Judul Buku : Arah Musim
Penulis : Kurniawan Gunadi
Penerbit : Bentang
Tebal : 188 halaman
Tahun Terbit : 2019
Kategori : Fiksi, Novel
My Rated : 5/5
Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang berhasil menamparku berkali-kali, mengingatkan Kembali tentang pentingnya bersyukur dan semangat menjalani hidup. Buku ini berjudul Arah Musim karya Kurniawan Gunadi.
#DESKRIPSI
Tindakan-tindakan kecil kita di masa lalu telah mengubah banyak di kehidupan kita saat ini. Mungkin kita tidak pernah menyadarinya. Mungkin kita telah melupakannya. Meski kemudian kita kebingungan karena tidak mampu memahami rentetan kejadian sebab dan akibat itu.
Kita sering gagal memahami bahwa apa yang terjadi dalam hidup kita adalah hal-hal terbaik yang bisa kita dapatkan. Kita sering salah memahami maksud-maksud tersembunyi yang Dia hadirkan dalam semua rentetan kejadian hidup yang amat berharga. Dia ingin mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang sering kita tolak kehadirannya. Sesuatu yang barangkali menjadi doa-doa kita selama ini.
Tapi, kita tidak cukup sabar untuk melewati perjalanan ini, melewati musim-musim yang silih berganti.
#ULASAN
Dari cover bukunya saja sudah menarik, ternyata isinya juga menakjubkan.Tebalnya relatif tipis untuk sebuah novel, tapi isinya kujamin padat dan begizi. Buku ini terbagi dalam enam arah musim, masing-masing ada 15-20 chapter yang pendek-pendek, Yang unik dari novel ini, kita bisa memulai membaca dari halaman manapun dan meskipun nuansa islaminya kental, menurutku nilai-nilainya yang universal layak dibaca oleh siapapun.
Secara garis besar, novel ini mengangkat dinamika kehidupan keluarga, tapi eksplorasi dari Mas Gun luar biasa. Pembaca disuguhkan cerita yang cukup kompleks tentang roda kehidupan mulai dari kehamilan, kelahiran hingga kematian. Bagian favoritku, ketika si tokoh utama sedang dalam masa-masa Quarter Life Crisis. Ia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit berikut dengan asumsi-asumsi yang muncul, justru semakin membautnya rumit. Kemudian ia mulai sadar bahwa hidup tidak mungkin hanya berisi senang dan mudah, pasti ada masanya sedih dan sulit. Untuk itu kita diingatkan agar dalam menjalani kehidupan, perlu ruang untuk memaknai kesedihan, kegagalan dan kekecewaan.
“Suatu hal dalam hidup ini yang selalu sulit kita tahu adalah, kita diciptakan dengan peran. Kita ditempatkan di tempat terbaik sesuai potensi yang kita miliki. Jika sekarang kita kebingungan mau jadi apa, mau bagaimana, apa yang harus dilakukan, coba amati hidupmu sebelum-sebelum ini, perjalananmu yang mengantarmu sampai di titik ini.” (15)
Buku ini juga akan membuat pembacanya melakukan self-talk tentang musim-musim kehidupan yang telah dilewati. Seberapa sering kita salah memahami maksud tersembunyi dibalik ramahnya musim semi, teriknya musim kemarau, syahdunya musim gugur dan dinginnya musim hujan ? Seberapa sadarkah kita bahwa manusia memiliki batasan-batasan yang terkadang disangkal oleh ego kita ?
“Sebab, kita seringkali tidak bisa memberi ruang pada rasa kecewa di hati kita. Cobalah untuk melemaskan egomu terhadap setiap kehendak agar kamu tidak lelah dalam menjalani hidup.” (149)
Berdoa dan berserah setelah berusaha, sabar dan kuat dalam menghadapi masalah, bersyukur dan berlapang dada atas sesuatu yang terjadi. Merupakan prinsip-prinsip sederhana yang kadang masih susah diterapkan dalam menghadapi musim-musim kehidupan yang silih berganti. Mungkin itulah ‘visi’ dari buku ini. Mengingatkan pembacanya tentang sebaik apapun rencana manusia, tetaplah rencana-Nya yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)