Senin, 02 Agustus 2021

REVIEW BUKU TEH DAN PENGKHIANAT - IKSAKA BANU

 


Judul Buku : Teh dan Pengkhianat

Penulis : Iksaka Banu

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tebal : 180 halaman

Tahun Terbit : 2019

Kategori : Fiksi, Kumpulan Cerpen

My Rated : 4,3/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang berisi kumpulan cerpen bertema masa kolonialisme Belanda. Buku ini berjudul Teh dan Pengkhianat karya Iksaka Banu.


#DESKRIPSI

Dari penulis karya sastra pemenang Kusala Sastra Khatulistiwa 2014 kategori prosa., Semua untuk Hindia, hadir kembali tiga belas cerita pendek berlatar kolonial. Dalam Teh dan Pengkhianat kita diajak bertamasya lagi ke masa silam: ketika awal mula sepeda dipakai kaum bumiputra di Hindia Belanda, sewaktu wabah cacar mengancam sementara sarana dan prasarana transportasi masih terbatas, saat globe masih merupakan produk pencerahan budi yang mewah, tatkala rekayasa foto tidak bisa lai kecuali dilakukan dengan cara manual yang merepotkan, dan seterusnya.

Iksaka Banu menampilkan sejarah sebagai pergulatan manusia berikut susah-senang maupun kekecewaan dan harapan yang meliputi. Kebebalan ataupun nalar tiap generasi.

"Kehebatan Iksaka Banu adalah keberhasilannya 'menghidupkan' Belanda yang sudah pergi dari Nusantara sejak kita merdeka. Sebaliknya, penulis Belanda zaman sekarang gagal menampilkan pelaku utama Indonesia dalam karya-karya mereka, padahal kita sudah hampir tiga seperempat abad merdeka"--Joss Wibisono.


#ULASAN

Rasa haus akan sejarah Indonesia yang mengantarkanku membaca kumpulan cerpen karya Iksaka Banu ini. Setelah membaca Semua Untuk Hindia, rasanya tidak kaget ketika membaca Teh dan Pengkhianat, penulis juga mengambil sudut pandang yang sama, yakni dari orang Belanda. Tokoh ‘orang Belanda’ yang ditonjolkan adalah mereka yang tidak setuju dengan kolonialisme, memiliki keberpihakan terhadap kemanusiaan dan berempati kepada pribumi. Penulis lagi-lagi ingin menyuarakan bahwa sejarah penjajahan tidak sesederhana doktrin pribumi baik vs penjajah jahat. Ada ruang dimana anomali sejarah itu terjadi.

Dari 13 judul cerpen yang ada di buku ini, semuanya aku suka. Tema yang diangkat tidak melulu tentang pertumpahan darah, tapi membentang lebar perihal perjuangan, keluh kesah, gengsi, ironi, tragedi, komedi bahkan epidemi. Dilihat dari gaya bahasa, penokohan dan setting dari ceritanya, dapat dikatakan observasi yang dilakukan Iksaka Banu tidak main-main. Ketika membacanya, aku seperti diajak hadir ditengah-tengah peristiwa itu sehingga konflik dan pertentangan yang ada terasa begitu dekat. Tak sampai disitu, aku juga terangsang untuk browsing seputar fakta sejarah dibalik setiap cerpen dalam buku ini. Jadi, menurutku kurang lengkap kalau hanya membaca cerpen ini tanpa menelisik lebih lanjut fakta sejarah yang terkandung didalamnya.

Jika memilih 3 cerpen terbaik dari 13 judul cerpen di buku ini, aku memilih Teh dan Pengkhianat, Variola dan Indonesia Memanggil. Cerpen Teh dan Pengkhianat mungkin yang paling membuat geram karena mengisahkan seorang pemimpin pasukan yang sebelumnya adalah tangan kanan Pangeran Diponegoro tetapi kemudian berbalik haluan menjadi pembela Belanda. Dalam cerpen Variola, aku dibuat tercengang, ternyata sikap konservatif dari kalangan agamawan yang menolak upaya ilmiah dalam penyelesaian wabah penyakit sudah ada sejak zaman kolonial. Sedangkan dalam cerpen Indonesia Memanggil, aku mendapat pengetahuan baru tentang peran Australia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Teh dan Pengkhianat disampaikan dengan ringan tapi mengguggah dan berbobot. Bermacam-macam rasanya ketika selesai membaca buku ini. Yang jelas aku suka cara penulis menyampaikan kisah ini, ditambah adanya ilustrasi yang memanjakan mata semakin menggugah imajinasiku. Buat kamu yang suka dengan buku fiksi sejarah, aku merekomendasikan karya Iksaka Banu ini untuk dibaca. 


"Bangkitlah menjadi pria pemberani di hadapan kebenaran. Tuntutlah ilmu. Buatlah dunia Barat yang pongah ini mengerti, betapa berdosa merampas hak hidup seseorang. Apalagi suatu bangsa."

- Iksaka Banu -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)