Cover Buku Menatap Bangsa Hoax |
Judul Buku : Menatap Bangsa HOAX
Penulis : Drs. Subagio Sastro Waluyo, M.Si.
Penerbit : Deepublish
Tebal : 185 halaman
Tahun Terbit : 2019
Kategori : Non-Fiksi, Sosial-Politik
My Rated : 3/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang membahas pandangan seorang akademisi terhadap situasi soasial-politik Indonesia kontemporer. Judul buku ini seakan menjewer para pemegang kekuasaan, Menatap Bangsa HOAX : Sebuah Catatan untuk Penegakan Good Governance.
Melihat dan merasakan kegelisahan dari kehidupan berbangsa dan bernegara dalam beberapa tahun kebelakang membuat penulis merasa tergerak untuk melakukan sesuatu. Drs. Subagio Sastro Waluyo, M.Si., merupakan dosen salah satu universitas di Bekasi dan suka menulis artikel atau esai di website pribadinya.
Sesuatu yang mengganjal di hatinya, ia tuangkan dalam tulisan yang akhirnya di susun menjadi buku yang terbit tahun 2019. Buku ini berisi 25 bab yang membahas tentang permasalahan di Indonesia, analisis dan solusi tentang good governance.
Menatap Bangsa HOAX. Sebuah judul yang terlampau berani, sarkas dan tajam. Penulis mengkonstruksi HOAX disini dengan gambaran bahwa Indonesia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja, tetapi pemerintah berusaha menyampaikan yang sebaliknya.
Buku ini diawali dengan sebuah lagu fenomenal, ‘Negeri Kolam Susu’. Indonesia negeri ‘kolam susu’ yang membuat rakyatnya selayaknya hidup di surga karena ‘tiada badai tiada topan kau temui’, sehingga nelayan bisa mengail ikan dengan nyaman dan aman. Indonesia kita ‘negeri kolam susu’ yang rakyatnya seharusnya hidup berkecukupan karena ‘kail dan jala cukup menghidupimu’ sehingga lautan yang membentang luas itu siap memenuhi kebutuhan rakyat. ‘Orang bilang tanah kita tanah surga’ karena ‘tongkat kayu dan batu jadi tanaman’ yang kelak bisa dinikmati oleh para penanamnya.
Namun, pengelola ‘negeri kolam susu’ ternyata jauh panggang dari api. Karena keserakahannya, kehausan kekuasaanya dan kelicikannya malah membuat Indonesia menjadi ‘negeri kolam air mata’. Begitulah penulis menggambarkan keadaan Indonesia.
Bagaikan suatu kapal yang menanggung beban sangat berat, mulai dari sumber daya alam yang banyak dikuasai perusahaan asing hingga pengelolaan negara yang bersandar pada hutang luar negeri (lebih parah lagi untuk membayar bunga hutang juga pakai hutang, ‘gali lubang, tutup lubang’). Penulis menggambarkan kondisi ini dengan kutipan puisi dari Taufik Ismail,
Kami generasi yang sangat kurang percaya diri
Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan
Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami
Sejak lahir sampai dewasa ini
Jadi sangat bergantung pada budaya
Meminjam uang ke mancanegara
Buku yang menarik, menyimak opini-opini penulis yang sarat dengan satire bahkan sarkasme tentang kondisi sosial-politik Indonesia. Ulasan kali ini aku tutup dengan mengutip kalimat yang relevan dengan suasana politik dewasa ini :
"Karena terkena sindrom pragmatisme politik, para aktor politik melakukan berbagai cara, salah satu diantaranya apalagi kalau bukan ‘ngibul’. Kalau sudah ‘ngibul’ dan kata ‘ngibul’ sendiri sudah dijadikan cara untuk memenuhi egonya, jadilah aktor-aktor politik yang pragmatis dan oportunis."
-Drs. Subagio Sastro Waluyo, M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)