Rabu, 11 Agustus 2021

REVIEW BUKU PENAKLUK BADAI: NOVEL BIOGRAFI HADRATUSYEIKH KH. HASYIM ASY'ARI - AGUK IRAWAN MN


Judul Buku : Penakluk Badai: Novel Biografi Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy'ari

Penulis : Aguk Irawan MN

Penerbit : Republika

Tebal : 562 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Novel Biografi

My Rated : 5/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang merupakan novel biografi Ulama besar Indonesia sekaligus pendiri Nahdlatul Ulama, yaitu KH. Hasyim Asy’ari. Buku ini berjudul Penakluk Badai karya Aguk Irawan MN.


#DESKRIPSI

“Membaca sosok Hadratusyeikh seakan-akan kita membaca suasana dan kondisi dialogis antara agama dengan tradisi dan budaya setempat. Beliau mampu mempertemukan antara idealism yang berada dalam tataran ide dengan kebutuhan-kebutuhan praktis yang mendesak keseharian umat.”

-- Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqiel Siroj, MA.


“Saya merasa novel biografi ini ditulis oleh tangan yang tepat. Semoga bermanfaat.”

-- Cucu KH. Hasyim Asy’ari, KH. Salahuddin Wahid


“Lelah duduk, baca berbaring. Bosan telentang, ganti telungkup. Tapi detik demi detik perjalanan Mbah Hasyim terlalu sulit untuk dilewatkan. Datang rasa haru seakan-akan hadir di majelis hadits Syaikh Mahfuzh at-Tarmusi di Masjidilharam bersama mbah Hasyim. Datang amarah memuncak ketika membaca pesantren Mbah Hasyim dibakar rata dengan tanah. Oh sungguh kehidupan Mbah Hasyim penuh liku dan warna. Ada saatnya pula shalat bersama Tan Malaka. Puncaknya novel ini memberi informasi dan ide untuk menulis disertasi berjudul: Peran Mbah Hasyim Dalam Kajian Hadits Di Indonesia. Karomah Mbah Hasyim, proposal desertasi itu langsung diterima di Oum Durman University Sudan. Semoga mampu menulis secair akhi Aguk Irawan.”

-- Datuk Seri Ulama Setia Negara, Haji Abdul Somad, Lc., MA.


#ULASAN

Sebagai orang yang tumbuh dan berkembang di Jombang, tentu aku tidak asing dengan kemasyhuran KH. Hasyim Asy’ari. Sosok ulama, ahli hadist, penulis, pejuang nasional, sekaligus pendiri PP Tebuireng dan organisasi islam Nahdlatul Ulama. Sejak di bangku sekolah, aku mengagumi beliau karena selain penuh teladan dalam hal agama, beliau juga selalu konsisten menyerukan persatuan bangsa dan pentingnya memiliki sikap nasionalisme.

Setelah membaca novel ini, aku semakin terkagum-kagum dengan beliau. Aguk Irawan dalam novel ini tidak hanya berhasil mengangkat kisah-kisah yang mungkin jarang terpublikasi, tapi juga berhasil menggambarkan karakter KH. Hasyim Asy’ari. Ulama yang haus ilmu, moderat, toleran, lebih mengedepankan persamaan daripada perbedaan, bijak dalam mengambil keputusan, dan wah masih panjang daftar kata untuk menggambarkan sosok beliau yang gak mungkin aku tuliskan semua disini, hehe.

Novel ini dibagi dalam 25 bagian. Menurutku cukup lengkap merangkum kisah KH. Hasyim Asy’ari dari lahir sampai meninggal dunia. Lahir di lingkungan orang-orang alim, berasal dari keturunan yang baik, besar dari satu pesantren ke pesantren, sempat belajar di negeri Arab sehingga sanad keilmuannya sampai kepada Rasulullah saw. Kemudian berjuang tidak hanya demi agama, tapi juga kemerdekaan Indonesia. Dan ketika wafat membuat Jombang bak lautan manusia pada waktu itu.

Buku ini aku rekomendasikan buat kamu yang penasaran dengan biografi, lika-liku kehidupan dan ajaran-ajaran dari KH. Hasyim Asy’ari. Karena disajikan dalam bentuk novel, pembaca bisa merasakan langsung berada ditengah-tengah momen penting dalam perjalanan hidup beliau. Seperti kebesaran namanya yang sudah terlihat sejak lahir, betapa indahnya kedekatan beliau dengan M. Darwis / Ahmad Dahlan, semangat bertahan hidup walau dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, komitmen beliau terhadap persatuan, serta kegigihan beliau untuk belajar dan mengajar. Dan tentu masih banyak lagi kepingan-kepingan kisah beliau yang sarat akan pelajaran hidup. 

Sungguh kehidupan KH. Hasyim Asy’ari penuh lika-liku dan perjuangan. Air mata dan penderitaan seakan menjadi teman akrab menemani perjalanan hidup beliau. Meski KH. Hasyim Asy’ari adalah ulama kharismatik yang kedalaman ilmunya tidak diragukan, beliau tetap tidak tinggi hati dan bahkan menjadi sosok pengayom masyarakat yang penuh kasih dan toleran. Maka, sebuah keniscayaan bahwa nama beliau masih harum hingga kini, NU yang beliau dirikan bahkan kini menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia, dan keteladanannya kerap menjadi inspirasi dalam merajut persatuan bangsa.


“Hadratusyeikh pergi meninggalkan kehidupan yang fana dengan meninggalkan jejak sejarah perjuangan yang patut dicatat dengan tinta emas. Beliau berjuang untuk umat dan negara dengan hati yang dipenuhi keikhlasan.” 

"Apa yang terlisankan akan cepat berlalu. Tetapi, apa yang dituliskan akan mengabadi. Apa yang berlalu cepat terlupakan, sedang apa yang mengabadi akan selalu terekam dan tak lekang dicacah ruang dan waktu."

"Dan kelak meskipun kedua santri ini (Hasyim Asy’ari dan M. Darwis) telah menjadi tokoh, tetap bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Meskipun ada beberapa perbedaan pendapat dan perjuangan, tetapi keduanya tetap punya nilai dan harga yang sama."

– Aguk Irawan MN --



1 komentar:

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)