Selasa, 02 Maret 2021

REVIEW BUKU SEPERTI DENDAM, RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS - EKA KURNIAWAN

Cover Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas 
(Sumber : Togamas)

 Judul Buku : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Penulis : Eka Kurniawan

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal :  244 halaman

Tahun Terbit : 2014

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku kedua karya Eka Kurniawan yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Kalau ada yang mengira buku ini berkisah tentang kisah romantisme sepasang kekasih, tidak ! isinya tidaklah romantis wkwk. 

Setelah aku membaca bab-bab awal buku ini, barulah aku paham kenapa buku ini dilabeli ‘Novel Dewasa’. Betapa tidak, Eka Kurniawan secara blak-blakan (tapi tidak asal-asalan) memilih kosakata yang vulgar, kental sekali dengan nuansa seksualitas.. Ajo Kawir, si tokoh utama dari kisah ini adalah pemuda pemberani, namun burungnya tidak bisa tegak ! Betapa masalah perburungan ini membuat hidupnya rumit.

Kenapa burungnya tidak bisa tegak ? Semua bermula ketika Ajo Kawir dan kawannya Tokek mengintip peristiwa dua polisi sedang memperkosa seorang perempuan gila bernama ‘Rona Merah’. Celakanya, aksi mengintip ini ketahuan, si Tokek berhasil sembunyi sedangkan Ajo Kawir di ‘ringkus’ oleh polisi dan dipaksa ‘join’ dengan mereka. Dibawah todongan pistol, mendadak burung Ajo Kawir ‘tiarap’, tidak bereaksi sama sekali dengan apa yang ada dihadapannya (Rona Merah yang telanjang).

Malam petaka itu membuat Ajo Kawir hampir kehilangan semangat hidup, ia mencoba berbagai cara agar burungnya bisa tegak lagi, mulai dari yang halus sampai yang ekstrem, tapi semua gagal ! Singkatnya, ia meinkah dengan Iteung, soal ‘burung’ bagi iteung bukanlah masalah. “Syarat pernikahan hanya ada lima. Paling tidak itu yang kuingat pernah kudengar dari corong pengajian di masjid. Satu, ada kedua mempelai. Dua, ada wali perempuan. Tiga, ada penghulu. Empat, ada ijab kabul. Lima, ada saksi. Tak pernah kudengar pernikahan mensyaratkan k***** yang ng*****,”

Setelah menikah, petaka datang lagi, Iteung hamil, sesuatu yang tidak mungkin. Hal ini membuat Ajo Kawir pergi berkelana, sempat dipenjara karena terlibat pembunuhan, ia lalu menjadi sopir truk sembari berusaha untuk menegakkan kembali ‘kejantanannya’ Berhasilkah Ajo Kawir ? hahaha Eka Kurniawan mengakhiri Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dengan luar biasa. 

Wait, meskipun novel ini vulgar, kasar dan brutal dalam narasinya, sejatinya Eka sedang membicarakan keadaan pada zaman rezim yang penuh kekerasan dan represif. Seperti yang diutarakan dibelakang buku ini, bahwa burung yang tertidur ditengah brutalitas keadaan merupakan sebuah alegori tentang ketenangan dan kesunyian yang coba diusik agar bangun. Eka ingin menyampaikan gagasannya dengan bahasa yang ringan dan lucu, sehingga mudah ditangkap para pembaca. Pembaca akan banyak menemukan filosofi-filosofi dari setiap tokoh, terutama Ajo Kawir yang banyak belajar dari ‘tiarap’nya si burung.  Tertarik membaca buku ini ? Pastikan sudah cukup umur ya !!!


“Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala. Tapi kemaluan juga bisa memberimu kebijaksanaan.”

-Eka Kurniawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)