Selasa, 23 Maret 2021

REVIEW BUKU TAK MASALAH JADI ORANG PAYAH - KAREN RINALDI

 


Judul Buku : Tak Masalah Jadi Orang Payah

Penulis : Karen Rinaldi 

Penerbit : Shira Media 

Tebal :  296 halaman

Tahun Terbit : 2020

Kategori : Non-Fiksi, Self Improvement

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Pernahkah kamu tidak jadi melakukan sesuatu (padahal kamu suka) hanya karena merasa belum mahir ? Apakah kamu pernah malu karena tidak mahir dalam suatu hal ? 

Jika pernah, maka Tak Masalah Jadi Orang Payah mungkin cocok untuk kamu baca. Karen Rinaldi mengenalkan gagasan tentang berdamai dengan ketidakmahiran. Menurutnya, menjadi tidak mahir punya beberapa keuntungan. Yang paling penting adalah jika kita terus-terusan takut melakukan sesuatu hanya karena merasa tidak mahir, maka kita tidak akan kemana-mana. Jadi, lakukan saja, mulailah, lakukan apa yang kita suka, dalam proses itu kita akan berjumpa dengan kegagalan maupun keberhasilan. Justru karena mau membuka diri seperti itu, kita akan banyak mendapatkan pelajaran.

Bahkan, penelitian yang dikutip Rinaldi di buku ini menjelaskan bahwa mempelajari sesuatu yang baru akan mengaktifkan pelbagai respon saraf yang bermanfaat bagi ingatan. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki rasa ingin tahu lebih banyak daripada teman-temannya, memiliki harapan hidup yang lebih tinggi.

Ketidakmahiran Rinaldi dalam berselancar, menjadi fondasi ia menulis buku ini. Berisi campuran pengalaman yang terbaik hingga terburuk. Rinaldi juga tidak lupa untuk berdiskusi dengan para ahli untuk mencari jawaban.


"Perjuangan mencapai kesempurnaan merupakan kata halus dari rasa takut. Takut terlihat bodoh. Takut harus memulai lagi. Takut tidak bisa menguasai dengan baik. Takut tidak mahir."

 -Karen Rinaldi


Buku ini tebalnya hampir 300 halaman, namun 50 halaman terakhirnya adalah daftar pustaka. 70% isi buku ini, Karen Renaldi berputar-putar membicarakan tentang "berselancar." Ya, banyak sekali istilah berselancar, laut dan ombak. Entah gaya menulisnya, atau pengembangan ceritanya atau karena banyak yang diulang-ulang, sehingga aku merasa bosan membacanya. Aku tidak bisa membayangkan bila pembaca sama sekali tidak tertarik dengan dunia berselancar akan bertahan ketika membaca buku ini. Tapi, semoga sesiapa yang membaca buku ini 'bertahan' sampai halaman terakhir.

Menurutku memang banyak gagasan-gagasan yang diutarakan tentang 'kepayahan' dalam buku ini, dan itu bagus, beberapa aku setuju. Tetapi, aku agak kecewa sebenarnya, karena menurutku kebanyakan gagasan tentang 'kepayahan' itu kurang di eksplor sehingga sebagai pembaca, aku kurang dapat gregetnya. 

Buku ini lebih cocok dikemas sebagai novel atau memoar, yang bercerita tentang kehidupan Rinaldi dan dunia berselancarnya sebagai gambaran besarnya.


"Dengan mengucapkan terima kasih yang dalam atas hidup kita --untuk rasa sakit dan senang, di saat-saat yang penuh kesulitan dan sukacita-- kita membantu diri sendiri untuk pulih, baik secara fisik maupun psikis."

 -Karen Rinaldi


Namun, rasa kecewaku sedikit terobati dengan kelucuan yang 'receh' di awal-awal buku ini, dan setiap awal bab ada kalimat yang berfungsi sebagai kompas sehingga pembaca tahu kemana arah pembahasan di bab tersebut. 

Aku suka dengan inti pesan dalam buku ini. Kita semua harus merasa cukup berani untuk mencoba sesuatu yang berarti bagi kita. Siapa tahu dari mencoba hal baru itu, kita jadi menemukan bakat yang selama ini terpendam.


"Hidup bukan untuk memahami semuanya, melainkan untuk menjalani hidup itu sendiri. Untuk berhasil dan gagal, meski kita cenderung mencari kenyamanan. Kita pasti akan bertemu dengan rasa tidak nyaman. Konsep menjadi orang payah, merangkul rasa tidak nyaman itu dan mengubahnya menjadi sesuatu yang indah"

-Karen Rinaldi 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)