Cover Buku Amangkurat Amangkurat (Sumber : Gramedia) |
Judul Buku : Amangkurat Amangkurat
Penulis : Goenawan Mohamad
Penerbit : Gramedia
Tebal : 68 halaman
Tahun Terbit : 2017
Kategori : Non-Fiksi, Naskah Drama
My Rated : 3/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas salah satu buku karya Goenawan Muhammad yang dikemas dalam sebuah naskah lakon. Judulnya Amangkurat Amangkurat. Dan berikut sinopsisnya :
Goenawan Mohamad, yang menulis beberapa naskah lakon, "Visa", "Surti dan Tiga Sawunggalin", "Surat-Surat Karna", "Tan Malaka", "Gundala Gawat", kali ini mengolah satu bagan sejarah Mataram di abad ke-17.
Tapi ini bukan lakon sejarah. Lakon ini lebih merupakan delirium seorang raja menjelang kematian -- paparan tentang apa yang terjadi dengan kekuasaan.
Buku pertama Goenawan Mohamad yang aku selesaikan. Cukup menarik, berisi sebuah naskah lakon dalam empat belas adegan sesuai dengan judulnya. Terdiri dari 53 halaman, Bahasa yang dipakai singkat, namun perlu usaha ‘lebih’ untuk bisa menangkap maknanya. Di beberapa bagian juga dituliskan cuplikan Babad Tanah Jawi, yang aku sendiri kurang tahu makna keseluruhannya hehe.
Selayaknya sebuah naskah lakon, percakapan antar tokoh tentu menarik perhatian. Kalimat-kalimat yang dipilih tak jarang menyiratkan makna mendalam, seperti
“Aku bukan orang yang percaya pengampunan bisa dipertukarkan dengan apapun – apalagi dengan apa yang keluar dari mulut”
Atau cuplikan adegan 3 (percapakan Amangkurat dengan Juru Taman) yang menjadi bagian paling menarik menurutku :
Juru taman : “Yang hamba tahu, putra Tuan kehilangan segala-galanya. ia akan menghabiskan waktunya berdoa di mesjid-masjid. ia yakin ia harus ke Mekah, agar bebas. ia tak ingin merebut mataram kembali. ia tak ingin berkuasa.”
Amangkurat : “Berubah-ubah pendirian! anak yang lemah.”
Juru taman : “Bukan karena itu. Tuan ingat, sejak remaja ia tahu: ayahnya begitu berkuasa, tapi kuasa itu malah menjadikan seorang raja rapuh -dan pangeran muda itu bingung.”
Aku sendiri kurang tahu bagaimana sejarah dari Amangkurat I dan Amangkurat II, tai dari naskah lakon ini, Delirium yang dimaksud penulis menurutku adalah bayangan yang dirasakan Sang Raja menjelang kematiannya. Disana ia melihat jalan cerita kehidupannya yang penuh darah. Tentang kematian ayahandanya, perebutan kekuasaan yang mengakibatkan ia harus membunuh adiknya sendiri dan bagaimana kekuasaan seakan menjadi kutukan / sesuatu yang mengerikan karena bisa membuat seseorang bertindak kejam pada siapapun yang menolak / berseberangan dengannya.
“Kekuasaan. aku selalu membayangkannya sebagai zakar besar yang tegak, memintaku untuk datang merunduk. untuk menjilatinya.”
-Goenawan Muhammad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)