Cover Buku Cinta Yang Marah (Sumber : Gramedia) |
Judul Buku : Cinta Yang Marah
Penulis : Aan Mansyur
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 100 halaman
Tahun Terbit : 2017
Kategori : Fiksi, Puisi
My Rated : 3,5/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas kumpulan puisi
sangar, yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Cinta Yang Marah ditulis
oleh penyair favoritku, Aan Mansyur !
“Suatu kelak sebelum salah satu diantara aku dan kau tersangkut maut,pada hari ulang tahun kau, ketika tidak ada pekerjaan kantoryang melarang kau cuti, aku akan mengajak kau menjadi tua renta,aku akan mengajak kau kembali menjadi anak-anak.”
-Aan Mansyur
Ternyata aku salah menduga, aku kira Cinta Yang Marah adalah
kumpulan puisi tentang sepasang kekasih dengan berbagai konflik percintaanya.
Tidak, puisi-puisi dalam buku ini lebih dalam dari pada itu. Cinta Yang Marah
berisi dua puluh satu syair yang ditulis sebagai respon atas peristiwa 1998.
Masa-masa ketika jatuhnya rezim Orde Baru dan awal dari masa Reformasi. Pesan khusus tertulis di halaman
awal buku ini, “Kepada mereka yang berjuang dan tidak bernama.”
“Saya percaya bahwa penulis yang baik akan menuliskan sesuatu yang melampaui urusan dirinya sendiri dengan memilih menjadi suara dan penanda sebuah zaman -sebab penulis akan binasa, sedang kata-kata bisa hidup selamanya.”
Yang membuat kagum ialah Aan Mansyur tidak menuliskannya secara
gamblang. Ia menggunakan kisah “Aku” dan “Kau”, sehingga pembaca harus
menelisik apa yang dimaksud dengan Aku dan Kau. Apakah percakapan sepasang
kekasih ? Atau percakapan antara pikiran dan perasaan ? Itulah hebatnya Aan
Mansyur, menulis misteri yang bersembunyi dibalik kisah cinta.
Buku ini termasuk bisa diselesaikan dalam sekali duduk. Aku suka covernya, merah melambangkan amarah dan cinta. Perpaduan warna merah, hitam, putih dan abu-abu meramaikan isi buku ini. Di dalamnya diselipkan potongan-potongan artikel yang pernah termuat dalam koran periode 1-21 Mei 1998.
Judul-judul beritanya akan mengingatkan pembaca tentang gejolak sosial, ekonomi dan politik di awal masa reformasi. “Reformasi Butuh Tindakan, Bukan Janji”, “Korban Terus Berjatuhan”, “Para Tokoh Agama Dukung Reformasi”, “Penembakan Trisakti Pakai Peluru Tajam”, Sebaiknya Pak Harto Mundur.”
Jangankan hanyut ke dalam kalimat-kalimat yang melodrama, pembaca
mungkin juga tersentak emosionalnya dengan kepingan judul koran yang
menggelora. Buku ini aku rekomendasikan untuk kamu yang mencari kumpulan puisi dengan tema peristiwa 1998. Selamat cinta marah !
“Dan kau tak perlu khawatir,aku tidak akan pernah berpikir membayarsalah satu partai agar gambar wajah akubisa dipasang di pinggir-pinggir jalanmembuat sebagian orang tertawa dan sebagian lagi kecewakemudian membuangnya di kotak suara.Sebab aku tidak mau menyiksa tulang-tulang kaudi dalam daging aku. Sebab akutidak mau memuntahkan jantung kauyang tambah tumbuh dari tubuh aku.”
-Aan Mansyur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)