Selasa, 31 Agustus 2021

REVIEW BUKU DAHLAN : SEBUAH NOVEL - HAIDAR MUSYAFA


Judul Buku : Dahlan
Penulis : Haidar Musyafa
Penerbit : Javanica
Tebal : 414 halaman
Tahun Terbit : 2017
Kategori : Fiksi, Novel Biografi
My Rated : 5/5


Hallo, Sobat Reader !
Kali ini aku mau mengulas buku yang merupakan novel biografi Ulama besar Indonesia sekaligus pendiri Persyarikatan Muhammadiyah, yaitu KH. Ahmad Dahlan. Buku ini berjudul Dahlan karya Haidar Musyafa.

#DESKRIPSI
Ia terlahir dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya, Kyai Abu Bakar, adalah seorang Ketib Amin di Masjid Gede Yogyakarta. Semenjak remaja ia sering bertanya: kenapa umat Islam begitu terpuruk dalam banyak hal? Saat itu ia berpikir umat Islam begitu terkungkung oleh hal-hal takhayul. Ia pernah mencoba bertanya dan memberontak, tetapi justru penolakan dan cacian yang didapatnya.

Keresahan batin mendorong Darwis menuntut ilmu setinggi-tingginya, hingga takdir melayarkannya ke Mekah. Di Mekah ia belajar pada banyak guru. Ia pun berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy, Imam Besar Masjidil Haram dari Sumatera, bersama teman seperjalanan dari Jombang: Hasyim Asy’ari. Di Mekah pula ia mendapat nama baru: Ahmad Dahlan. Sepulang dari Tanah Suci ia diangkat menjadi Ketib Amin Masjid Gede oleh Sultan Hamengkubuwana VII dan mendapat gelar Raden Ngabehi. Hasrat terpendam untuk memajukan umat Islam mengilhaminya mendirikan sebuah persyarikatan bernama Muhammadiyah. Ia bercita-cita Muhammadiyah bisa menjadi lokomotif perubahan bagi umat Islam di Nusantara.

Dahlan adalah sebuah novel langka yang membabar kehidupan, pemikiran, dan perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan, seorang ulama besar pemancang tonggak pembaharuan Islam di Nusantara.

“Novel ini dapat menjadi penggerak pikiran kaum muda untuk menjadi pelopor pembaruan, sebagaimana kehadiran Kyai Dahlan di pentas sejarah.”
Dr. Haedar Nashir, M.Si, Ketua Umum PP Muhammadiyah

“Pembaca tanpa terasa dibawa ke dalam suasana kehidupan keseharian Kyai Ahmad Dahlan.”
Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, penulis Syekh Siti Jenar

 

#ULASAN 

KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Sang Pencerah atau Sang Pembaharu dalam menegakkan ajaran Islam di bumi nusantara. Sejak kecil, dirinya terusik melihat masih banyak masyarakat menjalankan adat istiadat yang justru mengarah pada kesyirikan. Ketika mencoba bertanya, balasan yang didapat adalah “kamu masih kecil belum tahu apa-apa.” Waktu berlalu, takdir membawa beliau belajar ke Mekkah dengan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy. Dari Syekh Ahmad Khatib inilah, beliau tertarik dengan gagasan pembaharu islam yang dikampanyekan oleh Syekh Muhammad Abduh dan Syekh Jamaluddin Al-Afghany, dua ulama pembaharu dan reformis Islam dari Mesir dan Afghanistan. Sepullang dari Mekkah, Ahmad Dahlan bercita-cita melakukan perubahan khususnya di desa Kauman, Yogyakarta.
 

Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, sehingga kita sebagai pembaca dapat merasakan sendiri sisi psikologis dan pemikiran Ahmad Dahlan. Walaupun beliau berdakwah dengan meniru cara-cara Rasulullah yaitu dengan halus, lemah lembut dan tidak memaksakan kehendak, tetapi banyak kalangan yang terang-terangan mencaci bahkan menuduh beliau sebagai Kyai sesat, kafir, wahabi dan kebarat-baratan. 

 

“Terkadang ego jauh lebih cepat manguasai hati daripada nalar sehingga cenderung melakukan sesuatu dengan grusa-grusu yang justru membawa dampak yang buruk bagi orang lain.”

-Haidar Musyafa-

 
Ahmad Dahlan tentu tidak gentar, beliau justru semakin bersemangat menggunakan stategi-strategi dakwah yang baru. Salah satunya dengan berorganisasi, selain sebagai medium berdakwah beliau juga merasa mendapat dukungan dan semangat baru dari orang-orang yang sepemikiran dalam organisasi itu. Tercatat, semasa hidup Ahmad Dahlan pernah menjadi anggota Jami’atul Khoir, Budi Utomo dan Syarikat Islam.
 

Sadar akan pentingnya organisasi dalam berdakwah, pada tahun 1912 Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah untuk mewujudkan tujuan pembaruan Islam di bumi nusantara. Kini, Muhammadiyah menjelma sebagai organisasi islam dan sosial yang besar, menaungi ribuan institusi pendidikan, ratusan rumah sakit, poliklinik, panti asuhan dan pusat pengembangan masyarakat lainnya.
 

Ahmad Dahlan bukan hanya sosok penting dalam Muhammadiyah, tapi juga seorang pahlawan bangsa yang menyadarkan umat Islam bahwa nasibnya terjajah dan perlu untuk merdeka. Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan mendorong kemajuan dan kecerdasan tidak hanya dalam beragama tetapi juga ilmu pengetahuan. Selain itu, melalui Aisyiyah, berhasil mengangkat derajat perempuan pada waktu itu yang sebagian besar masih terkungkung dalam dominasi laki-laki.
 

Buku ini aku rekomendasikan buat kamu yang penasaran dengan kisah hidup Ahmad Dahlan. Penulis mengakui, meskipun disajikan dalam bentuk novel, alur dan peristiwa dalam novel ini berdasarkan fakta dari riset yang dilakukannya. Dengan memetik hikmah perjuangan Ahmad Dahlan, pembaca diingatkan tentang pentingnya mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.
 

“Sebanyak apapun ilmu seseorang, dia tidak akan pernah mampu mengamalkannya jika tidak berusaha mencobanya sedikit demi sedikit. Sebaliknya, seseorang yang minim pengetahuan akan menjadi terwawas pikirannya jika dia mau mencari dan berbagi.”

-Haidar Musyafa-









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)