Cover Buku Nyanyian Akar Rumput (Sumber : Gramedia) |
Judul Buku : Nyanyian Akar Rumput
Penulis : Wiji Thukul
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 248 halaman
Tahun Terbit : 2014
Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi
My Rated : 4,5/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku kumpulan puisi paling fenomenal di Indonesia. Nyanyian Akar Rumput, karya seorang aktivis yang mati secara misterius di zaman Orde Baru, Wiji Thukul.
Dalam buku ini, puisi-puisi Wiji Thukul dibagi menjadi 7 bagian :
- Lingkungan Kita si Mulut Besar (48 puisi)
- Ketika Rakyat Pergi (18 puisi)
- Darman dan Lain-Lain (16 puisi)
- Puisi Pelo (29 puisi)
- Baju Loak Sobek Pundaknya (28 puisi)
- Yang Tersisih (9 puisi)
- Para Jenderal Marah-Marah (23 puisi)
Berbicara tentang Wiji Thukul, tentu kita tahu kalau beliau adalah sosok penyair besar Indonesia yang terkenal dengan sajak-sajaknya yang bertema tentang kerakyatan. Mayoritas puisi-puisi Wiji Thukul merupakan cerminan sejarah tentang kejinya rezim pemerintahan pada waktu itu. Masalah-masalah sosial seperti penderitaan rakyat, penindasan, kemiskinan dan ketidakadilan, diolah dengan ciamik menjadi puisi-puisi yang jujur, berani dan tak jarang memang sengaja dibuat provokatif!
Selain sebagai penyair, Wiji Thukul juga terlibat sebagai aktivis yang menyuarakan pendapatnya melalui karya-karya sastra. Cukup dengan membaca sajak-sajak ini kita bisa tahu apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh Wiji Thukul.
Menurutku puisi-puisi WIji Thukul ini haruslah menjadi bahan pembelajaran karena memiliki kandungan nilai-nilai sejarah, kemanusiaan, dan kebangsaan yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan saat ini, khususnya bagi para generasi penerus bangsa, generasi muda yang haus akan kejayaan bangsanya.
Jika kau tak sanggup lagi bertanya
kau akan ditenggelamkan keputusan-keputusan
jika kau tahan kata-katamu
mulutmu tak bisa mengucapkan
apa maumu terampas
kau akan diperlakukan seperti batu
dibuang, dipungut
atau dicabut seperti rumput
atau menganga
diisi apa saja menerima
tak bisa ambil bagian
jika kau tak berani lagi bertanya
kita akan jadi korban keputusan-keputusan
jangan kaupenjarakan ucapanmu
jika kau menghamba pada ketakutan
kita akan memperpanjang barisan perbudakan
-Wiji Thukul
Lewat kata-katanya yang sederhana, menyentuh dan berani, Wiji Thukul berusaha menyuarakan ‘nyanyian’ dari rakyat kecil, rakyat akar rumput, rakyat non-elite.
Sangat menikmati membaca buku ini dan satu kata yang selalu terngiang dalam jiwa jika mendengar wiji thukul : LAWAN !
Jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!
-Wiji Thukul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)