Kamis, 04 Maret 2021

REVIEW BUKU LEIDEN IS LIJDEN - DEA TANTYO

 

Cover Buku Leiden is Lijden
(Sumber : Gramedia)

Judul Buku : Leiden Is Lijden

Penulis : Dea Tantyo

Penerbit : Elex Media Komputindo

Tebal : 232 halaman

Tahun Terbit : 2017

Kategori : Non-Fiksi, Kepemimpinan, Motivasi

My Rated : 5/5


Hallo Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku bertema kepemimpinan yang pernah aku baca di IPUSNAS. Judulnya Leiden Is Lijden : Inspirasi Hidup, Perjuangan, Kepimpinan, dan Air Mata Keteladanan Founding Fathers. Tertarik baca buku ini karena ingin mengambil pelajaran dari pengalaman hebat para Founding Fathers Indonesia. Oke langsung saja...

Buku yang luar biasa dan inspiratif. Baru membaca di awal-awal buku ini saja sudah bikin terharu, bangga dan kagum dengan para founding dathers dan founding mothers Indonesia. Tidak hanya berfokus pada tokoh-tokoh lokal, Dea Tantyo juga mengambil kisah dan kepribadian yang inspiratif dari para pemimpin di berbagai belahan dunia.

Di buku ini kita akan bertemu dengan berbagai tokoh seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, Natsir, Hamka, Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Soe Hok Gie, Gandhi, Nelson Mandela, Martin Luther King, Marcus Cicero, Tan Malaka, Jenderal Soedirman, dan masih banyak lagi.

Pastinya buku ini akan memotivasi pembaca untuk menemukan dan membangkitkan jiwa kepemimpinan dalam dirinya. Selain itu, buku ini juga bisa membuat kita lebih mencintai Indonesia, karena kita diingatkan kembali tentang bagaimana para pahlawan, pemuda, pemimpin, berjuang dengan memilih untuk meninggalkan comfort zone mereka dan memilih untuk mengabdikan jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia.


The servent leader seperti tentara yang gagah di medan perang, “He fight is not because he hates what in front of him, but he loves what is behind him.”

-Dea Tantyo


Leiden is Lijden, memimpin berarti menempuh jalan menderita. Salah satu bagian yang aku suka, karena menurutku merupakan contoh konkrit dari prinsip ‘leiden is lijden’ adalah cerita tentang Haji Agus Salim -The Grand Old Man bangsa Indonesia. Bagi Agus Salim, penderitaan bukanlah keterpaksaan, melainkan PILIHAN. Ia lebih memilih keluar dari PID (waktu itu ia sempat menjadi agen intelnya Belanda, bayarannya luar biasa banyak) dan bergabung dengan SI (Sarekat Islam) untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kelak, ia dikenal sebagai ‘Singa Podium’, sang peluru diplomasi, menguasai sembilan bahasa dengan fasih, tidak berkompromi dengan kolonial, inspirator yang menggalang dukungan ‘de jure’ dari negara-negara Timur Tengah saat awal-awal kemerdekaan Indonesia.

Tuhan tak pernah keliru menyematkan kemuliaan, mereka yang mengabdikan diri untuk perjuangan akan memperoleh kekayaan yang tak kasat mata oleh orang lain, yang nampak mungkin bayangan penderitaan, terseok-seok oleh kehidupan, tapi sejatinya mereka tengah menikmati alam kemerdekaan dalam jiwanya. Betul kata Pram, 


“Kalau mati, matilah dengan berani. Kalau hidup, hiduplah dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, setiap bangsa asing bisa jajah kita”


Buku ini dibagi menjadi 15 bab, diawali dengan membangun ‘Leadership Mentality’ sampai kutipan-kutipan motivational dari tokoh-tokoh seperti Soekarno dan Hatta. Buku ini aku rekomendasikan untuk dibaca sekali seumur hidup, kenapa ? Karena bagus banget.


“Menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri. Mewujudkan mimpi yang ingin dicapai. Tidak perlu membayar orang untuk menjadi pengikut. Jika mereka melihat Anda penuh keyakinan berani memimpin diri Anda sendiri, mereka akan mengikuti dan membantu Anda dengan tulus, serta percaya pada kepemimpinan Anda.”

-Dea Tantyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)