Rabu, 03 Maret 2021

REVIEW BUKU MATINYA PENDIDIKAN (The End of Education) : REDEFINISI NILAI-NILAI SEKOLAH - NEIL POSTMAN

 


Judul Buku : Matinya Pendidikan

Penulis : Neil Postman

Penerbit : Immortal X Octopus

Tebal :  294 halaman

Tahun Terbit : 2019

Kategori : Non-Fiksi, Social Science

My Rated : 4/5


Hallo, Sobat Reader ! Kali ini aku mau mengulas buku yang bertema tentang pendidikan dan dinamikanya dimasa saat ini. Buku Ini pertama kali terbit di Amerika pada tahun 1995 dengan judul The End of Education. Neil Postman memandang sekolah kini kehilangan maknanya sebagai wahana pendewasaan, termasuk dengan otoritas-otoritas yang bersinggungan dengan keberadaannya. Bahkan menurut Postman, sekolah lebih mirip dengan kerangkeng penjara di mana para siswa dipaksa tidak bisa menelisik cahaya alternatif. Peristiwa-peristiwa seperti guru yang marah jika dikritik, menolak jika ada usulan, membentak jika ada kesalahan, bahkan memukul. Situasi semacam ini tentu dapat menimbulkan resistensi dari para siswa itu sendiri.

Implikasinya luas, bisa-bisa berangkat ke sekolah menjadi beban berat bagi siswa karena sesampainya di sekolah tidak hanya pelajaran yang sangat banyak disesakkan ke otak, tapi kesadarannya pun dipacu lewat pola-pola ancaman, hukuman dan keresahan, sehingga sekolah seakan kehilangan rohnya sebagai wadah aktualisasi pemikiran, ekspresi dan kenyamanan dalam belajar.


"Pendidikan harus dilakukan tidak sekedar mengajarkan apa yang ada, tetapi justru mempertanyakan kenapa semua itu ada"
-Neil Postman


Permasalahan dalam pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah-sekolah, tetapi juga di luar dinding sekolah. Seperti dunia politik menjadi pendidik yang baik tentang perebutan kuasa, dan televisi yang menjadi guru terbaik konsumerisme. Kebanyakan persoalan pendidikan yang sangat menyakitkan dan menyedihkan itu bisa diperbaiki apabila kita mengetahui bagaimana seharusnya menyekolahkan para kaum muda kita. Untuk itu Postman yang merupakan seorang penulis, pendidik, ahli teori media dan kritikus budaya yang juga pernah merasakan menjadi seorang guru ini mencoba menjelaskan dan menggali narasi-narasi terbaiknya yang bisa memberikan tujuan serius bagi proses pendidikan sekolah yang akan menyumbang dimensi spiritual dan intelektual yang mendalam bagi proses belajar-mengajar.

Buku ini dibagi menjadi dua bagian, yang mana di bagian kedua menjelaskan tingkat-tingkat spesifikasi dari narasi yang telah dipaparkan di bagian pertama, agar narasi-narasi tersebut tidak nampak abstrak, melangit dan sulit diterapkan.

Dibagian pertama, Postman banyak memaparkan bagaimana tuhan-tuhan (tuhan di sini tentu bukan dalam artian tuhan sesembahan, tetapi tuhan yang dimaksud Postman adalah nama dari sebuah narasi besar, sesuatu yang memiliki kredibilitas, kompleksitas dan kekuatan simbolis yang akan menjadikan seseorang mampu mengatur orang-orang di sekelilingnya) dari luar dinding sekolah memiliki andil dalam 'mencemari' dunia pendidikan. Tuhan itu adalah tuhan kemanfaatan ekonomi, tuhan konsumerisme dan tuhan teknologi serta yang lebih parah tuhan tribalisme atau separatisme yang dianggap oleh Postman membawa kita pada akhir (kematian) pendidikan.

Dibagian kedua, Postman lebih banyak mengarah pada hal-hal teknis, seperti usulanya tentang pentingnya pelajaran Antropologi kepada para pemuda untuk memahami rasa kemanusiaan, Astronomi untuk mengembangkan sikap penghormatan, saling ketergantungan dan tanggung jawab global, serta pentingnya pemahaman mendasar tentang Metafora yang akan memudahkan para pelajar memahami apa yang ia pelajari.

Postman juga tegas menyatakan ketidaksukaannya terhadap textbook (LKS / buku paket) yang cenderung mengarah kepada justifikasisme. Hal ini menyebabkan seseorang cenderung membela keyakinan atau kebenarannya secara keras tanpa menyadari kemungkinan terdapat kelemahan atau kesalahan dalam keyakinannya sehingga orang tersebut menjadi kurang terbuka terhadap sudut pandang lain, wawasan baru dan alternatif pemikiran.

Meskipun, Postman mengkritik dengan keras banyak sekali aspek-aspek pendidikan dalam buku ini, ia tetap optimis bahwa sekolah akan terus berlangsung karena tidak ada seorangpun yang bisa membuat cara yang lebih baik dalam mengenalkan beragam budaya kita terhadap dunia pelajaran selain sekolah. Sekolah umum akan terus berlangsung karena tidak ada seorangpun yang bisa membuat cara yang lebih baik dalam menciptakan ruang publik selain sekolah dan bahwa masa kanak-kanak akan tetap bertahan hidup, karena tanpa hal ini kita pasti kehilangan makna 'apa artinya menjadi orang yang dewasa.'

Buku yang bagus untuk menambah wawasan kita tentang dunia pendidikan, beragam permasalahan dan tantangannya di era sekarang. Sayang sekali di beberapa (tidak banyak) halaman cetakan hurufnya luntur dan cukup mengganggu. 


"Kita bereksperimen untuk membuat sesuatu menjadi lebih baik dan kita berdebat mengenai eksperimen apa yang bermanfaat dan apakah eksperimen yang kita coba itu baik atau tidak. Dan ketika kita bereksperimen, kita melakukan kesalahan, mengungkapkan tabir ketidaktahuan kita, dan sifat ketakutan serta kenaifan kita. Kita akan terus bereksperimen karena kita memiliki keyakinan akan masa depan bahwa kita bisa melakukan eksperimen yang lebih baik dan argumentasi yang lebih baik pula. Bagi saya hal ini tampak sebagai sebuah cerita yang indah dan mulia dan saya tidak akan terkejut jika para pelajar tersentuh olehnya dan menemukan sebuah alasan untuk belajar di dalamnya"
-Neil Postman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam, Sobat Reader ! Terima kasih sudah berkunjung. Silahkan tinggalkan komentar, kesan atau pesan :)