dua puluh tujuh insan kreatif sebagai narasumber, dari berbagai latar belakang, tidak semuanya aku tahu. Kalau nama-nama seperti Jerinx, Puthut EA atau Seno Gumira tentu tidak asing bagiku. Namun, konsep penulisan berupa tanya-jawab membuat kita sebagai pembaca merasakan kedekatan, seakan berbicara langsung dengan narasumber. Selain itu, spontanitas dari narasumber dalam menjawab pertanyaan, juga terkadang menggelitik terutama ketika berbicara tentang politik, ideologi dan kemanusiaan.
"Tiap bagiannya akan membuatmu belajar tentang konteks jurnalistik yang tak melulu 5W+1H. Buku ini menyegarkan!"
-ngadem.com
Bagi kamu yang memiliki selera musik punk rock, hardcore, dsb, beberapa musisi / band ternama baik dari dalam maupun luar negeri bisa kamu jumpai di buku ini. Meminjam kalimat Wendi Putranto, para musisi ini memiliki keliaran perspektif, arogansi yang cerdas bahkan pemikiran yang provokatif.
Seru menyimak gagasan-gagasan mereka, walaupun tidak terlalu mengerti ketika membahas tentang musik dan dinamikanya.
Let me tell you the part that makes me shake my head, change my sitting position and pause to read it over and over again. Here he is, "Di era silam, Anda sering menyerang generasi tua yang Anda anggap dekaden", lalu ditanggapi oleh Remy Sylado, "Kalau yang muda goblok itu nggak usah diserang. Memang belum berpengalaman. Tapi kalau tua goblok ya harus diserang."
Pada akhirnya aku sependapat dengan kedua penulis, bahwa dunia boleh tidak baik-baik saja. Tetapi kreativitas haruslah muncul ke permukaan dan berumur panjang.
"Ada optimisme yang coba kami utarakan dari pesimisme yang seyogianya pun patut disadari. Selalu ada yang salah, namun senantiasa ada asa dan cara. Boleh jadi begitulah kreativitas bekerja."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)