Sabtu, 20 Maret 2021

REVIEW BUKU PERJALANAN LAIN MENUJU BULAN : SATU KISAH TIGA BABAK - AAN MANSYUR

 

Cover Buku Perjalanan Lain Menuju Bulan
(Sumber : Mizan)

Judul Buku : Perjalanan Lain Menuju Bulan

Penulis : Aan Mansyur 

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal :  112 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Fiksi, Kumpulan Puisi

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku keempat karya Aan Mansyur yang pernah aku baca. Setelah Cinta Yang Marah, Melihat Api Bekerja dan Tidak Ada New York Hari Ini, aku kembali menikmati puisi Aan Mansyur lainnya, Perjalan Lain Menuju Bulan. Buku ini merupakan hasil koloborasi dengan sutradara Ismail Basbeth dengan proyek filmnya yang berjudul Another Trip to The Moon. Sepertinya, Aan merupakan penyair yang cukup ramah untuk berkolaborasi dengan bidang seni lain.

Setelah selesai membaca buku ini, terlihat jelas bagaimana Aan Mansyur meramu adegan-adegan film menjadi bait-bait puisi yang indah dan nikmat untuk dibaca. Kualitasnya sebagai penyair tak diragukan lagi.


“Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah mengatakannya dengan jelas; aku ingin kau memiliki hari-hari ketika kau mencintai dirimu sendiri. Kau lupa: orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan.”

-Aan Mansyur


Buku ini memuat tiga bab yaitu Ibu yang Menunggu, Lelaki yang Anjing, dan Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain. Dalam Ibu yang Menunggu, mengisahkan kasih sayang seorang Ibu yang amat dalam kepada anaknya. Dalam Lelaki yang Anjing, menceritakan bagaimana seorang lelaki harus pandai ‘berburu’, bergerak mencari kebebasan dan cinta. Sedangkan dalam Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain, aku menafsirnya sebagai sebuah filosofi bahwa kehidupan manusia berawal dari rahim seorang Ibu ‘perempuan’, dari sana awal mula tumbuh cinta. Cinta sesame manusia, cinta antar perempuan.

Satu hal yang sangat terasa ketika membaca Perjalan Lain Menuju Bulan adalah ketenangan. Mungkin karena buku ini sarat akan makna kehidupan. Kisah hidup yang bisa diambil hikmahnya tentang kasih sayang ibu yang tanpa batas, lelaki yang tidak putus asa mencari cinta, perempuan pemberani dan berpegang teguh pada prinsipnya, kesabaran dalam menggapai tujuan, tanggung jawab seorang ibu dalam membesarkan buah hatinya, hingga kepasrahan bahwa nasib akan menuju ‘akhir’ nya masing-masing.


"Adakah kebebasan ? pada akhirnya kau harus menerima separuh diriku jika ingin merebut separuh dirimu yang tersisa."

-Aan Mansyur


Masih sama dengan buku-buku puisi Aan sebelumnya, ciri khas tulisannya menonjolkan kesederhanaan kata-kata yang tidak terlalu membuat kita berpikir rumit untuk mengetahui maksudnya. Buku ini juga dilengkapi hasil jepretan fotografi yang menambah kenyamanan saat membacanya. Jika kamu mencari buku puisi yang ‘menceritakan’ sebuah adegan film, inilah buku yang tepat.


"Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat. Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. Ketakutan bukan alasan yang baik untuk menggenggam atau melepaskan sesuatu."

-Aan Mansyur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)