Rabu, 14 Juli 2021

REVIEW BUKU DISKURSUS FILSAFAT PANCASILA DEWASA INI - Dr. Agustinus W. D., S.S., M.Hum.

 


Judul Buku : Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini

Penulis : Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum.

Penerbit : Kanisius

Tebal :  150 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Non-Fiksi, Filsafat, Sosial-Politik

My Rated : 4,5 / 5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini karya Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum. Buku ini aku baca di IPUSNAS dan sangat menarik karena membahas seputar dasar negara Indonesia. 


#DESKRIPSI

Pancasila dikenal sebagai fondasi negara Indonesia. Dalam buku ini, Pancasila hendak diteropong secara filosofis sehingga mau tidak mau amat bersentuhan dengan filsafat politik (filsafat kenegaraan). Penjelajahan diskursus ini memakai metode membaca langsung sumber pergumulan para filsuf pendiri negara ini dan filsuf klasik untuk mengontekstualkan Pancasila dalam hidup bersama dewasa ini. 

Buku ini berusaha sejauh mungkin untuk menghimpun dan menyimak segala pemikiran para filsuf politik yang berkaitan dengan perkara revitalisasi Pancasila dan menganalisisnya dalam terang kehidupan dari tata hidup bersama saat ini. Pemaknaan Pancasila akan kita gali setelah mendalami pendasaran mengenai apa itu negara, asal-usul negara, dan garis besar filsafat. Pada akhirnya, buku ini akan mengulas beberapa sumbangsih pikiran bagi relevansi Pancasila di dalam konteks ke-Indonesia-an dewasa ini.


#ULASAN

“Apakah Weltanschauung (dasar dan flsafat hidup) kita, jikalau kita hendak mendirikan Indonesia merdeka ?” adalah kutipan pekik pidato Soekarno dalam sidang BPUPKI 1 Juni 1945. Singkatnya, Bung Karno kemudian mencetuskan PANCASILA. Lalu melalui perdebatan, rapat dan proses yang tidak sebentar tibalah para founding fathers Bangsa Indonesia pada sebuah konsensus yang menjadi dasar negara Indonesia yakni PANCASILA seperti yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945. 

Pancasila adalah fondasi negara Indonesia, dalam buku ini penulis mengajak pembacanya untuk melihat Pancasila dengan teropong filosofis. Buku ini dibagi menjadi 8 bab yang pada intinya berusaha sejauh mungkin untuk menghimpun dan menyimak segala pemikiran para filosof politik yang berkaitan dengan perkara revitalisasi Pancasila dan menganalisisnya dalam konteks kehidupan dewasa ini. 

Diawal buku ini penulis memberikan skema / garis besar dari setiap bab yang dibahas sehingga memudahkan pembaca memahami konteksnya. Kemudian kita flashback menyimak pemikiran para filosof politik tentang apa itu negara, konstitusi dan penguasa. Lalu kita kembali ke Indonesia dengan mencermati asal-usul Pancasila yang berasal dari kodrat kehidupan Bangsa Indonesia. Yang paling menarik adalah uraian mengenai cerdas & bijaknya Bung Karno ketika menawarkan Pancasila sebagai dasar, filsafat atau jiwa dari Indonesia merdeka. Melalui keahlian pidatonya, Bung Karno tampak membangun logika argumentatif agar Bangsa Indonesia segera memerdekakan diri. Baru setelah itu ia menunjukkan bahwa segi kesegeraan dari kemerdekaan itu tidak sama dengan ketergesa-gesaan, melainkan harus berakar dan dipikirkan secara matang. Dan pada bagian akhir ia menguraikan dasar negara yang sudah digeluti dan direnungkannya sejak lama.

Buku ini cocok untuk dibaca oleh siapa saja karena uraian dari Dr. Agustinus ini bahasanya cukup membumi. Selain mendapat wawasan baru tentang filsafat Pancasila, pembaca juga bisa merasakan suasana dan serunya pergumulan pemikiran para founding fathers lewat transkrip pidato yang dirujuk penulis. Penulis juga memberikan sumbangsih pemikirannya tentang relevansi Pancasila untuk diimplementasikan di masa dewasa ini. Meskipun sering menyinggung berbagai pemikiran filsafat politik, penulis cukup lihai dalam menguraikannya sehingga mudah dipahami. Akhirnya, aku kembali diingatkan betapa pentingnya mempunyai kesadaran bahwa Indonesia didirikan untuk semua warga Indonesia. Dengan kata lain tidak ada tempat untuk mengedepankan kepentingan kelompok, golongan, suku, ras, bahkan agama jika sudah berbicara mengenai ke-Indonesia-an. Merdeka!


"Jatuhnya pemerintahan orde baru identik dengan pudarnya politik kekuasaan. Sementara berkibarnya era reformasi identik dengan tumbuhnya politik kerakyatan."

"Mentalitas reformasi ialah pemujaan keadilan, kemanusiaan, kebenaran, kemandirian dan kebebasan yang bertanggungjawab. Juga pengupayaan kelincahan dalam manajemen untuk meningkatkan kualitas kehidupan."

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum. -


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)