Senin, 15 Maret 2021

REVIEW BUKU NYANYIAN AKAR RUMPUT - WIJI THUKUL

Cover Buku Nyanyian Akar Rumput
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Nyanyian Akar Rumput

Penulis : Wiji Thukul

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  248 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi

My Rated : 4,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku kumpulan puisi paling fenomenal di Indonesia. Nyanyian Akar Rumput, karya seorang aktivis yang mati secara misterius di zaman Orde Baru, Wiji Thukul.

Dalam buku ini, puisi-puisi Wiji Thukul dibagi menjadi 7 bagian :

  1. Lingkungan Kita si Mulut Besar (48 puisi)
  2. Ketika Rakyat Pergi (18 puisi)
  3. Darman dan Lain-Lain (16 puisi)
  4. Puisi Pelo (29 puisi)
  5. Baju Loak Sobek Pundaknya (28 puisi)
  6. Yang Tersisih (9 puisi)
  7. Para Jenderal Marah-Marah (23 puisi)

Berbicara tentang Wiji Thukul, tentu kita tahu kalau beliau adalah sosok penyair besar Indonesia yang terkenal dengan sajak-sajaknya yang bertema tentang kerakyatan. Mayoritas puisi-puisi Wiji Thukul merupakan cerminan sejarah tentang kejinya rezim pemerintahan pada waktu itu. Masalah-masalah sosial seperti penderitaan rakyat, penindasan, kemiskinan dan ketidakadilan, diolah dengan ciamik menjadi puisi-puisi yang jujur, berani dan tak jarang memang sengaja dibuat provokatif!

Selain sebagai penyair, Wiji Thukul juga terlibat sebagai aktivis yang menyuarakan pendapatnya melalui karya-karya sastra. Cukup dengan membaca sajak-sajak ini kita bisa tahu apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh Wiji Thukul.

Menurutku puisi-puisi WIji Thukul ini haruslah menjadi bahan pembelajaran karena memiliki kandungan nilai-nilai sejarah, kemanusiaan, dan kebangsaan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan saat ini, khususnya bagi para generasi penerus bangsa, generasi muda yang haus akan kejayaan bangsanya.


Jika kau tak sanggup lagi bertanya

kau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan

jika kau tahan kata-katamu

mulutmu tak bisa mengucapkan

apa maumu terampas

kau akan diperlakukan seperti batu

dibuang, dipungut

atau dicabut seperti rumput

atau menganga

diisi apa saja menerima

tak bisa ambil bagian

jika kau tak berani lagi bertanya

kita akan jadi korban keputusan-keputusan

jangan kaupenjarakan ucapanmu

jika kau menghamba pada ketakutan

kita akan memperpanjang barisan perbudakan


-Wiji Thukul


Lewat kata-katanya yang sederhana, menyentuh dan berani, Wiji Thukul berusaha menyuarakan ‘nyanyian’ dari rakyat kecil, rakyat akar rumput, rakyat non-elite. 

Sangat menikmati membaca buku ini dan satu kata yang selalu terngiang dalam jiwa jika mendengar wiji thukul : LAWAN !


Jika rakyat pergi

ketika penguasa pidato

kita harus hati-hati

barangkali mereka putus asa

kalau rakyat bersembunyi

dan berbisik-bisik

ketika membicarakan masalahnya sendiri

penguasa harus waspada dan belajar mendengar

bila rakyat berani mengeluh

itu artinya sudah gawat

dan bila omongan penguasa 

tidak boleh dibantah

kebenaran pasti terancam

apabila usul ditolak tanpa ditimbang

suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

dituduh subversif dan mengganggu keamanan

maka hanya ada satu kata: lawan!


-Wiji Thukul


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)