Kamis, 28 April 2022

REVIEW BUKU WARAS DI ZAMAN EDAN - PRIE G.S.


Judul Buku : Waras di Zaman Edan
Penulis : Prie G.S.
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal :  236 halaman
Tahun Terbit : 2013
Kategori : Non-Fiksi, Humor, Sosial-Budaya
My Rated : 5/5



Hallo, Sobat Reader !
Kali ini aku mau mengulas buku yang bisa menyadarkan kita bahwa untuk hidup di zaman edan seperti saat ini sejatinya bisa dilalui dengan tetap waras. Judul bukunya yaitu Waras di Zaman Edan karya Prie G.S.

#DESKRIPSI
Merenung sambil berhumor atau berhumor sambil merenung? Dua-duanya sama saja. Corak itulah yang mewarnai buku ini. Prie GS mengajak kita mengobrol beraneka macam sendi kehidupan, mulai dari hal ringan hingga berat, yang justru kadang kita lupakan begitu saja. Kita akan menemukan banyak humor, kekonyolan, sekaligus hikmah. Pengalamannya yang unik, mengharukan, mendebarkan, bahkan kadang menggelikan, disajikan di dalamnya.

Buku ini memperlihatkan kelebihan Prie GS dalam merangkai kata-kata menjadi cerita yang ringan dan nikmat dibaca oleh siapapun. Prie GS berucap: “Seluruh hal yang saya tulis di buku ini adalah keasyikan saya menangkap aneka kelebatan itu yang menjadi keasyikan saya sejak lama. Tapi lebih dari itu saya menulis karena saya adalah seorang penulis. Penulis yang tidak menulis sama saja dengan suami yang tidak mencintai anak-anak dan istri.”

Selamat membaca, merenung, dan tertawa riang.


#ULASAN
Pertama kali aku tahu nama Prie G.S. dari berita meninggalnya beliau setahun silam. Setelah mencari tahu, ternyata almarhum adalah seorang budayawan yang cukup tersohor di Indonesia. Beliau dikenal khas dalam memberi kegembiraan, renungan, sekaligus inspirasi melalui humor-humornya. Banyak karya yang telah almarhum terbitkan, salah satunya buku ‘Waras di Zaman Edan’.


Buku ini berisi cerita dari pengalaman keseharian Prie G.S. yang dibalut dengan sudut pandang kebudayaan dan sentuhan humor khas penulis. Topik-topik yang diangkat sederhana, namun dari kesederhanaan itu dapat berkembang menjadi sesuatu yang besar, kompleks dan berbahaya. Cara penulis merangkai kata tak perlu diragukan lagi, aku sangat terbantu dengan keindahan kata demi kata yang nikmat sekali dibaca. Cerita-cerita itu disajikan dalam berbagai menu, mulai dari belum waras, mengenal waras, belajar waras, berlatih waras, mulai sedikit agak nyaris setengah waras, sedikit agak nyaris setengah waras, agak nyaris setengah waras, nyaris setengah waras, setengah waras, sampai puncaknya ‘waras’.


Suka atau tidak, senyatanya kita memang sedang berada di zaman edan yang katanya kalau tidak ikutan edan maka siap-siap ‘tidak kebagian’, begitulah kiranya gambaran keedanan zaman. Namun, alih-alih ikutan edan, menurut Prie G.S. dengan kewarasan kita tetap bisa survive di zaman edan. Pesan-pesan berisi antitesis dari keedanan zaman itu bisa dipelajari di buku ini. 


Oleh karena itu, buku ini cocok sekali dijadikan bahan renungan dan evaluasi tingkat kewarasan diri sendiri wkwk. Sebab, pembaca tidak hanya diajak mengkritisi keedanan zaman dengan cara jenaka, tapi juga ditunjukkan solusi berbagai masalah kehidupan yang sebenarnya sederhana. Kesederhanaan itu yang justru membuat pembacanya tetap waras dan bahkan menertawakan dirinya sendiri, termasuk aku wkwk. Jadi, kalau kamu tertarik untuk merenung sambil berhumor atau berhumor sambil merenung, cobalah baca buku ini!

"Masa silam sering memenjara kita. Lalu, pada masa depan, kita sibuk merangkai aneka bayangan yang serba-menakutkan. Masa depan itu penting dibayangkan, tetapi tidak untuk ditakutkan. Pertama, karena ia pasti terjadi, dan kedua karena kejadian di depan itu tidak selalu semenakutkan seperti apa yang kita bayangkan. Hidup saya pada hari ini sungguh saya syukuri. Namun, inilah dulu masa depan yang sangat saya takuti. Jadi, begitu sibuknya otak saya ini mengurus masa lalu dan masa depan sampai kadang membuat saya lupa menikmati hari ini."

"Sejak lahir, manusia sudah dihadapkan oleh berbagai macam kesulitan. Kesulitan itu ternyata pada akhirnya tidak menyulitkan. Sebaliknya, ia bertugas memudahkan. Ternyata, lewat aneka kesulitan itulah manusia bertumbuh dan berkembang. Jadi, untuk setiap kesulitan kita hanya butuh keberanian untuk merampungkan."

 

"Di dalam dada yang lapang tersedia hidup yang lapang, bahkan sekalipun di dalam kesulitan. Kesulitan itu sendiri tetap, jika datang ia tetap berupa keadaan menyulitkan. Namun, kesulitan di dalam dada yang lapang sangat berbeda dibanding kesulitan di dada yang sempit. Dada yang sempit itu, bahkan tanpa kesulitan pun sudah sulit karena dirinya sendiri."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)