Judul Buku : Manusia di Panggung Sejarah
Penulis : Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir
Penerbit : Sega Arsy
Tebal : 200 halaman
Tahun Terbit : 2020
Kategori : Non-Fiksi, Sejarah
My Rated : 3,5/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku tentang sejarah peran para ulama dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Judulnya Manusia di Panggung Sejarah hasil kolaborasi dua penulis, Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir.
Buku ini bisa dibilang rangkuman poin-poin penting dari berbagai sumber literatur, kemudian dikemas seperti novel dengan kalimat-kalimat yang ringan dibaca. Dalam satu buku, kita bisa menengok kembali perjuangan dan pemikiran beberapa tokoh Islam dalam melahirkan kemerdekaan Indonesia. Namun, masih perlu kiranya membaca buku-buku lain supaya mendapatkan informasi lebih rinci dari peran para ulama yang luar biasa ini.
"Peran para ulama dan tokoh-tokoh Islam dalam perjalanan sejarah Indonesia, diakui sangat besar dan cukup menentukan. Karena itu, sudah sepantasnya mendapat tempat dan porsi yang layak dalam sejarah Indonesia. Namun, peran penting tokoh-tokoh Islam itu seakan dilupakan dan hilang ditelan zaman"
-Kholid O. Santosa & Akhmad Nasir
Tokoh-tokoh Islam yang diulas dalam buku ini umumnya ialah mereka yang berjuang pada masa pergerakan hingga menjelang kemerdekan, bahkan beberapa juga sempat menikmati kemerdekaan itu. Mereka adalah Ahmad Dahlan, Hasyim Asyari, Abdul Karim Amrullah, HOS Tjokroaminoto, Abdul
Moeis, Agus Salim, Ahmad Hassan, Ki Bagus Hadikusumo, Mas Mansoer dan Zainal Mustofa.
Manusia di Panggung Sejarah mengungkap awal kehidupan, perjalanan, pemikiran, perjuangan hingga 'legacy' yang ditinggalkan oleh para tokoh luar biasa ini. Pembaca diingatkan kembali bagaimana dan untuk apa berdirinya berbagai organisasi islam di tanah air ini. Terkadang, dalam memperjuangkan visi ideologisnya, para ulama ini tak terhindar dari perdebatan. Namun dari perbedaan itu, mereka disatukan oleh cinta kepada Indonesia.
Keteguhan dalam bersikap dan bertindak dari para ulama dalam melawan ketidakadilan, melawan penjajahan, melawan kolonialisme, patut dikenang dan dicontoh oleh kita. Dan selalu ketika membaca sejarah tentang peran para ulama, saya teringat sebuah kalimat masyhur dari K.H. Hasyim Asyari,
“Agama dan nasionalisme adalah dua kutub yang tidak berseberangan. Nasionalisme adalah bagian dari agama, dan keduanya saling menguatkan.”
Sayang sekali dalam buku ini typonya termasuk banyak, meskipun tidak terlalu mengganggu. Secara keseluruhan tidak mengecewakan beli buku ini, harganya terjangkau, isinya singkat, jelas dan padat. Cocok sekali sebagai bacaan ringan mengenai sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)