Selasa, 04 Januari 2022

REVIEW BUKU MENCINTAI TUHAN, MENCINTAI KESETARAAN - KH. HUSEIN MUHAMMAD & MAMANG M. HAERUDIN

 

Judul Buku : Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan
Penulis : KH. Husein Muhammad & Mamang Muhammad Haerudin
Penerbit : Quanta
Tebal : 224 halaman
Tahun Terbit : 2014
Kategori : Non-Fiksi, Motivasi-Agama
My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader !
Kali ini aku mau mengulas buku yang beberapa hari lalu aku beli di bazar buku murah. Menurutku aku sangat beruntung bisa membeli buku yang bagus ini dengan harga 20 ribu. Buku ini berjudul Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan karya dari KH. Husein Muhammad & Mamang Muhammad Haerudin.



#DESKRIPSI

 
Hidup ini indah hanya jika kita saling mencintai, sebagaimana Allah mencintai semesta alam. Ibarat dua sisi mata uang, keberadaan perempuan dan laki-laki tak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan membutuhkan. Melalui Al- Qur’an, Allah menuntun manusia untuk saling kenal-mengenal (ta’aruf) untuk kebaikan.


Tetapi dalam keseharian kita masih melihat perempuan sering menerima perlakuan tidak adil. Kekerasan dalam rumah tangga, di jalan, di tempat-tempat umum, dan tindakan diskriminatif lainnya masih marak di mana-mana. Ini diakibatkan dari anggapan bahwa perempuan akalnya lemah, emosional, dekat dengan setan, dan lain-lain.


Buku Mencintai Tuhan, Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan Perempuan, berisi kumpulan tulisan yang menginspirasi kita untuk mencintai Tuhan. Mustahil kita mencintai Tuhan tanpa mencintai kesetaraan. Kesetaraan itu berarti perempuan dan laki-laki saling melengkapi dan membutuhkan. Inilah wajah Islam yang ramah terhadap perempuan, bukan hanya dalam perkataan tetapi juga dalam tindakan.


Buku ini dibagi dalam tiga tema besar yang mencerahkan;
• Islam Rahmat, Islam Maslahat
• Semesta Islam dan Perempuan
• Senandung Doa Kesetaraan


#ULASAN

 
Dalam realita kehidupan, khususnya di bumi pertiwi ini, sering kita mendengar puja-puji terhadap perempuan. Misalnya, dalam hal bernegara ia disebut sebagai ‘tiang negara’ atau dalam keluarga ia dimuliakan dengan istilah ‘surga ada di telapak kaki ibu’. Namun, di lain sisi, ia juga direndahkan. Perempuan dianggap makhluk yang lemah, pengetahuannya rendah, tidak mampu menjadi pemimpin, sumber fitnah dan masih banyak stereotipe-stereotipe lainnya yang mengesankan perempuan itu rendah, manusia kelas dua, bahkan dalam banyak kasus seakan-akan ‘sah’ untuk di eksploitasi. 


Cara pandang yang ambigu dan paradoks terhadap perempuan ini bahkan memunculkan stereotipe yang menggelisahkan, yakni Islam dipandang sebagai agama yang mendiskriminasi hak dan keberadaan perempuan. Islam bagi sebagian kalangan dianggap lekat dengan budaya patriarki.


Sebagai seorang kiai yang dikenal konsisten mendakwahkan Islam dengan spirit cinta dan kesetaraan, KH. Husein Muhammad merasa terpanggil untuk memberikan penjelasan (tabayyun). Untuk itu, buku ini hadir sebagai alternatif pandangan keagamaan yang ramah, berkeadilan, dan penuh cinta. Buku ini berisi kumpulan tulisan KH. Husein Muhammad yang kemudian dikumpulkan oleh santrinya, Mamang Haerudin hingga menjadi sebuah buku yang mencerahkan.

“Kita kehilangan kritisisme bahwa perempuan adalah sumber kehidupan, dan bahwa kita semua lahir dan memperoleh kasih tulus dari perempuan. Kehidupan hari ini masih belum mau melihat dengan jujur bahwa perempuan juga memiliki potensi besar yang dapat merubah dunia.” (vii)

Buku setebal 200-an halaman ini menyuguhkan analisis wacana keagamaan yang ramah atas ketidakadilan dan ketertindasan yang dialami perempuan. Dengan bahasa yang mudah dipahami, KH. Husein Muhammad membedah bagaimana sistem ‘patriarki’ yang telah mengakar ini telah merugikan martabat perempuan. Menurut beliau, hal utama yang menyebabkan suburnya ‘patriarki’ ini yakni interpretasi terhadap teks-teks otoritatif yang tidak kontekstual yang kemudian dilestarikan secara turun-temurun sehingga akhirnya menguasai perspektif publik.


Menurut beliau, hal paling rasional yang bisa dilakukan yaitu dengan pengarusutamaan gender di segala bidang, terutama pendidikan. Karena dari pendidikan inilah, seseorang memiliki modal awal agar bisa merubah perspektif dan persepsinya agar terbebas dari tradisi bias gender dan patriarki. Selain itu, reinterpretasi dan rekontekstualisasi teks-teks agama juga penting dilakukan. Karena tak jarang, pandangan bias dan timpang gender ini juga akibat dari ketidakuniversalannya tafsir-tafsir teks agama. Sebagai orang yang beragama, tentu kita percaya bahwa agama merupakan rahmat dan bertujuan untuk kebaikan. Tuhan itu Maha Adil, maka apabila firman-Nya tidak melahirkan keadilan, pastilah bukan firman-Nya yang salah, tapi cara kita menginterpretasinya yang harus dikoreksi. Buku yang bagus dan membuatku tertarik membaca buku-buku lain dengan tema serupa -kesetaraan gender.

 
“Kemerdekaan perempuan adalah juga kemerdekaan bagi masyarakat manusia. Maka kemerdekaan bagi perempuan harus diperjuangkan oleh semua pihak, tanpa kenal lelah.” (37)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)