Senin, 08 Maret 2021

REVIEW BUKU ELEGI SENDOK GARPU - BAGUS DWI HANANTO

 


Judul Buku : Elegi Sendok Garpu

Penulis : Bagus Dwi Hananto 

Penerbit : Buku Mojok

Tebal :  188 halaman

Tahun Terbit : 2018

Kategori : Fiksi, Novel

My Rated : 3,5/5


Hallo, Sobat Reader ! Senang rasanya dapat pinjaman novel dari seorang wanita. Tapi, dia bilang padaku kalau tidak suka dengan gaya penulisan di beberapa bagian buku ini. Apa sebab ? Setelah mengamati bagian luar novel ini, aku pun bertanya-tanya sendiri, apa karena kisah nenek-nenek yang membuat jengah ? atau karena kisah seksualitas yang mungkin ditulis secara 'nakal' ?

Sekitar tiga hari selesai juga membaca Elegi Sendok Garpu karya Bagus Dwi Hananto , dan dapat kusimpulkan memang bagi beberapa orang bisa kurang "nyaman" dengan kalimat-kalimat nakal tentang petualangan ranjang di novel ini. Jadi, sebelum membaca novel ini persiapkan dirimu untuk melalui gelapnya alur cerita, banyak kisah tragis dan tentu bertebaran kata-kata yang bising di telinga.

Novel ini diawali dengan kesalahan pembagian warisan oleh seorang Nenek yang membuatnya "dititipkan" ke panti jompo. Tua renta itu kini hari-harinya ditemani sepi. Secara keseluruhan, novel ini berfokus dengan kepingan-kepingan cerita hidup tiga serangkai cucu Si Nenek, yaitu Benjamin, Hanan dan Editia. 

Dari masing-masing tokoh akan menemui kisah kelamnya sendiri. Elegi Sendok Garpu mengupas kisah duka suatu keluarga perihal harta waris, orang tua, cinta, kritik sosial, pengalaman hidup dan seksualitas. Konflik cinta dan seks dari tiga serangkai Ben, Han dan Editia menjadi sedikit cahaya dalam dingin dan gelapnya alur cerita.

Bagi pembaca mungkin akan menemui bosan dibagian awal cerita karena alurnya begitu lambat dan sedikit berbelit. Tapi menurutku, setengah kebelakang novel ini benar-benar membuat penasaran. Kesepian Si Nenek di panti jompo berakhir bagaimana ? Kisah cinta dan petualangan Ben, Han dan Editia berakhir bagaimana ? 


"Yang lain mati, yang lain lagi lahir untuk mati. Manusia dikutuk tidak bebas menjalani hidupnya karena ada pembatasan dalam dirinya. Cinta, kenangan, kesedihan, kesendirian bercampur dalam tiap semarak yang kemudian hancur"

-Bagus Dwi Hananto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)